6. Penyerangan Terhadap (N)

1.2K 246 31
                                    

⚠: kata kasar!

(N) tidaklah bodoh. Dia sadar kalau selama ini Aether ingin membunuhnya. Ya, memang seharusnya begitu, kalau mengikuti alur cerita aslinya. Lagipula, (N) tidak peduli juga. Dia mati lagi di kehidupan kedua? Bukan masalah.

Bodo amat, motto hidupnya.

Di kehidupan pertama (N) telah belajar banyak hal, mengakibatkan dirinya menyimpulkan hal terbodoh yang pernah ada. Namun ia tetap acuh tak acuh. (N) berpegang pada prinsipnya yang mengatakan bahwa hidup hanyalah sekadar hidup. Dia menyerah karena telah mengalami ratusan jatuh. Serta, (N) berani mengakui untuk jangan mencontoh orang sepertinya.

Tapi ada satu hal yang dibingungkan (N) saat ini.

Walau Aether berniat seperti itu ... mengapa sampai sekarang dia tak mati-mati, ya?

Dia tahu kalau Aether diam-diam sering menatapnya tajam, tatapan seorang pembunuh. Atau diam-diam menyembunyikan belati di belakangnya ketika berbicara dengan (N). Si wanita sadar, tetapi untuk apa semua itu kalau Aether sendiri belum bertindak?

"Yang Mulia sedang memikirkan apa?"

Lantas, lamunan (N) terhenti. Ia segera menoleh pada ketua pelayan yang selama ini setia, seorang gadis muda yang tak lain adalah pelayan pribadinya.

"Hm." Cukup jawaban sederhana itu, si pelayan seolah-olah paham. Ia sudah terbiasa dengan jawaban singkat (N), oleh karena itu ia tetap fokus memasangkan gaun kuning cerah pada majikannya.

Setelah di malam pertama, mereka berhenti memanggil "nona (N)", melainkan menjadi "Yang Mulia". Kedua, sudah hampir dua minggu (N) menikmati waktunya di kerajaan. Kini, ia akan melaksanakan tugas pertamanya sebagai tuan putri(?) Abyss.

Yaitu menampilkan diri di publik, alias jalan-jalan di pasar.

Sejujurnya (N) malas untuk melakukan itu, tapi ia tak bisa memprotes keputusan Aether. Tiba-tiba saja, Aether menyuruhnya untuk berkeliling kerajaan, dimulai dari pasar. Merepotkan sekali.

"Ada baiknya jika kau sekali-kali keluar. Bagaimana kalau pasar?"

Yah ... setidaknya, ia jadi bisa membeli sesuatu. Kira-kira, apakah barang-barang yang mereka jual adalah jenis item di Genshin? Kalau begitu, (N) punya kesempatan untuk melihat bunga-bunga dan tumbuhan buatan perusahaan game-nya secara nyata. Sial kau HoYoverse, menciptakan benda-benda cantik sampai-sampai bisa mengurungkan niat (N) untuk menetap di perpustakaan. (N) tak boleh melewatkan kesempatan ini.

"Yang Mulia sudah siap. Ayo saya antarkan ke nona Lumine dan Tuan Venti."

Satu fakta aneh juga, Aether berhenti mengusir Lumine dan Venti semenjak (N) mengatakan keberadaan mereka bukan masalah. Semenjak itu, Lumine, Venti beserta Paimon bebas keluar masuk istana Abyss tanpa perlu mengendap-endap lagi. Seperti biasa, Lumine sering mengunjunginya. Kalau Venti ... err, (N) tidak tahu alasannya apa, palingan ikut-ikutan si gadis surai pirang doang.

Dengan begitu, perjalanan (N) pertama kali dimulai!

.

.

.

(N) tak berbohong kalau dia bilang dia pernah menaiki kereta kuda di kehidupan pertama, jadi dia tidak kaget ketika perjalanan ke pasar menggunakan transportasi kuno itu. Sang mantan karyawan HoYoverse memang punya pengalaman naik kendaraan tersebut ketika berwisata dulu.

Setelah beberapa menit perjalanan, mereka tiba di bagian perkotaan kerajaan. Rumah-rumah yang berdesain eropa klasik, tanaman rambat dan pot bunga yang menghiasi jalanan, belum lagi keramaian manusia sempat menarik perhatian (N). Perkotaan ini mirip-mirip seperti Mondstadt tapi berbeda, membuat (N) bertanya-tanya apakah author fiksi penggemar ini mengambil referensi World Building-nya Tevyat?

𝐈 𝐖𝐚𝐧𝐭 𝐀 𝐑𝐞𝐝𝐚𝐦𝐚𝐧𝐜𝐲 ┃❥Abyss! Aether x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang