Bab 10 - Tamu Tak Terduga

9.4K 1.5K 57
                                    


Tubuh kami akhirnya menyatu dengan sempurna. Aku mendesah panjang, kupeluk tubuhnya seolah-olah tak ingin kehilangan dirinya. Ya Tuhan! Aku tidak bisa tanpa pria ini... aku mencintainya... aku ingin dia hanya menjadi milikku. Tapi kenapa kenyataannya tak seperti itu?

Mas Sam melepaskan pelukanku, dia menangkup kedua pipiku sebelum kemudian menghadiahiku dengan cumbuan lembut darinya. Aku menikmatinya, apalagi saat tubuhnya mulai bergerak seirama tanpa menghentikan cumbuan bibirnya. Astaga... aku kembali jatuh pada pesonanya. Salahkah aku jika tak ingin kehilangan pria ini? Salahkah aku jika ingin memiliki pria ini seutuhnya untuk diriku sendiri?

****

Bab 10 – Tamu tak terduga

Sisa minggu liburan kami di Bali akhirnya berlalu dengan cepat, dan gembira. Aku memutuskan untuk tak lagi memikirkan permasalahanku. Bukannya aku tidak peduli, hanya saja, aku tak mau stress dan berakibat buruk dengan bayiku.

Ditambah lagi, Mas Sam tampak sangat memanjakanku di akhir minggu kami bersama. Bima dan Bisma tampak sangat bahagia, jadi aku tidak ingin merusak semuanya.

Kini, tibalah saatnya kami kembali ke Jakarta. Minggu malam kami sudah kembali, dan senin pagi kembali pada rutinitas seperti sebelum-sebelumnya.

Mas Sam memang selalu pulang saat akhir pekan, senin pagi, aku sudah mempersiapkan semuanya, dan dia sudah bersiap bekerja, sama dengan pagi ini.

Pagi ini, aku membuatkan menu nasi goreng dengan telur dan sosis. Tak lupa aku juga mempersiapkan bekal untuk Mas Sam. Saat aku masih sibuk di dapur, kurasakan dia datang mendekat padaku.

"Kamu suka sama liburan singkat kita kemarin?" tanyanya sembari menyandarkan tubuhnya pada meja dapur.

Aku menatapnya dan tersenyum "Iya, senang. Anak-anak juga sangat menikmati main di pantai."

"Lain kali kita liburan lagi, oke? Ke kota lain," ajaknya.

Aku hanya mengangguk. Aku tak akan lagi mempertanyakan kesanggupan dia. Bahkan ke ujung dunia pun, dia pasti mampu melakukannya.

"Pagi ini masak apa?" tanyanya kemudian.

"Nasi goreng, sosis dan telur. Ada yang Mas mau?" tanyaku sembari membalik telur dadar kesukaan Bima. Sedangkan Bisma biasanya lebih suka mata sapi.

"Itu saja pasti sudah enak. Kalau nanti malam masak apa?" tanyanya lagi.

Aku menatap Mas Sam seketika. Kenapa dia menanyakan tentang makan malam kaami? Toh, dia tidak ada di sini, bukan?

"Kenapa? Nggak boleh aku nanya? Padahal aku mau reques masakan untuk makan malam," ucapnya dengan santai.

"Apa maksudmu, Mas? Bukannya Mas Sam akan berangkat kerja?"

"Iya, memang. Terus?"

"Bukannya Mas pulang akhir minggu seperti biasanya?" tanyaku lagi yang masih tak mengerti dengan maksudnya.

Mas Sam menghela napas panjang, "Mulai sekarang aku nggak akan ambil job jauh-jauh. Jadi, aku bisa pulang kapan aja tanpa nunggu akhir pekan."

"Ke -kenapa begitu?"

Entah kenapa, aku menjadi tidak nyaman dengan rencana Mas Sam tersebut. Bukannya aku tidak suka jika dia berada di sisiku dan di sisi anak-anak. Namun, aku takut hal itu malah menimbulkan masalah baru buat kami kedepannya. Aku merasa baik-baik saja dan tidak masalah jika Mas Sam hanya pulang pada akhir minggu. Aku tahu, dimana posisiku, setidaknya, dia pulang walau hanya sehari dalam seminggu. Aku baik-baik saja dengan hal itu, aku akan menerimanya.

SECOND WIFE (Senja & Samudera)Where stories live. Discover now