Part 2.6

248 55 1
                                    

Johnny mengamati kamar Jisung dengan wajah datar. Kamar itu memang sama seperti ukuran kamarnya sewaktu kecil dulu. Namun, kamar ini jelas bukan kamar yang cukup besar bagi Johnny saat ini.

Kepalanya seolah akan menyentuh langit-langit kamar itu dan tidak ada tempat tidur di dalamnya. Hanya lantai kosong.

Johnny pun mulai bertanya-tanya apakah ia benar-benar harus tinggal bersama Renjun seperti ini. Namun, dirinya sendiri yang memulai masalah ini dan ia pun tidak memiliki pilihan apa-apa. la sudah bertekad untuk menuruti pendapat ibu tirinya sampai saat rapat komite pemegang saham nanti.

"Ajussi, awas ya kalau sampai berani berbuat macam-macam pada Noona-ku."

"Sudah kukatakan, aku tidak tertarik pada Haechan."

Jisung berkata padanya sambil memperhatikan Johnny yang dengan santainya mengeluarkan baju-bajunya dan menggantungnya di tempat gantungan baju, seolah itu adalah kamarnya sendiri.

"Aku tahu. Maksudku adalah Renjun Noona."

Adik laki-laki Renjun itu menggelengkan kepalanya dengan gaya seperti orang dewasa.

Sebagai satu-satunya laki-laki di rumah itu, Jisung ingin memperingatkan orang yang tampak berbahaya bagi kedua Noona-nya itu.

Ternyata benar juga, satu-satunya orang yang bodoh dan polos di rumah ini adalah Park Renjun.

"Noona-ku itu, meskipun dari luar ia terlihat bodoh, tapi sebenarnya ia baik hati."

"Dan menurutmu aku ini orang jahat?"

Johnny bertanya dengan nada ingin tahu. Sebenarnya, apa yang telah dilakukan Renjun untuk mencuci otak adik-adiknya sampai mereka semua berpikir seperti itu tentangnya?

"Entahlah, tapi Ajussi tidak cocok dengan Noona-ku. Ajussi juga berpikir seperti itu, kan?"

"Tidak, menurutku tidak seperti itu."

"Apa? Jadi, Ajussi benar-benar tertarik pada Noona-ku?"

Jisung melonjak terkejut seolah tidak percaya. Ekspresinya seolah mengatakan kalau ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Belum. Tapi, nasib manusia siapa yang tahu. Memangnya di peraturan keluarga kalian tidak ada isi seperti itu?"

"Itu... sepertinya tidak ada."

"Noona-mu itu bukan orang bodoh. Karena itu, diamlah dan cepat tidur."

Meskipun mendapat jawaban ketus seperti itu, Jisung sepertinya masih tidak ingin segera tidur. la masih tetap tidak bisa memercayai Johnny. la tetap berusaha menilai Johnny.

"Sepertinya Ajussi belum tahu, tapi kadang-kadang Noona-ku itu suka bersikap seperti orang bodoh."

"Aku tahu. Tapi tetap saja dia bukanlah orang yang bodoh."

Adik laki-laki Renjun itu mendekat dan memperingatkannya sambil berbisik pelan pada Johnny. Sementara, Johnny hanya mengabaikannya sambil mengeluarkan laptop dan meletakkannya di atas meja kecil di kamar itu.

Banyak hal yang harus ia lakukan. Ia tidak punya waktu meladeni anak laki-laki yang memberinya pertanyaan bertubi-tubi, yang entah karena ia memang mengkhawatirkan kakaknya atau hanya karena penasaran saja.

"Tapi kenapa Ajussi pergi dari rumah yang bagus dan malah tinggal di rumah seperti ini?"

"Itu masalah orang dewasa."

"Apa Ajussi mau tidur bersama Noona-ku?"

Mendengar pertanyaan yang kali ini cukup lancang, barulah Johnny menolehkan kepalanya.

Anak ini memangnya tahu apa yang dimaksud dengan tidur bersama??

Meskipun anak ini cukup pandai memilih kata untuk menggantikan kata seks yang jauh lebih vulgar, Johnny sama sekali tidak ingin kalau kehidupan pribadinya sampai harus mendapat campur tangan anak kecil seperti ini. Lagi pula, ia juga tidak ingin menimbulkan masalah atau salah paham lagi.

"Maaf saja, tapi Noona-mu itu bukan seleraku."

"Iya sih, aku juga berpikir seperti itu. Kalau Ajussi tetap mempertahankan selera itu, aku juga tidak akan protes lagi."

"Sepertinya kau tidak suka sekali padaku."

"Aku suka mobil Ajussi. Tapi aku sama sekali tidak percaya dengan iklan di koran yang tidak masuk akal itu."

Kedua Noona-nya itu mungkin tidak sadar Jisung masih mempunyai pikiran lain yang lebih waras selain basket dan sport car.

Namun, Jisung selalu berusaha untuk tidak melupakan perannya sebagai penjaga kakak pertamanya yang sangat serius, kakak keduanya yang suka bertindak asal-asalan, dan si kecil Lami. Apalagi, dia adalah anak lelaki yang paling tua di keluarganya.

"Salah satu dari kedua Noona-mu itu mengirimkan lamaran ke iklan di koran itu."

"Itu yang membuatku khawatir. Wanita itu kadang-kadang terlalu polos."

"Aku setuju dengan hal itu."

Akhirnya, mereka seolah menemukan kesamaan sebagai sesama lelaki dari pembicaraan malam itu. Setelah beberapa saat, barulah Jisung agak menjauh dari Johnny dan kembali ke posisinya.

"Aku tidak mendengkur. Tenang saja."

"Mungkin aku yang mendengkur. Jadi, kau yang harus bersabar."

Jisung yang menyadari bahwa percakapan mereka telah selesai, menarik selimutnya sambil tetap bergumam, sementara Johnny tidak bisa mengalihkan tatapan matanya dari laptopnya.

"Berarti aku harus tidur lebih dulu daripada Ajussi. Selamat tidur."

Ternyata anak kecil ini pun bukan anak yang bodoh.

Malam di rumah yang tadi sangat berisik itu berlalu dengan tenang. Sesekali terdengar suara ketukan keyboard dan suara napas anak lelaki yang tertidur pulas. Atau suara seseorang di luar pintu dan suara anjing yang menggonggong.

How to get a wifeWhere stories live. Discover now