P R O M I S E -47-

454 67 18
                                    

"Ini aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini aku... Taeyong hyung..."

"Taeyong hyung?"

Taeyong mengangguk antusias pada Jeno yang kebingungan.

"Bagaimana kau bisa mengenalku?" tanya Jeno. 

"Tentu saja kau adik-..." ucapan Taeyong terhenti saat ia mulai sadar akan sesuatu. Jeno menunggu kelanjutan ucapan Taeyong.

"Tidak mungkin hahaha, mungkin aku sudah gila karena menganggap adikku hidup lagi," kekeh Taeyong sembari mengacak rambutnya dan menjauh dari Jeno.

"Adikmu...sudah tiada?"

Taeyong mengangguk, "d-dia...dia persis sepertimu..." Taeyong menunduk, dia tidak bisa menahan air matanya untuk keluar.

Taeyong dapat merasakan Jeno mendekatinya dengan kursi roda yang menabrak kakinya.

"Aku turut berduka dengan adikmu...," Jeno menggenggam tangan Taeyong.

"JENO~YA!" Jeno melepaskan genggamannya dan menoleh pada Doyoung yang berlari panik.

"Sudah hyung bilang, untuk tidak mendekati orang asing!" bentak Doyoung, Jeno tersentak.

"Hyung... aku-

"Kita pulang!" Doyoung menarik kursi roda Jeno menjauh daru Taeyong.

"Kim Doyoung," panggil Taeyong.

Doyoung menoleh menatap Taeyong dengan tatapan datar.

"Dia... Jeno?"

"Ck, dia ADIKKU!" Doyoung langsung berlalu pergi meninggalkan Taeyong yang mematung.

Tentu dia mengenal Kim Doyoung, sahabat lamanya dengan Taeil. Lelaki dengan senyuman ciri khas gigi kelincinya itu sama sepertinya. Dia sosok kakak yang benar-benar hebat untuk adiknya. Tapi bukankah adik Doyoung sudah tiada? Apa jangan-jangan 'Jeno' adik Doyoung... adalah 'Jeno' adiknya? Tapi kenapa Jeno tidak mengenalnya? Apa yang terjadi setelah Jeno sadar dari komanya?

"Aku harus mencari tahu...," gumam Taeyong.



"H-hyung... tolong pelan-pelan menyetirnya," Jeno memejamkan matanya dan menggenggam erat sabuk pengamannya.

Doyoung tidak menggubris ucapan Jeno, emosinya terlanjur memuncak melihat Jeno berdekatan dengan Taeyong. Tidak, Doyoung tidak akan membiarkan Taeyong membawa adiknya. Tidak akan ada siapapun yang akan membawa adiknya.

"H-hyung...," lirih Jeno.

Jeno meringis saat kepalanya tiba-tiba saja berdenyut. Dia merasa dèjavu dengan kejadian ini, hanya saja ingatan itu terlalu samar. Jeno meremat sabuk pengaman, darah mengalir di hidungnya karena dirinya yang terlalu memaksakan diri untuk mengingat.

Doyoung merasa heran saat Jeno tidak lagi bersuara memperingatinya. Dia menoleh dan membelalakkan matanya melihat Jeno yang meremat sabuk pengaman sembari memejamkan matanya, juga hidung yang mimisan. Sontak Doyoung menhentikan mobilnya mendadak. Dengan sigap ia menahan kepala Jeno agar tidak terkantuk dashboard mobil.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang