P R O M I S E -58-

374 55 4
                                    

"Baik, terimakasih atas perhatiannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Baik, terimakasih atas perhatiannya. Mungkin hanya itu presentasi yang dapat saya sampaikan untuk projek perusaahaan ini selanjutnya," Taeyong mengakhiri rapat itu. Dia membungkuk sopan pada beberapa karyawan dan kolega yang ikut andil dalam rapat itu, termasuk sang ayah. Satu persatu orang-orang keluar dari ruang rapat. Begitupula Taeyong yang sudah selesai membereskan laptop miliknya. Tapi belum sempat ia keluar, Donghae sudah menahannya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Donghae.

Taeyong menatap sang ayah sembari mengernyitkan dahinya. "Memangnya kenapa denganku?" Taeyong bertanya balik sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Kau terlihat lebih pucat," ujar Donghae.

Taeyong membeku, "apakah efek sampingnya terlihat," batin Taeyong. Ia tahu jika wajahnya pucat karena kemarin ia baru melakukan cuci darah pertamanya. Rasanya menyakitkan, tapi ia harus melakukannya untuk bertahan.

"A-aku tidak apa-apa," balas Taeyong.

"Syukurlah... jika boleh, apa kau bisa meminta ibumu dan Jeno untuk makan malam diluar? Appa akan memesan restorannya," pinta Donghae.

"Tentu... aku akan coba menanyakannya dan akan mengabarimu. Kalau begitu aku harus pergi, banyak yang harus diselesaikan ," ucap Taeyong.

"Taeyong~a... jika kau lelah, berhenti. Jangan memaksakan dirimu," Donghae menepuk bahu putra sulungnya itu.

"Aku sudah terbiasa," Taeyong tersenyum kecil sembari pergi meninggalkan ruang rapat.

"Aku benar-benar ayah yang buruk," sesalnya saat melihat putranya bersikap seperti itu padanya.

Entah apalagi yang harus Donghae lakukan untuk menerima maaf dari kedua putranya dan mantan istrinya. Dan untuk menebus kesalahan fatalnya di masa lalu.



Taeyong mendudukkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangannya. Seharusnya dia mendengarkan saran Jaehyun untuk cuti sehari. Tapi sayangnya ada rapat penting yang tidak bisa ia batalkan begitu saja.

Tok tok

"Masuk," ujar Taeyong yang masih setia memejamkan matanya.

"Permisi pak, untuk beberapa hari kedepan kemungkinan jadwalmu akan padat. Dan lusa ada klien dari China ingin menemuimu di Busan," jelas sekretaris Shin, sekretaris dari Taeyong itu.

"Busan? Kenapa dia mau menemuiku jauh-jauh disana?" tanya Taeyong.

"Beliau sedang melakukan perjalanan liburan keluarga, mungkin agar tidak banyak memakan waktu, ia meminta untuk bertemu di Busan," jawab sekretaris Shin.

Taeyong berdecak, "siapkan tiket kereta untuk ke Busan lusa... oh ya, siapkan juga dokumen yang akan dibawa. Jangan lupa juga siapkan bahn presentasi untuk selanjutnya dan berkas yang perlu aku periksa kumpulkan di mejaku."

PromiseWhere stories live. Discover now