Manusia dan Zaman

109 8 2
                                    

Terlalu banyak berbagai kejadian,

yang di masa lalu ditolak oleh bermacam kalangan,

karena betapa tak sesuai moral kemanusiaan.

Kini, semua seakan biasa.

Apa-apa yang dahulu seringkali dijadikan perdebatan,

berakhir pada diam-diam lantaran siapa penghambat kebebasan—yang dianggap pembaruan,

akan diserang habis-habisan.

Pembantaian itu, tak perlu nampak.

Paling-paling, hanya dipandang sebelah mata
karena ditanggap berpikiran tersumbat.

Atau, dighibahi dalam hati dengan ungkapan merasa putih.

Bisa juga, ditentang kala berpendapat,
sebab ucapannya ditebak kuno nan lambat.

Selain dituntut berlari menghadapi perubahan,

juga dikekang agar tak boleh tak tahu perkembangan.

Dan, ketika itu berlangsung,

dengan hanya memampangkan bagian tuntutan,

dengan wajah yang masih bersembunyi di balik papan warna-warni,

segeralah kumpulan itu berpaling,

beranggapan jasad dan nurani mulai berseberangan.

Begitulah bumi, mudah sekali berspekulasi.

Begitulah diri, mudah sekali terkontaminasi.

Niat hanya berbaur dengan tetap memerhatikan syariat berprosedur,

tapi sudah dicap mundur teratur.

Begitulah manusia, senang sekali menduga-duga.

Begitulah dunia, tak perlu diikuti sebegitu keterlaluannya.

Panggil Aku IntroverWhere stories live. Discover now