Ch 03

1.2K 195 10
                                    




Enjoy reading!






Terhitung sudah tiga minggu Harvey dan Jendra melakukan masa pendekatan. Beberapa kali keduanya menyempatkan untuk makan siang atau makan malam bersama. Beberapa hari ini juga Jendra mengantar jemput Harvey ke tempat kerja karena mobil Harvey harus menginap di bengkel.

Dua minggu yang lalu, Jendra dan Harvey sudah saling mengenalkan ke keluarga masing-masing. Harvey lebih dulu mengenalkan Jendra kepada keluarganya atas permintaan Jendra. Keluarga Harvey menyambut Jendra dengan ramah. Harvey tidak pernah mengenalkan siapapun ke keluarganya kecuali Wilona. Harvey juga bukan tipe yang menceritakan keseharian ataupun teman-temannya pada keluarganya. Harvey hanya menceritakan beberapa hal penting saja itupun terkadang Maminya yang meminta Harvey bercerita. Lagipula, memang teman dekat Harvey sejauh ini hanyalah Wilona.

"Si Kakak nih orangnya agak susah memang. Harus ekstra buat bisa komunikasi hati ke hati sama dia. Nak Jendra yang betah ya sama si Kakak," ucap Mami Lisa, Mami Harvey.

"Ngambekan juga tuh si Kakak, kasih es krim satu kulkas baru mau baikan" timpal Papi Ben, Papi Harvey.

"Apaan si, Papiii," Harvey cemberut mendengar penuturan papinya.

"Hahahaha, makasih sarannya Om, Tante," balas Jendra.







---







"Halo, sayang," sapa Bunda Rosa sembari cipika-cipiki dengan Harvey yang datang untuk kedua kalinya ke rumah orang tua Jendra. Kedua orang tua Jendra tinggal di Bogor. Jendra sendiri tinggal seorang diri di sebuah apartemen di Jakarta. Sedangkan Manda kini tinggal di Bandung mengurusi bakery miliknya.

"Bunda lagi apa?" tanya Harvey. Bunda Rosa memang meminta Harvey untuk memanggilnya dengan sebutan Bunda dan Ayah Juna dengan sebutan Ayah.

"Bunda baru aja selesai beresin bunga-bunga di kebun belakang. Oh iya, Bunda udah beli banyak bahan makanan. Kita jadi masak bareng kan?" Minggu lalu memang Harvey dan Bunda Rosa saling bertukar cerita mengenai kegemaran masing-masing. Harvey yang sama-sama senang berada di dapur seperti Bunda tentu menarik perhatian Bunda dan membuat Bunda mengajak Harvey untuk memasak bersama.

"Bunda mandi dulu, ya. Bau keringet, nanti setelah mandi Bunda bantu Harvey. Harvey langsung aja ke dapur, bisa pilih-pilih mau masak apa aja. Semuanya bebas terserah Harvey mau masak apa pake bahan apa aja,"

"Oke, Bunda," Harvey membalas dengan senyuman lebar di wajahnya.

"Seneng banget kayanya," ucap Jendra saat melihat senyum yang tak luntur di wajah Harvey sambil memilih beberapa bahan makanan untuk dikeluarkan dari tempat penyimpanan serta kulkas.

"Hehehehehe, bahan masakannya banyak banget, mana segar-segar gini, Mas," jawab Harvey.

"Sini," ucap Jendra sambil mengangkat sebuah apron. Harvey yang paham langsung mendekat dan membiarkan Jendra memasangkan apron untuknya. Jendra juga menggulung lengan kemeja yang dikenakan Harvey.

"Makasih, Mas," ucap Harvey manis.

"Cantik banget sih," ucap Jendra menangkup kedua pipi Harvey.

"Emang," balas Harvey.

"Dih, sombong," Jendra mencolek gemas hidung Harvey.

"Kan emang cantik, harus disyukuri tau, Mas," Jendra hanya mengangguk-angguk mendengar pembelaan Harvey. Toh memang Harvey sangat cantik.

"Mas, Mas Jendra ada alergi, nggak?" tanya Harvey sembari sibuk membuka plastik yang berisi ikan nila. Harvey tiba-tiba ingin makan mangut nila. Mangut nila buatannya yang telah menjadi menu favorit Yufa membuat Harvey cukup percaya diri memasaknya.

Mendadak Nikah | JeongharuWhere stories live. Discover now