khawatir

99 18 0
                                    

Kini hanya tinggal Sefia dan Jaehyun yang ada di kamar itu. Sania sedang tidur siang sedangkan yang lain sudah berangkat bekerja. Tias rencananya ingin tinggal dirumah namun ada client nya yang menelfon untuk pembuatan gaun. Karena client nya itu juga teman baiknya, Tias merasa tidak enak dan terpaksa menitipkan Jaehyun ke Sefia.

Dia tidak khawatir jika Jaehyun dijaga Sefia, dia hanya tidak enak karena terlalu merepotkan gadis itu. Tapi sekali lagi, Sefia tidak pernah merasa keberatan membantu siapapun kapanpun.

Sefia sekarang baru saja selesai membantu Jaehyun makan siang dan minum obatnya. Ditatanya bantal lebih rendah supaya Jaehyun bisa langsung istirahat dan tidur. Tidur sangat membantu untuk pemulihan apalagi pria itu memang benar-benar kurang istirahat. Sefia menutup gorden kamar mengurangi cahaya masuk supaya tidur Jaehyun lebih nyaman lagi.

“Kak Jae istirahat, tidur. Atau aku perlu bacain dongeng?” canda Sefia sambil terkekeh pelan yang dibalas gelengan oleh Jaehyun.

“Iya sudah, aku tinggal dulu. Kak Jae tidur sekarang...”

Sefia hendak pergi namun Jaehyun menahan tangannya membuat Sefia menoleh.

“Ada apa? Apa ada yang sakit lagi? Perlu aku pijat lagi?”
Pria itu menggeleng pelan.

“Bisa kamu menemaniku disini?” tanya Jaehyun sambil menepuk bagian kasur sebelah bantalnya. Sefia pun tersenyum dan duduk disana.

Perlahan, Jaehyun memiringkan badannya dan memeluk pinggang Sefia. Nyaman. Itulah yang dia rasakan. Gadis itu benar-benar bisa memberinya kenyamanan. Sefia pun mengusap pelan kepala Jaehyun sambil bersenandung pelan membuat senyum dimple pria itu sedikit timbul sembari menutup matanya. Rasanya dia ingin menghentikan waktu dan bertahan seperti itu seharian penuh.

“Sefia?”

“Hhmmm...???”

“Apa yang terjadi sebenarnya?”

Mendengar pertanyaan Jaehyun yang sudah menutup mata itu membuat Sefia tersenyum.

“Tidak ada apa-apa. Jangan difikirkan apapun yang ada di fikiran kak Jae sekarang. Cukup istirahat saja saat ini...”

“aku khawatir denganmu...” ucapnya lagi tapi kini dengan suara lebih pelan. Entah dia sadar atau tidak mengucapkannya atau Mungkin karena matanya sudah mulai mengantuk juga. Terlalu nyaman baginya ada di sekitar Sefia.

“Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Semua akan baik-baik saja. Aku berjanji...”

Jaehyun merapatkan tubuhnya ke arah Sefia dan mulai memperdalam masuk kedunia tidurnya. Sefia menghela nafas panjang dan mulai ikut memejamkan matanya.

“Semua akan baik-baik saja. Itu janjiku...”

































































2 hari sudah berlalu dan kini Jaehyun sudah bisa bekerja lagi. Selama 2 hari Sefia menjaga kakaknya itu dengan baik meskipun dia harus lebih rutin pulang malam ke apartemen karena harus menunggu Jaehyun tertidur. Pria itu sejak sakit menjadi sangat manja padanya. Bahkan mamanya sendiri heran dengannya. Tapi ada rasa bahagia juga karena satu es terdinginnya sudah mencair.

Kehangatan gadis itu benar-benar merubah semuanya. Eunwoo dan Mingyu pun sudah mulai ikut berbincang dengannya sambil menemani di kamar Jaehyun sepulang kerja.

Pagi ini ketiga pria itu sudah turun lagi bersama ke ruang makan dengan setelan kemeja dan jasnya. Setelah duduk, Tias segera menghidangkan sarapannya. Jaehyun yang sadar tidak adanya orang yang ingin dilihatnya menoleh kesana kemari dan meraih ponsel di sakunya untuk mengetik pesan.

“Sefia dimana?”

Mingyu akhirnya angkat suara seakan mewakili kedua saudaranya yang lain juga.

“Sefia? Dia bilang mau jemput Gege nya di bandara. Gege nya akan menginap di apartemennya selama beberapa Minggu. Jadi mungkin dia akan jarang kesini...” jawab Tias.

“Gege itu apa pa,ma?” tanya Sania yang masih bingung.

“Gege itu kakak laki-laki. Kamu masih ingat Kun dan Lucas? Anak dari om Suho dan om Minho?” tanya Bram yang dijawab gelengan oleh Sania.

“Dia tidak akan ingat. Katanya kan mereka terakhir bertemu saat Sania masih kecil...” jelas Tias.

Terlihat jelas raut wajah kecewa di ketiga pria itu. Iya. Walaupun hanya 2 hari berbincang, mereka sudah merubah pemikiran mereka tentang gadis yang awalnya dicap aneh oleh ketiga pria itu. Awalnya sih masih aneh berbincang dengannya. Tapi lama kelamaan anak itu asik juga.

Pengetahuannya luas dan ada saja tingkahnya yang berhasil membuat ketiga pria itu tertawa dan melupakan rasa lelah mereka.

Sania sendiri juga merasa sedih. Sedih karena Sefia akan jarang datang dan sedih karena Sefia kenal keluarga yang tidak dikenalnya. Bahkan Suho saja seingatnya baru pernah dia temui ketika di acara pernikahan papa dan mamanya dan dia tidak pernah menyangka itu adalah pamannya.

“Ada apa sayang? Kamu udah kangen Sefia,ya?” tanya Tias sambil mengusap rambut Sania dan dibalas anggukan oleh putrinya itu.

“Aku kan masih liburan,ma. Kalau gak ada dia, jadi sepi...” keluh Sania.

“Tenang saja, Sania. Papa yakin setelah ini Sefia akan mengajakmu keluar seharian bersama Lucas dan Kun. Bagaimanapun mereka juga sepupumu...”

Jaehyun menghela nafas panjang diikuti dua saudaranya yang lain. Sefia sudah ada kakaknya yang lain dan mereka rasa Sefia tidak akan mengingat mereka lagi.
Hal itu disadari oleh Tias dan membuatnya berusaha menahan senyumnya. Ingin sekali dia meledek ketiga putranya itu karena wajah sedih mereka. Namun tidak enak rasanya karena takut malah membuat suasana diantara mereka memburuk lagi.





“Sefia...Sefia...impact kehadiranmu benar-benar luar biasa. Mama acungi jempol atas keberhasilanmu mengerjakan misi!”









.
.
.
.

Different (✓)Where stories live. Discover now