(6) New room

1K 107 3
                                    

Mencari kamar sewa dekat dengan kantor, harga murah, bersih, nyaman dan aman dalam waktu semalam adalah hal mustahil untuk didapatkan. Mau tak mau aku menerima tawaran Kuro untuk menyewa kamar apartemennya, hanya sementara, tidak akan lama. Mungkin hanya sebulan, atau bahkan tidak sampai. Sembari aku mencari tempat tinggal lain.

"Kuro-san. Di mana tempat sampah?" tanyaku yang sedari tadi celangak-celinguk di dapur.

Padahal apartemen ini tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil, tapi menemukan tempat sampah saja menyusahkan.

"Itu yang warna putih, pake mata lo," jawabnya dengan membawa gelas di tangan.

Aku melihat ke arah yang di maksud olehnya, dan langsung menghela napas.

"Mana gue liat kalau ketutupan keranjang baju kotor lo," lenguhku.

"Masih pagi jangan berisik," celetuknya santai melengos pergi.

***

"Oy, lo yang ngisi kulkas gue?"

Tiba-tiba saja suara pria itu mengusikku yang sedang asik berkutik di depan laptop dari depan pintu kamar. Bukankah dia punya tangan untuk mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk?

"Gak bisa ketuk pintu dulu?" nada ketus sudah keluar dari mulutku.

Dia nampak tak peduli dan malah meledek perkataanku.

"Gue gak minta buat lo isiin kulkas gue," cerocosnya.

"Gue gak bakal minta lo buat ganti uang gue. Kali ini gue yang traktir, tapi lain kali harus bagi dua buat beli isi kulkas," jelasku menatap matanya.

Kulihat dia mengangguk perlahan. Aku baru sadar kalau rambut Kuro basah akan cukup panjang, lihat saja, hingga menutupi sebgian telinganya.

"Nice, thanks."

Dia langsung pergi menutup pintu kamarku. Yah, setidaknya dia berterimakasih. Aku kembali melanjutkan kegiatanku yang tertunda tadi.

***

Sengaja aku membuatkan sarapan untuk diriku dan Kuro. Bukan karena aku sebegitu peduli dengannya, hanya untuk ramah tamah dari penyewa kepada pemilik rumah.

"Yuk makan sarapannya, Kuro-san."

Dia menarik kursi dan duduk dengan tenang, meja makannya tidak begitu besar namun cukup untuk meletakkan beberapa lauk untuk tiga orang.

"Itadakimasu."

Aku juga berucap hal yang sama sebelum menyantap sarapan.

"Enak."

Tiba-tiba dia memuji masakanku. Untunglah masakanku hari ini berakhir dengan enak.

"Tapi bohong," lanjutnya.

Ini masih pagi dan rasanya aku ingin memukul pria ini. Tanganku sampai berhenti di udara ketika ingin menyendok nasi ke dalam mulut. Dia juga menatapku dengan wajah jahilnya.

"Bercanda bercanda. Serius amat sih," candanya langsung menyuap lagi.

Sudahlah, aku tidak mau berkomentar apa pun.

***
See you next chapter!
#skrind

Become His Wife? | Kuroo Tetsuro X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang