20

196 14 0
                                    

Rain kembali secepat yang ia bisa lalu berpura-pura sedang membaca buku kala Daisy masuk dan mengatakan bahwa makan malam akan segera siap.

“Em, Nona,” panggil Daisy dengan suara rendah.

Rain menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Daisy yang terlihat seperti menyembunyikan sesuatu

“Ada apa Daisy?” tanyanya. Daisy tampak ragu untuk berbicara.

“Itu..., apa Nona menyelinap pergi lagi?”

Alis Rain terangkat. “Tidak, tidak. Bagaimana mungkin aku menyelinap pergi?” jawab Rain sembari menghindari tatapan Daisy.

Daisy mengembuskan napas lega. “Syukurlah, jika Anda tidak melakukannya.” Rain menyunggingkan senyum canggung lalu berbalik.

“Daisy, apa hari ini aku akan makan bersama ayah dan ibu?”

“Ya, Nona. Tuan besar mengatakan untuk menyuruh Anda ke ruang makan karena ada sesuatu yang ingin beliau sampaikan,”

Rain berdecih pelan. “Ah, aku benar-benar tidak menyukainya,” gerutu Rain.

Daisy hanya tersenyum. Ia bersyukur nona yang ia layani sejak kecil tidak pernah berubah. Nona yang Daisy kenal adalah seorang gadis yang bisa melontarkan kata-kata yang keluar dari pikirannya begitu saja. Ia juga tidak suka bertele-tele serta menunda-nunda untuk melakukan sesuatu.

“Apa kau akan kembali ke desa minggu ini Daisy?” tanya Rain tanpa menoleh.

“Ya, Nona. Saya harus kembali karena ayah saya sakit dan tidak ada yang  merawatnya,” Jelas Daisy.

“Hm, apa kau akan kembali lagi?”

“Tidak Nona. Saya tidak bisa kembali karena saya akan menikah bulan depan dan saya perlu melakukan persiapan untuk itu.”

“Daisy, apa pernikahan itu begitu penting?” tanya Rain lagi.

“Hm, itu tergantung bagaimana orang melihat pernikahan itu sendiri. Jika mereka menikah dan mereka bahagia maka itu adalah pernikahan atas dasar cinta. Begitu pula bila sebaliknya, bukankah Anda juga tahu tentang pernikahan politik Nona? Para bangsawan terus melakukan hal yang mereka inginkan untuk mencapai suatu tujuan. Hingga akhirnya mereka menggunakan anak-anak mereka sebagai penghubung transaksi mereka.”

Rain mengangguk, lalu tidak lagi mengajukan pertanyaan. Daisy tersenyum hangat. Sangat jarang ia melihat nonanya bertanya sebanyak itu. Nonanya itu sangat pendiam. Bukan berarti ia tidak suka berbicara.

Hanya saja jika ia membuka mulutnya ia akan mengatakan sesuatu yang kasar dan hal itu yang membuat para pelayan tidak betah untuk melayaninya.

Rain kemudian sampai di depan pintu aula makan dan mendorong pintu itu hingga terbuka. Daisy lalu pamit undur diri karena ada sesuatu yang harus ia lakukan. Rain melangkah masuk ke aula makan dengan percaya diri. Lalu mendudukkan diri di salah satu kursi.

“Tidak biasanya melihatmu berada di sini Rain,” sinis Jeana-ibu tirinya yang duduk di seberang meja bersama kakaknya Natalia. Rain hanya tersenyum kecil menanggapi membuat tangan Jeana terkepal erat karena kesal.

“Sudahlah ibu, aku yakin Rain pasti memiliki sesuatu untuk di lakukan. Oleh karena itu ia jarang menampakkan dirinya karena terlalu sibuk, bukan begitu Rain?” Natalia menyindir dengan nada selembut duri mawar.

“Ya, kurasa begitu,” Rain menjawab apa adanya.

Jeana berdecih tak suka. “Ah, Natalia kita sangat baik ia bahkan membela adiknya. Kau seharusnya mencontoh kakakmu Rain. Karena sikapmu itu orang-orang menjauhimu. Kau harus mengubah sikap burukmu itu jika ingin menikah,” cibir Jeana.

Antagonis Lady [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin