3. vivi hilang!

302 11 1
                                    

Bel sekolah berbunyi nyaring menandakan jam pelajaran telah usai dan beberapa siswa-siswi yang mukanya menahan kantuk, kini kembali segar dan cepat-cepat membereskan buku yang berada diatas meja kedalam tas sekolah.

Pak Dion selaku guru yang mengajar dikelas XI 2 menghela nafas. Sudah menjadi hal biasa baginya melihat para siswa-siswi nya kembali sumringah saat mendengar bel pulang berbunyi. Dia pun juga seperti itu sewaktu menjadi siswa dulu, paling semangat jika bel pulang ataupun bel istirahat berbunyi.

"Baik anak-anak, sampai disini saja materi kali ini. Kita akhiri dengan berdoa menurut keyakinan masing-masing. Berdoa, mulai. " Diwakili oleh pak Dion, semua murid menundukkan kepala dengan mata tertutup dan berdoa dalam hati.

"Selesai" Dengan dipimpinnya, semua murid mendongak dengan mata terbuka.

"Beri salam! "

"Terimakasih pak guru~" Kompak para murid yang dipimpin oleh ketua kelas, Caka.

"Baik, sampai jumpa besok. Yang piket jangan lupa dibersihkan ya. " Pak Dion berkata. Kemudian dia berjalan keluar kelas dengan membawa buku mapel serta tas yang dibawanya.

Selepas kepergian Pak Dion, semua murid yang berada didalam langsung berebutan keluar. Kecuali yang ke bagian piket, masih tetap didalam melaksanakan tugasnya.

"Al, sore nanti mabar lah kita. Dah lama nggak dribbling bareng lo. " Ajak Rendy merangkul pundak Alvino.

Alvino menoleh. "Sorry, gue mau mabar bareng vivi. "

"Anjir, kucing lo ajak mabar lo. Wkwk... "

"Masalah? "

"Nggak. Cak... "

"Gue ada janji sama Amel mau nobar Frozen 2. " Potong Caka langsung sebelum Rendy melanjutkan perkataannya.

Rendy menatap Tino. "Nggak, gue sibuk bantu emak gue jualan. "

Kemudian Rendy beralih menatap Anan yang juga ditolak olehnya. "Mau apel ke camer. "

Rendy misuh-misuh, punya sahabat kok gini amat. Dia melepaskan rangkulannya pada Alvino dan berjalan mendahului mereka ke parkiran. Kebetulan dia melihat pak kepsek yang lagi telponan.

Rendy pun meneriaki beliau. Tapi yang terjadi, dia dicuekin sama pak kepsek yang melenggang pergi begitu saja sambil telponan sambil ketawa ketiwi.

Dan hal tersebut juga membuatnya ditertawakan oleh para sahabatnya.

Merasa kesal dan juga malu, Rendy menendang kerikil yang berada didepan kakinya ke sembarang arah dan berakhir mendarat dipundak seseorang.

Rendy terkejut lalu buru-buru meminta maaf. "Sorry Sit sorry, gue nggak sengaja. "

Una yang terkena kerikil tersebut menoleh ke sumber suara dengan mengusap pundaknya yang terkena kerikil. "Hati-hati dong, sakit nih! "

"Ya maaf, lagian kenapa lo jalannya disitu sih?! Kan jadi kena. "

"Wahh ngajak ribut lo! Sini lo, maju lo! " Teriak Una marah, sembari menghentakkan kaki kanannya setiap kali dia membusungkan dada.

Sudah perutnya sakit karena PMSnya tiba-tiba datang. Sekarang, ditambah Rendy yang 'melemparinya' dengan kerikil membuat singa betinanya yang tertidur jadi mengaum.

"Sit Sit udah Sit, pak sopir udah nunggu. " Lerai Salma menarik Una bersama Aisha. Dengan Salma memegang tangan kanan sedangkan Aisha memegang tangan kiri Una.

"Awas lo, besok! " Ucap Una masih berteriak tak terima.

"Udah Sit" Salma dan Aisha menyeret paksa, dengan Aletta mengikuti dibelakang.

Pacar JawakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang