Take 18 - Birthday Girl (2)

7.7K 949 62
                                    

Kasur yang terbentang luas terlihat seakan memanggil-manggilnya untuk segera merebahkan badan. Agni langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri karena kelopak matanya terasa berat, seperti ada sekilo batu yang membanduli. Wanita itu menarik selimut, dan sebelum menutup mata ia membuka satu pesan dari Raki yang mengucapkan selamat ulang tahun tepat tengah malam tadi. Lelaki itu sedang ada urusan di luar kota. Sayang sekali. Namun tak masalah, toh dia akan kembali besok siang. Dan malam nanti, Agni sengaja mengosongkan jadwal agar bisa menghabiskan waktu bersamaan dengan sang pacar.

Di tengah malam, atau menjelang pagi, Agni tidak yakin, ia merasakan ada sepasang lengan yang memeluknya dari belakang. Ia berpikir itu cuma bunga tidur yang terlalu nyata. Namun, beberapa jam kemudian, sekitar pukul enam pagi, di saat kelopak matanya masih saling tertempel lengket, bahu Agni diguncang cukup keras, sampai wanita itu mengerang protes.

"Masih ngantuk," gerutunya dengan suara serak, kemudian berbalik memunggungi siapa pun itu yang mengganggu tidurnya, dan mengeratkan pelukan ke bantal guling.

Kecupan lembut pun mendarat di kepala bagian belakangnya, disusul suara rendah yang hangat. "Good morning, Sayang. Happy beautifull birthday for beautifull woman."

Mendengar itu, kedua sudut bibir Agni tertarik ke atas membentuk senyuman. "Kok udah di rumah?" Dia mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Udah, dong." Masih dengan tersenyum, Raki mengelus puncak kepala Agni. "Bangun, kasian Arum sama Mbok Sugi udah nungguin di luar."

Agni mengerang, matanya masih terasa berat, apalagi saat pandangannya menangkap jam digital di nakas yang menunjukkan pukul enam pagi. "Kepagian. Kamu temenin aku tidur aja," rengeknya menarik lengan Raki agar ikut merebahkan tubuh ke kasur.

"No, oh!" Lelaki itu terkekeh kecil menyadari tipu daya gadisnya kemudian menyelipkan kedua tangan ke belakang paha dan leher Agni dan menggendongnya ke ruang tamu tanpa aba-aba, di mana Arum dan Sugi menunggu mereka. Pekikan keras wanita itu yang diiringi kikikan tawa memenuhi sudut ruangan, ketika Raki menapaki anak tangga turun ke bawah.

"Happy birthday, Ibu!" teriak Arum setelah meniup terompet. "Lama banget! Sampai lilinnya saya matiin dulu." Gadis itu langsung menyalakan kembali lilin dengan angka 28 di kue sambil mengomel.

Agni mengucek mata, berjalan dengan agak terhuyung diikuti Raki menuju meja yang sudah ditata sedemikian rupa, penuh dengan bunga-bunga dan balon. Ruang tamu apartemen Raki secara ajaib berubah menjadi taman bunga yang didominasi warna pastel. Ia lalu meniup lilin setelah diberi aba-aba oleh Arum yang juga merangkap menjadi fotografer pagi itu.

"Foto berdua sama Bapak, Bu," ujar Arum seraya membidik gambar dari lubang lensa kamera. Keningnya penuh kernyitan. "Aduh, tapi Ibu kucel banget, sumpah. Kebanting sama Bapak yang udah paripurna."

Celetukan jujur Arum, sontak membuat ketiga orang di sana tertawa, kecuali Agni tentu saja. Raki terlihat tampan dan segar dengan kemeja polo putih dan celana khaki yang mengatung di atas kaki. Sedangkan Agni? Rambutnya berantakan, di wajahnya tercetak garis-garis yang menandakan wanita itu baru bangun tidur, piyama biru mudanya nampak kusut, dengan celana sebelah kiri yang tergulung ke lutut.

Agni mendecakkan bibir dan menjejakkan kaki kesal, lalu berjalan ke pantri untuk cuci muka menyisir rambut dengan jemari, dan merapikan pakaiannya.

"Udah cantik belum, nih?" dumal Agni berjalan menghampiri sang pacar.

"Udah, udah," jawab Raki sebelum Arum membuka mulut dan memulai perang, karena jujur saja penampilan Agni tak berubah banyak. Namun, di mata Raki tentu saja Agni selalu cantik. "You look lovely."

Setelah melakukan foto dengan berbagai gaya, keempat orang itu melanjutkan perayaan ulang tahun Agni dengan sarapan bersama di meja pantri, yang memang muat untuk empat orang. Masakan Mbok Sugi yang tidak pernah gagal itu jadi pelengkap sempurna.

Love SicktuationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang