Prolog : Kecelakaan Di Jalan Raya

19 1 10
                                    


"AH!" 

Untuk sesaat, aku seperti tertarik kembali ke dalam tubuhku dan mataku terbuka begitu saja.

Kupejam dan buka mataku berkali-kali guna mengumpulkan kesadaran sembari bangkit dari posisi baring. Kenapa rasanya alasku berbaring keras sekali sih? 

"Eh?" Begitu kesadaranku telah pulih sepenuhnya, aku bisa melilhat pemandangan di sekitarku yang terlihat asing namun juga familiar di saat bersamaan. Tapi ada satu hal gawat yang kusadari saat aku melihat lingkugan sekitarku, ini bukan kamarku!

Aku refleks bangkit dari posisi duduk dan berputar cepat untuk melihat sekeliling secara singkat. "Di jalan!?" Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku begitu menyadari dimana aku berada kini.

Jadi selama ini aku tertidur di trotoar!? Kenapa?

"Apa pingsan ya ..." Aku bergumam kecil sembari mengusap tengkuk, mengedarkan pandangan untuk memeriksa berapa orang yang berada di sekitar trotoar, dan ternyata hanya sedikit, bahkan sama sekali tidak ada yang memperhatikanku, baguslah, sepertinya tidak ada yang sadar beberapa saat lalu aku terbaring di depan tiang. 

"Pulang aja deh." Mengabaikan keanehan yang terjadi, aku segera berjalan cepat meninggalkan tempatku berbaring tadi. 

Setelah mengamati tadi, aku menyadari bahwa ini jalan yang biasa kulalui, tidak jauh dari rumah malah. Pertanyaannya adalah, bagaimana aku bisa terbaring di sana deh? Tidak mungkin aku mabuk, seumur hidup aku tidak pernah sekalipun menyentuh botol alkohol. Narkoba? Apalagi!

"Ampun ... kasihan banget, masih muda kayaknya loh." 

Belum juga aku berbelok di kelokan depan, ribut-ribut bincangan orang-orang samar mulai terdengar. Ah tapi aku tidak begitu peduli, paling-paling juga ada kecelakaan motor kecil atau perkelahian, sudah biasa terjadi di jalan. 

Mataku sedikit melirik kerumunan beserta mobil ambulans bisu di tengah jalanan raya saat berbelok, ternyata lebih kacau dan ramai dari perkiraanku. Apa separah itu kecelakaannya?

Akhirnya karena penasaran, aku mendekat juga, namun kerumunan orang terlalu padat, aku tidak bisa menembusnya. Alhasil aku hanya bisa melihat sebuah tandu dengan roda yang membawa seseorang dengan kain menutupi hampir seluruh tubuhnya. Selain itu, sebuah mobil sedan putih yang terbalik juga sangat menarik perhatian, sepertinya itulah penyebab kecelakaan orang itu.

"Ngeri, kebalik gitu, mana mobilnya sama denganku lagi," ucapku sembari menatap ngeri mobil yang terbalik itu.

"Untung sekali bukan kita ya." Aku mengangguk mengiyakan ucapan orang asing di sebelahku. 

Begitu tandu yang membawa korban kecelakaan itu sudah masuk ke dalam ambulans, perlahan kerumunan pun bubar, begitu juga denganku. 

"Dipikir-pikir lagi kenapa aku keluar dengan jalan kaki ya? Jarang sekali." Semakin aku berjalan, semakin banyak keanehan yang kusadari. "Ah sudahlah, nanti saja pikirkan."

Aku terus melangkah hingga sampai pada sebuah rumah dengan halaman yang dipenuhi dengan tanaman juga pagar putih yang megelilingi bagian depan halaman, sedangkan sisi kanan dan kirinya diapit oleh rumah bewarna putih dan coklat.

"Ma, Rian pulang." Aku menekan gagang pintu yang tidak terkunci dan membuka pintunya.

Sepi. Yah, biasanya pun begini sih, hanya ada aku dan Mama di rumah jadi mungkin rumah ini ramai. Tapi biasanya Mama langsung menyambutku atau setidaknya membalas salamku, "keluar kali ya? Mobil di depan juga enggak ada."

Kubuka dulu sepatu yang kukenakan dan menatanya di samping pintu masuk, barulah setelahnya masuk dan menghempaskan diri di sofa, tentunya setelah menutup kembali pintu masuk.

"Booosan." Lurus menatap langit-langit rumah, aku menghela napas panjang. Padahal tidak ingat apa yang terjadi, tapi kenapa rasanya lelah sekali? Ingin rasanya kembali tidur. 

Perlahan, mataku kembali terasa berat dan tidak butuh waktu lama hingga kedua mataku tertutup sepenuhnya. 



"Tidak ... kenapa." Sebuah suara isak tangis tersendat yang terdengar pahit dan menyakitkan membangunkanku, aku kenal suara itu, Mama. 

Kepalaku terasa pening saat bangkit dari posisi tidur, rumah ini gelap sekarang, begitu juga dengan suasana di luar. Pandanganku lantas beralih pada pintu kamar mama yang berada dekat dengan sofa depan televisi. Kenapa malam begini Mama baru pulang?

Dengan lunglai, aku berjalan menuju kamarnya. Begitu sampai di depannya, aku bisa melihat sosoknya yang menangis meringkuk di atas kasur. Terkadang Mama memang suka seperti ini, biasanya karena Ayah. Mungkin karena Mama masih belum bisa melepaskannya. Dan di saat seperti ini aku hanya bisa menghela napas sembari berharap Mama bisa segera berdamai dengan kepergian Ayah. 

Setelah beberapa detik berdiri di ambang pintu tanpa melakukan apapun, aku akhirnya berbalik pergi meninggalkan pintu kamar Mama dan masuk ke kamarku sendiri dan melemparkan diri ke atas kasur.

Aku mengerang, kesal sekali rasanya tidak bisa berbuat apa-apa pada Mama yang tengah menangis. Tapi jangankan menenangkannya, sosok Ayah bagaimana pun aku hanya pernah melihatnya sekali, setelah itu semua fotonya menghilang begitu saja dari rumah ini. Apalagi dengan sikapnya, seumur hidup aku tidak pernah bertemu dengannya. 

"Jika saja Mama menerima pria saat itu, pastinya sekarang mama bisa lebih senang." 

.

.

.

.

.

.

.

.


02 November 2022

Author's Note

Euh...

Ya, aku sepertinya emang lagi gak bisa berpikir jernih, publish cerita baru di tengah kepadatan yang udah bikin pusing belakangan ini... T-T

Tapi memang aku berharap dengan cerita ini aku bisa ngeringanin stressku karena rencananya cerita ini ringan. Yah kalian bisa liat lah dari covernya kalau aku gak niat bikinnya ahahaha. Intinya ini cerita memang buat seneng-seneng aja sih, walau tetep ada rencana dan catatan, tapi cerita ini emang gak siap untuk dipublish karena bahkan alurnya aja belum beres, cuma kegambar dikit-dikit aja untuk perkembangan ceritanya :") (selamat, kamu sudah kuburan untuk dirimu sendiri)

Apalagi ide cerita ini baru dateng TADI SIANG banget dan aku langsung "ah kayaknya asik deh." dan langsung deh kutulis malem ini, berharap cerita ini bisa jadi relief stressku
/you better fix my entire life you little shi-

Tapi yah namanya nulis cerita buat seneng-seneng jadi kenapa harus ngikutin alur? AHAHAHA
/salah

OKE CUKUP aku agak-agak gak sabar nulis next chapter (mari lupakan Nefelilbata)
BABAY!

Am I Dead!?Where stories live. Discover now