11

1.4K 204 25
                                    

Joohyun menyusuri lorong panjang itu, lorong sepi dengan bau khas karbol. Namun kakinya berhenti melangkah, pandangannya teralih ke pintu kamar di sebelah kanannya. Dia bisa mendengar suara tangisan seorang gadis kecil dari pintu ruangan yang sedikit terbuka, membuatnya sedikit penasaran.

Dia mengintip dengan ekor matanya dan mendapati seorang anak perempuan duduk di ujung bangsal. Nampak dia ingin turun dari bangsalnya.

Joohyun melihat kaki kanannya dibalut gips dari lutut sampai membungkus seluruh telapak kaki. Dua kakinya menggantung setengah meter di atas lantai, tangannya berpegangan pada tiang infus. Joohyun menelisik isi kamar dan tidak ada siapa-siapa di sana. Gadis itu sendirian.

"Ya!" Entah dorongan dari mana, Joohyun meneriaki gadis asing itu berharap dia membatalkan niatan untuk turun dari bangsal karena dengan kondisi sebelah kakinya yang patah, dia pasti jatuh jika tidak ada yang membantunya.

Gadis itu menengok ke arah Joohyun lalu cepat-cepat mengusap air mata di mata sipitnya yang semakin sipit saja karena kebanyakan menangis.

"Kamu mau turun?" Tanya Joohyun sambil mendekati gadis kecil yang mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Mau ke mana?"

"Mau jalan-jalan. Aku bosan dan takut di kamar terus sendirian. Hiks... hiks...". Jawabnya masih dengan terisak.

Joohyun kembali mengamati sekitar.
"Tidak ada yang menemani kamu di sini?". Dia menggeleng.

Miris sekali. Bisa-bisanya orang tua dan saudaranya membiarkan putri mereka yang masih sekecil ini sendirian di rumah sakit dalam keadaan yang memprihatinkan.

"Siapa namamu?" Joohyun bertanya seraya mengusap lembut sisa-sisa air mata di kedua mata gadis di hadapannya.

"Seulgi. Han Seulgi"

"Berapa umurmu?"

"Lima tahun" Serunya sambil menunjukkan 4 jarinya yang masih kecil-kecil.

Joohyun tertawa lalu menaikkan satu jarinya. "Kalau lima itu seperti ini"

Dan gadis kecil itu manggut-manggut.

"Kamu lucu sekali" Joohyun mencubit pelan pipinya karena gemas. Yang dicubit tersenyum lebar menampakkan deretan giginya yang sudah tanggal satu.

"Kalau Unnie, siapa namamu?" Dia bertanya balik.

"Namaku..." Joohyun terlihat berpikir.

"Panggil saja aku Unnie"

"Kenapa begitu?" Seulgi bertanya sambil memamerkan wajah cemberutnya yang menggemaskan. Joohyun terkekeh dan mencubit hidung gadis kecil bernama Seulgi itu. "Karena aku maunya begitu"

"Kau curang, aku memberi tahu namaku tapi kau tidak memberi tahu namamu"

"Kita buat janji saja. Kamu tidak boleh lagi menangis dan harus banyak tersenyum. Kalau kamu bisa melakukannya dengan baik, aku akan memberi tahukan namaku. Janji?" Ucap Joohyun seiring satu jari kelingkingnya yang terulur.

"Umm... janji" Dan kelingking kecil itu bertaut dengan jari kelingking yang lebih besar.

"Kamu mau jalan-jalan ke mana?" Tanya Joohyun.

"Aku mau ke taman"

"Ya udah ayo, aku temani" Seulgi mengangguk sambil tersenyum manis. Lantas Joohyun mengangkat tubuh mungil Seulgi dan mendudukkannya di kursi roda. Didorongnya kursi roda itu dan membawakan tiang infusnya.

2817 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang