Bagian 12

26.1K 1.6K 101
                                    

Author POV

Tuk!

Vania meletakkan sebuah foto tepat di atas meja kerja suaminya. Dia melipat tangan, menunggu Erick menjelaskan alasan mengapa ada foto wanita lain di laci kerja suaminya ini.

"Sudah saya duga kamu membuka laci saya karena isi di dalam laci ini jadi berantakan," gumam Erick. Dia menatap lurus ke mata Vania tanpa mau menjelaskan apapun. Erick tidak macam-macam, foto itu bukanlah apa-apa jika Vania memang bertanya.

"Mas Erick jangan alihkan pembicaraan kita. Sekarang Vania minta kejelasan," titah Vania.

Erick menghela napas berat, dia berdiri lalu mengambil foto yang diserahkan istrinya ini. Dia tidak pernah suka terlibat drama ataupun dituduh, jadi kesalahpahaman ini harus diluruskan.

"Saya gak selingkuh. Berapa kali saya harus bilang sama kamu, saya bukan seseorang yang kayak gitu. Ya, benar ini foto Bu Chika, tetangga kita yang sedang kamu cemburui. Saya bukan sengaja menyimpan foto ini, dia adalah calon dosen di prodi saya. Saya menyimpan fotonya karena alasan pekerjaan dan juga, saya menyimpan dokumen penuh tentang riwayat hidupnya. Itu juga kalo kamu berminat untuk lihat," jelas Erick panjang lebar. Jika boleh Vania ingat, ini adalah pertama kalinya Erick berbicara panjang lebar. Vania benar-benar takjub, Erick bahkan menjelaskan dengan sangat detil sampai-sampai Vania tidak punya kesempatan untuk membantah.

Vania tergagap, bingung mau membalas apa. Tadinya dia ingin berdebat jika Erick tidak ingin menjelaskan apa-apa dan sekarang kenapa jadi Vania yang merasa malu?

"Ya... Tapi... Ngapain disimpen di situ? Emangnya gak ada tempat lain?"

"Tempat lain di mana? Ini ruang kerja saya, Vania. Mana mungkin saya menyimpan hal-hal yang yang gak berhubungan dengan pekerjaan. Kalo saya menyimpan foto ini di sini, itu berarti data penting. Kamu harusnya sudah tau kebiasaan saya," jawab Erick semakin jelas dan menciutkan nyali Vania untuk berdebat.

Wajah Vania terasa memerah, dia tidak pernah merasa sangat malu seperti sekarang. Bisa-bisanya Vania sampai tidak berpikir ke situ. Benar juga, harusnya dia tahu kebiasaan suaminya jika menyangkut urusan pekerjaan. Erick sangat terorganisir, dia tidak pernah mencampurkan urusan pribadi dan pekerjaan. Semuanya berada di tempat dan porsi yang berbeda.

Erick melangkah pelan mendekati sang istri. Tubuhnya yang jauh lebih tinggi dari Vania, membuat dia sedikit menunduk untuk menatap istrinya itu. "Saya gak selingkuh. Kamu jangan khawatir soal itu, saya pria dengan janji. Jadi kamu bisa tenang," bisik Erick.

Vania merasa sedikit rileks mendengar penjelasan Erick. Dia lantas duduk di sofa yang ada di ruangan itu, Vania mengusap wajahnya yang terasa panas karena malu dan lega.

"Beneran? Mas Erick punya peluang buat selingkuh, Vania takut itu terjadi."

"Kenapa kamu sampe mikir kayak gitu?" tanya Erick. Pria itu masih berdiri menatap istrinya yang sekarang memandangnya lirih.

"Karena mas Erick nggak cinta sama Vania. Itu yang jadi pikiran Vania, mas," jawab Vania dengan suara yang lemah dan menyedihkan. Dia terdengar putus asa dan itu membuat Erick merasa bersalah karena telah membuat istrinya kehilangan kepercayaan dirinya.

"Saya..."

Erick menggantungkan kalimatnya, dia terlihat bingung mau menjawab apa sedangkan Vania menatapnya penuh harap.

"Saya mau mandi, kamu jangan banyak pikiran," lanjut Erick dan itu membuat Vania kecewa untuk ke sekian kalinya.

Pria itu kemudian meninggalkan Vania sendirian, tanpa disadari air mata mengalir di pipi putih Vania. Ini terlihat seperti sebuah penolakan. Vania tidak mengerti, apa dua tahun masih belum cukup untuk membuat Erick mencintai Vania?

Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora