Ch 05

1.2K 176 12
                                    








Enjoy reading!







Malam itu Harvey memutuskan untuk menginap di apartemen Jendra. Keduanya terlarut dalam diskusi mempersiapkan rumah tangga. Mulai dari finansial, bagaimana mereka akan mengelola keuangan, apakah Harvey masih bisa bekerja setelah menikah, hutang dan cicilan yang dimiliki masing-masing, bagaimana mereka akan menyisihkan pendapatan untuk orang tua mereka, tabungan masa depan, budaya dan tradisi keluarga, ekspektasi dalam pernikahan, termasuk apakah keduanya menginginkan anak dalam pernikahan dan bagaimana jika Tuhan belum memberikan mereka kepercayaan untuk memiliki anak. Mereka juga membahas apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan saat keduanya mengalami perbedaan pendapat atau bahkan pertengkaran.

Tidak semua dapat dibahas awal memang. Akan ada banyak kejutan dalam sebuah rumah tangga. Namun, setidaknya Harvey dan Jendra saling sepakat bagaimana mereka akan menjalani kehidupan rumah tangganya kelak. Keduanya juga sepakat melakukan perjanjian pranikah dengan melibatkan notaris.

Keesokan harinya, Harvey dan Jendra bangun cukup siang karena memang keduanya baru tidur dini hari. Jendra yang bangun terlebih dahulu keluar dari kamar yang semalam ditempatinya menuju kamar utama di mana Harvey tidur.

Diketuknya pintu kamar tersebut. Tidak ada jawaban hingga beberapa menit. Jendra lalu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar tersebut. Dilihatnya Harvey masih tertidur lelap di atas ranjang. Jendra menatap raut wajah tenang Harvey. Tangannya ia bawa untuk menyingkirkan anak rambut Harvey yang menutupi mata yang tengah terpejam itu.

"Selalu cantik," ujar Jendra.

Jendra kemudian ikut merebahkan dirinya disamping Harvey. Membenarkan posisi selimut agar menutupi tubuh keduanya.  Melanjutkan tidurnya dengan mendekap tubuh Harvey yang nampak tidak terganggu akan kehadirannya.





---







Setelah hari di mana Harvey menginap di apartemen Jendra, keduanya tidak pernah bertemu. Jendra ada pekerjaan di luar kota dan tidak memungkinkan untuk bertemu Harvey dalam beberapa hari.

Jendra juga sulit untuk dihubungi. Jendra akan membalas pesan-pesan Harvey larut malam saat pekerjaannya sudah selesai dan Harvey sudah hanyut dalam mimpi.

Harvey jadi uring-uringan sendiri. Hari ini weekend, tetapi Jendra bahkan tidak menghubunginya sejak pagi. Harvey memutuskan untuk pergi ke rumah Wilona dan mengganggu ibu hamil tersebut.

Sayangnya, jangankan mengganggu Wilona, Harvey malah dijadikan babu oleh Wilona. Kaki Wilona sedikit membengkak dan menjadi mudah lelah. Harvey yang baik hati pun tidak dapat menolak saat Wilona memintanya untuk memijat kakinya.

"Ikhlas nggak sih? Muka lo cemberut mulu perasaan," tanya Wilona

"Ikhlas demi ponakan," sahut Harvey masih cemberut.

"Belum juga seminggu ditinggal Mas Jendra udah kaya janda kesepian aja lo,"

"Enak aja lo kalau ngomong," balas Harvey tidak terima. "Lagian, Mas Jendra jadi susah dihubungin tau. Emang sesibuk itu ya? Ini kan weekend kok kerja mulu,"

"Lah, lo juga kadang weekend kerja mulu. Lo kan tau pekerjaan Mas Jendra emang kadang harus ke luar kota lama gitu,"

Jendra merupakan seorang lulusan teknik sipil yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan kontraktor. Saat ini Jendra dan timnya sedang meninjau salah satu proyek di luar kota.

"Cari sub atau cewek lain kali laki lo," ucap Wilona iseng.

"Heh dijaga ya kalau ngomong. Mas Jendra orang baik-baik gitu kok," Harvey menegur Wilona.

Mendadak Nikah | JeongharuWhere stories live. Discover now