(💌) · - 𝟏𝟎,

2.5K 479 57
                                    

|
.



Pukul 21:00.

"Aku di skors." Name memainkan anak rambutnya, "seminggu penuh."

Aki yang tadinya tengah menutup gorden jendela jadi berhenti. Menoleh syok ke arah Name. "Kali ini kenapa lagi?"

Tak menjawab, Name hanya menunjuk surat panggilan dari pihak sekolah di atas meja sebelah tempat tidur. Segera Aki berjalan mengambil surat itu.

"Sampah." gerutu Aki setelah membaca isi surat tersebut. "Alasan tak masuk akal."

Name mengulum senyum. Menatap wajah sahabatnya itu lekat-lekat. "Aki, aku mau berhenti sekolah."

Aki menoleh sinis. "Aku akan menyerangmu kalau kau bilang itu lagi."

Gadis itu reflek mengerjapkan mata dan melebarkan senyumnya. "Aku mau berhenti sekolah, aku mau berhenti, aku mau berhenti-"

Bruk

Aki terjun ke tempat tidur, tanpa basa basi langsung mencegat tangan Name kuat-kuat. Pemuda berkuncir itu mencondongkan badannya ke dekat Name, yang hanya memberi jarak beberapa inci diantara keduanya.

Deru nafas Aki menerpa wajah Name. Gadis itu mengulas senyum. "Kali ini kau bukan bau rokok atau alkohol lagi."

"Aku berhenti karna kau melarang ku."

Name mengangguk. "Hu'um." tangannya yang satu lagi terangkat mengelus kepala Aki pelan. "Jangan bawa bau itu lagi."

Aki mempererat cengkeramannya pada lengan Name. Pemuda itu memajukan wajahnya lagi, lebih dekat dengan Name, tanpa celah. Kening mereka beradu. Jantung Aki berdegup tak beraturan. "Aku sudah bilang... aku melakukan hal itu juga karenamu, Name."

Bohong jika Aki bilang dia tak frustasi karena tidak bisa bertemu dengan Name begitu lamanya dulu. Tapi kini, takdir telah menyatukan mereka kembali.

Name mengangguk, gadis berponi lebat itu meraih tangan Aki yang mencengkeram pergelangan kirinya. Ia mengusap perban yang terlilit di lengan pemuda itu, akibat kontrak dengan Iblis Rubah. Lalu menciumnya.

Aki sedikit tersentak, berusaha menyembunyikan semburat merah di pipinya. Sungguh, satu-satunya wanita yang dapat membuat dia seperti ini hanyalah Name seorang.

"Setelah kau tamat nanti, aku ingin hidup bersamamu, Name."




|
.


Di kantor pusat Devil Hunter.

"Ada semacam iblis berbahaya yang menempati hutan Nagano. Sudah banyak korban yang hilang ketika mengunjungi kuil di hutan itu."

Aki mengangguk paham. "Iblis apa kira-kira?"

Makima menghenyakkan punggungnya ke kursi putar, memiringkan kepalanya sembari tersenyum. "Iblis duri?"

Aki mengerut bingung. "Duri?"

"Yah, rata-rata semua orang takut terkena duri. Terlebih lagi di hutan, jadi mungkin iblisnya berkembang biak dengan cepat." jelas Makima.

Aki berdiri tegap. Mendengarkan dengan baik.

Makima melanjutkan, "Aku memerintahkanmu dan Himeno dalam misi ini. Aku ingin sekali Denji-kun ikut, tapi sekarang dia sedang berpatroli dengan rekan barunya, Power-chan."

"Begitu rupanya."

Makima mengangguk. "Baiklah. Semoga berhasil, Aki-kun."

Aki mengangguk mantap. Membungkukkan badannya di depan Makima. "Wakarimashita."

BRAAKK!

Pintu di dobrak, memperlihatkan seorang gadis berponi lebat dengan jaket hitam di tubuhnya. Ia berjalan mendekat ke arah Aki. Sebelum disusul oleh pria tangguh berbadan besar yang mencegahnya.

"Mohon maaf, Nona Makima. Dia sudah saya larang untuk masuk, tapi gadis ini ngotot sekali!"

Makima menyipitkan matanya, melihat gerak-gerik Name yang berada tepat di depannya. Wanita itu menopang dagu di atas meja. Mengukir senyum khas di wajah. "Tak apa. Pergilah."

Laki-laki yang diketahui sebagai bawahan Makima itu membungkuk, kemudian berlalu pergi. Menyisakan mereka bertiga di ruang itu.

Aki meneguk ludah. Menghembuskan napasnya pasrah. "Yah, terkadang Name memang suka kurang ajar begini." batinnya.

Tanpa basa-basi, gadis itu membuka suara. "Aku mau ikut." aju Name datar.

"Kau tau, kan? Kalau kau Devil Hunter swasta."

"Ya. Tapi aku ingin lancang." tegas Name lantang.

Makima menyiniskan matanya. Sungguh, hanya berhadapan dengan Name lah yang bisa membuatnya menguras energi. Seakan-akan, ia tengah menghadapi sesuatu yang tak bisa dia selesaikan sendiri.

Name mengangkat dagunya, menatap Makima lamat-lamat. "Aku menunggu jawabanmu."

Makima langsung mengernyitkan dahi.

"Sial, aku ingin mengenyahkannya."






|
.




Dah agak baikan oi gigi chii <( ̄︶ ̄)>
Tapi gatau ini chii nulis apaan dah 😞😞
Maklumi yh kawand², kalo mau tanya² komen saja ygy.

Jan pelit vote sayang ❤️

none ; hayakawa akiWhere stories live. Discover now