Part 2.1

649 75 4
                                    

Sudah lewat 1 jam 10 menit dari waktu yang dijanjikan. Orang yang sejak tadi menunggu Johnny kini duduk di hadapannya dengan kesal. Sebelum Johnny sempat meminta maaf, Taeyong sudah menatapnya tajam dengan wajah penuh tekad.

Taeyong memang seperti ini sejak kecil, tidak suka bersabar dan menunggu sesuatu. Melihat sifatnya yang sama sekali tidak berubah, Johnny diam-diam tersenyum pahit. Ternyata, ada juga yang tidak berubah di dunia ini. Meskipun demikian, saat ini ada seseorang yang harus berubah.

"Kenapa kau terlambat?"

"Tadi aku ada urusan."

"Cobalah beralasan. Mungkin aku bisa memaafkanmu."

"Sudahlah. Aku tidak perlu itu."

Johnny tetap menyahut dengan datar kepada Taeyong yang berkata tajam padanya. la tidak bisa beralasan apa-apa. Toh, meskipun ia mengatakan bahwa tadi ia mencari petunjuk tentang ayahnya, Taeyong tidak akan percaya. Johnny tanpa sadar kembali tertawa pahit mengingat betapa kepergian ayahnya membuatnya sangat putus asa.

"Apa-apaan kau. Kenapa tertawa? Kau pikir kau ini hebat?"

"Kalau kau tidak suka menungguku, harusnya kau pergi saja."

Mendapat jawaban asal seperti itu, tatapan mata Taeyong semakin tajam. Namun memang itulah alasan keterlambatan Johnny yang sebenarnya. la berharap Taeyong tidak sabar menunggunya dan pergi meninggalkannya. Oleh karena itu, ia tadi sengaja menghabiskan waktu di tempat itu.

"Jadi, kau benar-benar ingin mengikuti perkataan ayahku?"

"Kau juga ingin seperti itu kan?"

"Ya! Johnny!"

Taeyong tidak pernah berpikiran seperti itu. Kalau saja Johnny menyatakan perasaannya pada dirinya, ia bisa saja mengabaikan ayahnya yang menentang hubungan mereka. Kalau saja Johnny mengulurkan tangan padanya, ia siap pergi mengikutinya ke mana pun.

Namun, Johnny malah mengabaikannya seperti ini! Memperlakukannya dengan dingin! Taeyong benar-benar tidak habis pikir.

"Jangan berteriak seperti itu."

"Kau seharusnya tidak membuatku berteriak seperti ini. Kau pikir ucapanmu tadi masuk akal?"

Johnny sama sekali tidak tertawa atau marah mendengar gerutuan Taeyong yang penuh emosi. Wajahnya yang tampak tidak peduli itu semakin membuat Taeyong merasa kesal.

"Tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan denganku? Padahal sudah kukatakan kalau aku akan menikah dengan laki-laki lain, dan hanya itu saja yang kau ucapkan padaku?"

"Itu kan pilihanmu sendiri. Toh aku juga tidak bisa mendekatimu lagi. Laki-laki itu boleh juga menurutku, pasti ayahmu menyukainya."

Napas Taeyong seolah berhenti mendengar sindiran Johnny yang dilontarkan masih dengan wajah tanpa ekspresinya. la terlihat sangat yakin. Sejak dulu, bahkan sampai sekarang pun, banyak pihak yang menentang hubungan mereka. Contohnya saja, Irene yang khawatir kalau Johnny mendapat kekuasaan karena pernikahan mereka. Begitu pula dengan orangtua Taeyong yang tidak bisa menerima status 'anak di luar nikah'.

Ibu Taeyong sudah memohon-mohon padanya dan ayahnya pun mengatakan akan memutuskan hubungan keluarga mereka jika Taeyong tetap bersikeras. Johnny pun tidak memaksa Taeyong untuk meninggalkan segalanya.

Sewaktu ia kecil, Taeyong adalah satu-satunya perempuan yang mengulurkan tangan kepadanya. Sekarang adalah gilirannya menjaga Taeyong.

"Jadi, kau benar-benar ingin berpisah denganku?"

"Yang mengajak kita berpisah itu kau."

Johnny berkata terus terang dengan pelan, membuat amarah dan emosi Taeyong semakin memuncak sampai ke ubun-ubun.

How to get a wifeWhere stories live. Discover now