do not distrub.

6.9K 715 56
                                    

Apa memang bedanya making love dan having sex? Actually, Pamela nggak pernah pusing-pusing memikirkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Apa memang bedanya making love dan having sex? Actually, Pamela nggak pernah pusing-pusing memikirkannya.

Untuk Pamela it's just a perfect pleasure.

Ogh!

Ya, apa pun lah. Whatever you call it.

Pamela sedang dibuat terlampau sibuk menggigiti rapat permukaan bibirnya. Namun, ya kendati telah dia coba tahan sekuat tenaga toh desahan panjangnya tetap melonglong erotis persis serigala yang baru saja menangkap basah pemangsa di tengah hutan belantara, tatkala di bawah sana dia mulai merasakan ada sesuatu yang begitu panas nan tegang datang terjulur, menempel erat, dan nyaris mengobrak-abrik bagian tersensitifnya.

Ugh, layaknya seorang dewi yang tengah dirayu dan dipuja sepenuh jiwa.

Wajah yang kali ini tersembunyi tepat di bawah kangkangan kakinya. Dia ....

"Ah

"Heh! Ah uh ah uh! Bangun lo!" Seseorang tiba-tiba menyibak selimut serta menyentak tubuhnya agar terduduk.

shit!"

Pamela masih agak-agak tersenggal mungkin karena efek mimpi nanggungnya—dang! Oke, itu cuman kembang tidur, nggak perlulah dia diingatkan melulu—saat matanya yang tajam menuding galak sesosok perempuan yang berkacak pinggang di dekat ranjang.

"Ngapain lo? Madi mana?" tanyanya sensi sambil bertopang dada, menyandar pada headboard ranjang.

"Nggak kebayang gue jadi Madi mesti bangunin lo yang 'auh uh ah oh' tiap pagi!" semprot Medina tak kalah sensinya sembari meraih beberapa bantal yang terdampar di lantai. "Dia lagi dipanggil ke kantor Donald Harris. Buruan bangun deh ntar telat lagi!"

Pamela menelengkan kepala ke arah jam dinding. Pukul 9 lewat 25. Dih, ini sih masih terlalu pagi dari jam bangunnya. Andai dia masih di rumah lama, dia tentulah tak akan sudi melakukannya. Sayangnya, dia keburu sadar bahwa rumah lama sudah tak lagi membutuhkannya. Maka, sambil lebar-lebar menguap perempuan itu lantas bertanya, "Mesti ngapain gue hari ini?"

"Fitting gown di tempatnya Seba yang nanti bakal lo pake ke acara pesta amal. Tanding golf sama Agas sebentar. Abis itu, makan malam bareng Chatra Dinata."

"Opa pikun apa gimana? Cucunya kan janda. Ngapain sih dia masih ngotot jodoh-jodohin gue?"

"Salah lo lahir sebagai cucunya dan itulah yang harus lo bayar atas semua kemewahan ini." Medina melambai ke kamar seluas nyaris separuh lapangan bola yang sejak lima bulan lalu terpaksa kembali Pamela huni.

"Mau gue larutin lemon di bath up lo nggak, Pem?" tanya Medina yang saat ini sudah berjalan ke arah kamar mandi.

"Lo kata gue piring?!"

Medina mendengkus. "Terus mau apaan? Akar bunga giaggiolo? Emang lo masih punya?"

Nggak tahu.

"Vanilla orchid aja, ya? Lo mau ketemuan sama Mas Chatra kan? Gosipnya doi demen tuh harum-harum yang lembut-lembut begitu."

Here we go again, Medina dan intuisi kelas google-nya. Pantas aja Donald Harris betah bergaul sama cewek satu ini.

Pamela cuma memutar bola matanya macam gasing. "Terserah. Yang mana aja asal gue lebih wangi dari Kanaya Melati."

Batal memasuki kamar mandi, Medina malah menderapkan langkahnya untuk kembali menghampiri Pamela sambil menyolot, "Pem! Urut malu lo udah putus apa gimana? Lo masih mau usaha buat deketin mantan lo?" Kepalanya bergeleng-geleng bikin rambut keritingnya yang dicat warna copper melompat-lompat kayak per.

"Apa lagi kegilaan yang mau lo bikin kali ini, hah?" lanjutnya menuduh. "Lupain! Apa pun niat busuk yang lagi lo pikirin, gue saranin cepet-cepet lo lupain aja deh! Lagi, kalo gue jadi elo muka gue udah pasti gue simpen noh di gorong-gorong! Maluuuu tahuuu maluuu ngajak ngewe tapi ditolak mentah-mentah begitu!"

Ditolak mentah-mentah? Sepertinya nggak seekstrem itu deh. Jevas nggak semenolak itu kok.

Nggak selalu. Khususnya di pertemuan terakhir mereka.

Dikit lagi banget.

Benar.

Coba mereka punya waktu sedikit lebih lama untuk berdua saja di lift sehingga cumbuannya nggak mendadak terlepas gegara kaget ada segerombol orang yang menyusul masuk. Pamela yakin dikit lagi benteng pertahanan Jevas tentulah akan roboh! Mereka bakal ngamar dan semua terang akan berjalan sesuai dengan keinginan Pamela. Sial!

"Mereka udah mau nikah, Pem," ujar Medina seolah Pamela lupa. "Udah sih. Kan lo sendiri yang waktu itu bikin masalah. Terus sekarang mau lo pungut lagi? Kalaupun Jevas permen karet dia juga nggak bakal sudi kali!"

"Masa?"

"Iyalah. Mending dia sama Kanaya. Yang udah jelas-jelas cantik, pinter, baik, akur sama keluarganya mana keibuan pula. Bukan wanita bar-bar yang tahu-tahu main serong sama Asistennya."

Pamela terdiam. Namun, hanya jika wajahnya di-zoom ala sinetron maka, tampak samar segaris senyum sumbing terjereng di bibirnya.

"Image itu nggak bakal luntur kan?" cetusnya kemudian.

"Harusnya. Tapi, nyatanya Donald Harris nggak mungkin biarin cucunya dicap jelek begitu. Jadi, dia puter baliklah faktanya," tutur Medina.

"Lo juga percaya kalau itu faktanya?"

"Menurut lo?"

Pamela menghela satu napasnya singkat. "Jevas juga percaya kalau itu faktanya?"

"Kalau gue jadi Jevas gue sih yakin yah. Secara lo masih kekepin Madi di sisi lo."

"Gitu?"

Medina mengangguk. "Udahlah. Move on, Pem! Kalau Jevas bisa jalani hidup barunya lo juga harus. Kalian udah selesai."

Benarkah? Tapi Pamela nggak merasa begitu tuh.

Selesai?

Kisah mereka harusnya bahkan baru mau dimulai.

***

Ya kita mulai lagi ya, teman-temans wkwkwk mengingat Ula udah tamat. Daripada Mbak Prish sendirian, kita undang Nyai Pamela buat beraksi juga 🖤

Mbak Pem, tipe karakter gas melon nan najisun yang belum pernah akyu bikin keknya 😭

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mbak Pem, tipe karakter gas melon nan najisun yang belum pernah akyu bikin keknya 😭

Better Get DivorcedWhere stories live. Discover now