Chapter 10 : Syal

822 114 16
                                    

"Duh, dingin-dingin gini makan seblak pasti nikmat bwuaanget," ucap Shira sambil menyeruput mi ramyeon di minimarket tempat Regi bekerja paruh waktu. Ia duduk di belakang kaca, menatap lalu lalang orang jalan di depan toko.

Segelas susu cokelat yang mengepulkan asap diletakkan di meja panjang, tempat Shira menikmati mi ramyeon. Tak lama Regi duduk di samping gadis itu, "Lo demen banget seblak, perasaan dulu pernah masuk rumah sakit gara-gara mencret, kan?"

Shira menyeruput susu cokelatnya sebentar, "Hm. Ya, namanya juga udah jadi makanan favorit, meski udah disakiti tetep aja dicintai." Gadis itu kembali melahap mi ramyeon.

"Jangan-jangan lo entar kalau punya pasangan gitu juga, ya? Meski udah disakiti tetap lo cintai."

"Mohon maaf, aku tidak se-pabo itu, ya."

Regi membuka kotak mi ramyeon miliknya, menyatap bersama dengan Shira karena toko sedang sepi pelanggan. Kebetulan mereka baru saja salat magrib di masjid Seoul. Sebelum kembali ke restauran, Shira mampir ke minimarket Regi untuk menghangatkan badannya. Suhu cuaca semakin mendekati minus, menurut BMKG setempat, Seoul akan disapa salju pada akhir Bulan Desember dan akan diselimuti sepanjang Bulan Januari sampai Maret atau Awal April.

"Nggak kerasa udah mau pergantian tahun," ujar Shira sambil menatap pernak-pernik natal yang menggantung di depan toko. "Kamu entar kalau natal juga pakai atribut, Gi?"

"Nggak lah, Pabo. Manager toko tahu, kok, kalau gue muslim. Jadi, mereka nggak maksa gue buat pakai atribut natal." Regi menoleh ke Shira dan mengamati gadis itu, Shira lagi-lagi memakai jaket yang sama selama sebulan ini, "Lo udah gajian belum, Shir?"

"Besok," jawabnya sambil mengunyah mi.

"Jangan lupa beli jaket sama syal baru."

"Iya, sama sarung tangan."

"Pakai aja dulu punya gue. Kalau gajian lagi, baru beli."

Shira menoleh dan mengamati tangan Regi yang tampak kering, "Kulit tanganmu keliatan demo tuh, minta disarungin. Bersisik kek ular."

Regi menggosok-gosok tangannya yang kering, "Tangan gue emang gini, kok. Gue mah udah biasa, laki tuh tangannya harus kasar. Itu tandanya pekerja keras."

Sambil mengunyah sisa mi-nya, Shira teringat tangan Ryuga sebelum sesukses sekarang. Pria itu pernah berjuang melawan kesehatan mentalnya, memiliki kebiasaan menggigit ujung kuku-kuku karena mengalami anxiety. Mimpi yang tak mendapat dukungan dari orang tua, memaksa Ryuga harus menelan sendiri pahitnya perjalanan menggapai mimpi. Apa pun ia lakukan demi karir di dunia yang ia cintai, menjadi kurir makanan, membuat lagu di asrama kecil, rekaman di garasi. Hingga pernah berpikir untuk mengakhiri hidup.

Shira masih ingat betul momen saat Ryuga bersujud menangis di atas panggung saat melihat ke dua orang tuanya datang ke konser setelah tiga tahun karirnya mulai naik. Betapa terisaknya pria itu menangis karena akhirnya mendapat restu dari keluarganya. Shira juga pernah menonton video Ryuga yang menangis saat Beyond The Star mendapat penghargaan untuk pertama kalinya.

Mimpi yang seolah mustahil tergapai, ia buktikan dengan segala kerja keras hingga seluruh dunia kini mengenal rapper itu. Hingga banyak perempuan yang berteriak meminta Ryuga untuk menikahinya. Kekayaannya sebagai idol, pencipta lagu, dan juga produser musik konon katanya melebihi kekayaan semua member. Pria itu juga punya saham besar di perusahaan agensinya.

Kisah hidupnya diabadikan dalam lirik salah satu lagu debut solonya berjudul The Last. Hampir sebulan ini Shira tak mendengar apa pun tentang pria itu, SNS-nya juga tidak diperbarui, pesanan makanan dari alamat rumahnya terakhir juga hampir sebulan yang lalu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mencintaimu Tanpa KataWhere stories live. Discover now