1. Murid Pindahan

498 19 1
                                    

Pagi hari yang cerah, di sebuah sekolah menengah atas Pembina Selatan, baik murid atau guru berbondong-bondong masuk melewati gerbang yang terbuka lebar dengan satpam yang berdiri disamping, menunggu waktu berlakunya jam pertama, masih kurang 10 menit lagi.

Di sekolah tersebut memiliki peraturan dimana, kendaraan sepeda motor atau mobil berlaku untuk guru pengajar. Sedangkan para murid hanya bisa mengendarai sepeda atau diantar oleh bis sekolah ataupun diantar oleh salah satu keluarganya menggunakan kendaraan pribadi.

Seperti Aletta sekarang, dia tiba diantar oleh bapaknya menggunakan mobil berwarna silver. Dia menyalami punggung tangan bapaknya dengan tergesa-gesa.

"Kulo mlebet rumiyin pak! Assalamu'alaikum. " (Aku masuk dulu pak! Assalamu'alaikum) Pamit Aletta selepas menyalami punggung tangan bapaknya, tanpa menunggu jawaban dari sang bapak, dia keburu mendorong pintu dan berlari menuju gerbang yang tengah menunjukkan tanda-tanda akan ditutup oleh satpam.

Bapak membuka jendela sebelah kursi penumpang dan menyerukan untuk anaknya agar hati-hati. "Wa'alaikumsalam, sing atos-atos! " (Wa'alaikumsalam, Hati-hati!)

"Nggih pak! " (Iya pak!) Jawab Aletta berteriak menoleh kebelakang sembari melambaikan tangan.

Kemudian mobil yang  ditumpangi oleh sang bapak berjalan menjauh meninggalkan Aletta yang masih berlari seraya merentangkan kelima jarinya ke depan.

"Sek, sek pak! Bentar! " (Tunggu/sebentar pak!) teriaknya, lalu kurang dari 1 menit 04 detik, Aletta berhasil menyelinap masuk diantara ketek pak satpam yang harumnya seperti bunga melati.

Tidak berhenti berlari, Aletta menaiki tangga kecil yang hanya terdapat dua undakan saja. Kemudian dia masuk lebih dalam dan berhenti mendadak di tengah-tengah lapangan. Dia lupa kalau dia harus ke kantor kepala sekolah dulu untuk melapor, masalahnya dia tidak tahu dimana tata letak kantor kepala sekolahnya.

Alhasil, dia berdiri sambil matanya mencari murid yang bisa diajak omong. Dan kebetulan terdapat segerombolan siswa yang terdiri dari empat orang, sedang ngerumpi disamping pot bunga yang belum mekar.

Aletta nyamperin segerombolan siswa tersebut. "Permisi mas, kulo badhe taken... Ahh, maaf. Mau nanya, ruang kepsek mana ya? "

Mendengar suara perempuan, mereka berhenti mengobrol dan dengan kompak menatap Aletta. Aletta yang ditatap merasa sedikit risih.

"Wihih,, cewek cantik Al! " Ucap salah satu dari mereka dengan tampang berandalan. Seragam dikeluarkan, tidak memakai dasi, satu kancing atas tidak dikancingkan. Berkata kepada teman disebelahnya yang mengenakan seragam lengkap dengan almamater warna biru menyelimuti seragam OSIS nya, Rendy.

"Benerin seragam lo woyy! Jam pertama Bu Anggunly. " Kata seorang lagi, mengenakan seragam lengkap juga hanya saja dia tidak memakai almamater, menepuk pundak Rendy keras hingga membuatnya menjerit kesakitan, Tino.

"Sakit bego! "

"Ruang kepsek disana, lo tinggal lurus aja terus belok kanan, sebelahan sama ruang guru. " Ujar siswa yang dipanggil Al oleh Rendy, memberitahu sembari menunjuk-nunjuk dengan tangan kanannya.

Aletta manggut-manggut lalu tersenyum berterimakasih. "Makasih mas, permisi. " Kemudian Aletta kembali berlari mengikuti arah yang ditunjuk siswa tersebut.

"Murid pindahan kan tadi? " Tanya siswa lainnya lagi dengan kacamata bertengger manis dijembatan hidungnya, yang sedaritadi sibuk dengan buku bacaannya. Tapi dia sempat melirik Aletta saat perempuan itu menanyakan ruang kepsek tadi.

Siswa yang dipanggil Al mengangguk membenarkan.

"Kenapa nggak dianterin? Kan lo diminta sama kepsek buat nganterin dia ke ruangannya? "

Pacar JawakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang