24. Bantuan Jiho dan Yoobin

34 13 1
                                    

"Gyuri hari ini balik ke sini. Kamu ga ke bandara buat jemput Gyuri?"

Jaehyun refleks menoleh menatap Mama. Ia tampak menaikkan sebelah alisnya. "Balik? Memangnya Gyuri ke mana?"

"Loh?" Mama yang tadinya hendak mengupas kulit apel, kini menautkan alis menatap Jaehyun. "Kamu ga tau? Mungkin udah sekitaran seminggu yang lalu ... Gyuri ke Jepang. Ketemu ayahnya," ungkap Mama. "Gyuri ga kasih tau kamu? Atau kalian berantem lagi?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Mama, Jaehyun malah mencoba mengingat kembali kira-kira kapan terakhir kali ia bertemu dengan Gyuri.

Jaehyun meraih ponsel pintar miliknya yang ada di meja. Lalu, ia menyalakan layar benda elektronik tersebut. Akan tetapi tidak ada satu pun notifikasi dari Gyuri. Bahkan, terakhir kali mereka saling berkirim pesan di ruang obrolan itu satu bulan yang lalu.

Jika diingat-ingat lagi, Jaehyun memang sudah lama tidak bertemu Gyuri. Ditambah lagi, Gyuri juga tidak pernah muncul di toko bunga punya Winwin.

Jaehyun meletakkan kembali ponselnya ke meja. Ia kemudian menoleh menatap Mama. "Mama pulang aja. Malam ini biar Jaehyun yang nginap di sini. Tadi Jaehyun udah kasih tau Kak Yuri kalau Jaehyun bakalan nginap di sini. Nanti kalau ada apa-apa, Jaehyun pasti bakalan langsung kasih tau Mama."

💫 💦 💫

Kala Jiho dan Yoobin mendengar suara dentuman dari dalam ruang penyimpanan toserba, keduanya langsung saling tatap.

"Yoobin, ini ... tidak seperti yang aku bayangkan, bukan?"

Setelah Yoobin bekerja di toserba selama beberapa hari ... meski keduanya jarang berinteraksi, tetap saja hubungan kedua mediocris itu sudah sedikit membaik, jika dibandingkan dengan sebelumnya.

Atau mungkin, pada dasarnya, secara tidak sadar kini mereka sudah berbaikan. Hanya saja karena ego yang terlampau tinggi, mereka sama-sama merasa enggan untuk mengakui hal tersebut.

"Kamu kira ... aku bisa tahu apa yang kamu bayangkan sekarang?" Yoobin bertanya dengan suara yang ketus.

"Aku butuh bantuan kalian, tolong selamatkan Miyeon!" seru Eunwoo yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

"Kamu saja yang bantu. Aku akan menjaga di sini," ucap Yoobin seraya mendorong tubuh Jiho ke arah Eunwoo.

Jiho nyaris terjatuh, andai saja Eunwoo tidak siaga menahan tubuh Jiho.

Jiho berdecak. "Awas saja, Yoobin! Aku pasti akan membalas penghinaan ini." Jiho membatin, menatap Yoobin dengan tatapan taksenang.

Yoobin terlihat tidak acuh. Perempuan itu malah beranjak ke arah pintu masuk toserba lalu memberi isyarat pada Eunwoo untuk segera membawa Jiho pergi.

Dengan berat hati, Jiho mengikuti langkah Eunwoo. Ia menoleh melirik ke arah Eunwoo sebentar. "Sebenarnya pria tadi itu siapa? Dia punya hubungan apa dengan Miyeon?"

Baik langkah Eunwoo maupun Jiho, keduanya sama-sama terhenti.

Lelaki dengan jubahnya yang berwarna hitam itu menoleh menatap Jiho.

"Papanya Miyeon," jawab Eunwoo. "Kamu harus masuk sekarang. Tenang saja, aku akan membantumu."

Jiho mengangguk. Ia langsung menginjakkan kaki ke dalam ruang penyimpanan.

Jiho sedikit tersentak kala ia melihat keadaan Miyeon saat ini. Secara spontan, ia segera berlari ke arah Miyeon yang terduduk di sudut rak.

Jiho langsung mendekap tubuh Miyeon. Kemudian, ia menoleh ke arah pria dengan penampilannya yang terlihat sangat apik itu dengan tatapan dingin.

Scintilla Amoris (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang