Arwah Denial (2)

5 1 2
                                    

"HAH!?" Aku tidak percaya perempuan rupawan dan berwajah imut sepertinya mampu mengatakan hal seaneh itu pada orang asing dengan wajah datar.

"Mohon maaf dek, tapi sekarang saya berdarah aja enggak gimana caranya saya mati?" Aku menatap perempuan itu sambil menahan tawa. Tidak tahu apa yang membuatnya bisa berkata seperti itu, tapi dia terlihat seperti orang yang bodoh sekali.

"Hahh, aku sudah mengira arwah tipe sepertimu tidak akan percaya. Oke pertama, dek? Asal kamu tahu ya wahai manusia, aku jamin umurku berkali-kali lipat lebih tua darimu, kedua, kamu mati kemarin, bukan hari ini. Gak percaya?" Begitu meyelesaikan kalimatnya, perempuan itu tersenyum tipis lantas mendorongku dengan dua jarinya.

"EH!" Entah karena kekuatan apa, tapi dua jari perempuan itu berhasil mendorongku hingga jatuh dari kursi pengemudi.

"Hei, gak sopan ya kam-UUU?!" Mataku melotot sempurna saat setengah dari badanku keluar menembus pintu mobil. 

"AAA!" Refleks, aku menarik tubuhku mundur hingga tubuhku sepenuhnya keluar dari mobil. "Apa-apaan itu!?" Aku menatap ngeri pintu mobil yang masih tertutup.

"Bukti bahwa kamu sudah mati." Perempuan itu tiba-tiba muncul kembali di belakangku sembari memasang senyum penuh arti. 

"Bohong ... Aku? Mati?"

"Yup!" 

"Enggak mungkin!" Aku berseru tidak percaya.

"Kok enggak mungkin? Ya mungkin lah, kamu kan makhluk hidup." Dengan santainya perempuan itu membalas kalimatku sembari mengangkat kedua bahunya, seolah perkara aku yang kini telah mati sudah biasa baginya.

"Enggak, enggak. Kamu pasti udah cuci otakku 'kan? Kamu pasti dukun kan!?" Aku menunjuk wajah gadis itu menggunakan telunjukku dengan tegas, memaksanya mengaku. 

"Cuci otak? Kamu ngomong apaan deh, plus, aku bukan dukun ya, aku malaikat maut." Perempuan itu menepis telunjukku.

"Ya ampun, penyok mobilnya. Coba liat orangnya apa-apa enggak?" Suara-suara orang sekitar samar mulai terdengar jelas, perhatianku teralihkan begitu saja saat melihat orang-orang mendekat ke mobil Danes yang depannya sudah hancur nyaris tak berbentuk. 

"Kok enggak ada?" Seorang lagi yang tengah megintip jendela mobil mengkerutkan dahinya bingung. 

"Hah? Enggak ada?" Satu orang lagi terlihat menghampiri orang yang tengah mengintip jendela, "bener enggak ada, coba cek di sebelah sana, siapa tahu udah keluar orangnya!" Orang itu berseru, meminta siapapun untuk memeriksa area dimana aku berada kini.

"Ada! Aku selamat kok, enggak-"

"Enggak ada!" 

Kalimatku langsung terhenti begitu mendengar seruan orang yang baru saja menghampiri sisi dimana diriku berada. 

"Hei, hei, di sini!" Aku berseru sekali lagi, tapi orang-orag itu justru malah menjauh dari mobil. 

"Jangan-jangan ini kiriman santet?! Cepet jauh-jauh!" 

Aku menautkan alisku keheranan, dari sekian banyak kemungkinan kenapa hanya itu yang terpikirkan oleh mereka!? Mana yang lain juga percaya lagi, mereka bodoh ya?

"Enggak hei! Aku masih hidup!" seruku tidak terima.

"Sudahlah, terima saja kalau kamu- EEEEH!" Aku berjengit terkejut begitu mendengar perempuan di belakangku berteriak.

Perempuan itu lantas mendekat ke jendela mobil dan mengintip dalamnya, aku memang tidak melihat jelas, tapi raut wajahnya panik sekali saat dia mengintip ke dalam sana. 

"KAMU NGENDARAIN MOBILNYA SENDIRI!?" Mata perempuan itu membelalak tidak percaya, menatapku, meminta penjelasan. 

"Iya?" Aku menjawab dengan ragu, tidak tahu mengapa dia menanyakan hal yang sudah pasti begitu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 05, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Am I Dead!?Where stories live. Discover now