6. New Owner of Cafe

130 8 0
                                    

"Njun." Tegur Junhui, bos tempat Renjun bekerja. Renjun kerja? Ya! Tentu saja. Walaupun orang tuanya ngelarang dirinya untuk kerja, karena kedua orang tuanya masih mampu untuk membiayai dia dan juga anaknya. Udah gitu keluarganya Jaemin juga masih membiayai dirinya dan juga anaknya.

Hidup dia itu sebenernya jauh dari kekurangan, dan lebih dari cukup. Jadi, ia kerja tuh bukan karena kekurangan uang. Ia kerja tuh lebih kayak ke ngisi waktu luangnya aja.

Kalian tau kan kalau Renjun itu seorang Extrovet, yang sangat senang sekali bertemu dengan orang banyak. Dia juga orangnya gak betahan di rumah. Bagi dia, daripada diam doang di rumah layaknya princess, lebih baik dia keluar rumah.

Dan ya! Akhirnya orang tuanya dan juga anaknya mengizinkan dirinta untuk kerja. Tadinya keluarganya menyarankan dirinya untuk kerja di perusahaan ternama. Bukan cuma itu aja! Keluarga Na juga memberikan beberapa rekomendasi perusahaan ternama untuk dirinya. Yang mana ia langsung datang saja, sudah pasti di terima.

Tapi dirinya malah nolak itu semua. Dia lebih memilih untuk bekerja sebagai pelayan di salah satu kedai yang gak begitu besar, tapi tetap terkenal. Gaji yang di dapat pun juga gak begitu besar. Ibarat gaji yang di dapat dia itu, hanya untuk pengeluaran dia selama 2 hari saja. Kalo di ibaratkan di Indonesia, gajinya Renjun itu belum umr. Setara 2 juta sampai 3 jutaan perbulannya. Yang mana uang segitu hanya untuk pengeluaran dia selama 2 hari saja.

Jadi kalau di bilang kerjanya Renjun itu hanya mengisi waktu kosong, dan hanya untuk membantu seorang pengusaha dalam membutuhkan tenaga dia, itu benar adanya.

"Iya bos, ada apa?" Tanya Renjun yang baru saja menyelesaikan pekerjaan lap mejanya, kepada Junhui yang saat ini tengah membawa kardus coklat di tangannya.

"Loh bos? Lo mau ke mana?" Tanya Renjun, yang tersadar akan barang bawaan sang bos.

"Oh ini. Gue pengen pamit pergi." Ujar Junhui, yang sukses membuat dirinya terkejut.

"Pamit ke mana, anjir?! Lo yang punya perusahaan ini ya!" Peringat Renjun. Kan gak mungkin kalau bosnya ini di pecat? Pasalnya siapa yang berani pecat Junhui, yang notabennya bos sekaligus pemilik kedai ini?!

"Udah gue jual ini kedai." Ujar Junhui, yang sukses membuat dirinya membelalakan matanya kaget.

"Lo jual ke mana, anjir?" Tanya Renjun, mencegah bosnya yang ingin kembali pergi.

Junhui mengedihkan bahunya acuh. "Gak tau. Tadi ada yang nelepon gue. Di pen beli perusahaan gue dengan harga yang fantastis. Karena harga yang di tawarin gede banget, yaudah gue ambil aja." Seru Junhui yang benar-benar membuat dirinya menggeleng tidak percaya.

"Lo gila ya, Jun?! Lo langsung iyain gitu aja?" Tanya Renjun sekali lagi.

"Ya iyalah. Orang dia beli dengan harga yang gila juga. Uangnya juga udah di tf sama dia." Jawab Junhui yang nampaknya acuh.

"Terus gue gimana ya, bangsat?! Gaji gue gimana? Dikit lagi tanggal gajian gue, Junhui anjing. Lo lagi gila sih! Tiba-tiba kayak gini!" Seru Renjun yang sudah sangat kesal dengan bosnya, yang gak ada otak kayak bosnya ini.

"Nanti lo temuin aja dia. Gue udah jelasin semuanya ke dia kok. Masalah gaji? Dia udah tau semua. Lo nanti temuin aja. Dia juga bakalan dateng ke sini." Seru Junhui, yang langsung melepaskan tangan karyawannya yang menahannya, dan pergi meninggalkan karyawannya.

"Yak Junhui anj-- Gak boleh ngomong kasar, Njun! Tapi manusia kayak Junhui ini pantas untuk di katain gak sih?!" Gumam Renjun seraya menggelengkan kepalanya gak kuat, karena tingkah sang bos. Lalu ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

---

*kring* tanda seseorang memasuki kedai Renjun. Ia kira kalau itu pelanggan, jadi ia sambut seperti biasanya.

"Selamat siang. Selamat datang di--- Jaeminie?!" Sapaan Renjun terhenti begitu saja, begitu melihat suaminya yang ada di kedainya.

Senyum Jaemin terbit begitu melihat keberadaan Renjun, yang saat ini ada di hadapannya. Dan tanpa tunggu lama, ia langsung memeluk sang istri yang saat ini tengah memegang nota pesanan.

"I miss you. I miss you so much, babe. Aku benar-benar merindukan dirimu, Na Renjun." Ujar Jaemin di sela-sela pelukkan mereka.

Renjun masih terdiam ia masih gak nyangka kalau suaminya ada di sini. Apakah orang tuanya, dan orang tua suaminya sudah mengizinkan suaminya menemui dirinya? Atau suaminya akhirnya nekat menemui dirinya?

Seakan sadar, ia langsung melepaskan pelukannya sang suami. Membuat senyumnya suaminy langsung hilang seketika, dan itu membuat ia meringis tidak enak. "Hmm.... selamat siang. Silahkan duduk, dan ingin pesan apa?" Pertanyaan yang keluar dari mulutnya, sukses membuat raut wajah suaminya berubah menjadi sendu.

Jaemin sedih karena istrinya yang pura-pura tidak mengenalinya seperti ini. "I'm Sorry, Njun." Jawaban akan pertanyaan yang istrinya berikan.

Renjun terpaku. Ia tidak tau harus berkata apa di depan suaminya. Ini terlalu tiba-tiba. Membuat dia tidak tau harus berbuat apa. Tapi karena ia ingat kalau dia harus bersikap profesional. Dia akhirnya mengantarkan suaminya untuk duduk di kursi kosong, dan menawarkan menu untuk suaminya.

"Silahkan di lihat menunya." Pinta Renjun supaya suaminya paham kalau ini masih jam kerjanya. Ia gak boleh bersikap semena-mena, walaupun dia sudah lama bekerja di sini.

Melihat sikap ke profesionalan sang istri, Jaemin langsung paham. Ia langsung beranjak dari kursinya. Membuat tatapan istrinya berubah jadi heran.

"Jaemin. Aku sedang bekerja. Aku tidak bisa--" belum sempat Renjun mengeluarkan alasannya, suaminya sudah lebih dulu mengintrupsinya.

"Bisakah kau tunjukkan di mana letak ruangan pemilik kedai ini?" Pinta Jaemin, yang juga berusaha bersikap profesional.

Mendengar ucapan suaminya, membuat Renjun mendecak kesal. "Untuk apa?! Pemilik kedai ini baru saja pergi, dan akan di gantikan oleh pemilik bar--- kau? Pemilik baru kedai ini?" Protesan Renjun berubah begitu saja, setelah ia tersadar kalau ternyata suaminya ini pemilik baru di kedai tempat ia bekerja.

Mendengar istrinya yang cepat paham akan situasi ini, ia langsung menunjukkan senyumnya lagi. "Jadi, bisakah kau menunjukkan di mana ruangan pemilik kedai?" Pinta Jaemin, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh sang istri.

Renjun langsung menunjukkan ruangan yang akan di tempati oleh suaminya. Ruangan bekas Junhui dulu, yang akhirnya akan berganti menjadi milik suaminya. "Di sini ruangannya." Ujar Renjun, seraya menunjukkan ruangan yang ada di hadapannya saat ini.

Jaemin mengangguk paham, dan langsung membuka pintunya, serta masuk ke dalam. "Kenapa diam saja? Masuk!" Titah Jaemin, yang langsung mendapatkan tatapan penuh mengintimidasi dari sang istri.

Seakan paham, ia langsung membuka suaranya lagi. "Aku ingin membahas mengenai sistem kerja dan juga gaji. Kau sudah di beri tau oleh Junhui kan?" Tanya Jaemin, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh sang istri.

"Kalau begitu tunggu apalagi? Masuk, Na Renjun." Titah Jaemin, yang membuat istrinya langsung masuk ke dalam ruangan.

JUST A BULLSHIT 2 - JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang