.
.
"KALO DIKASIH TAU TUH DENGER! BUKANNYA MALAH NGELAWAN!" Ucap seseorang yang suaranya sama sekali tidak asing baginya.
"AKU GAK SELINGKUH! HARUS BERAPA KALI AKU NGOMONG?" Balas Carisa juga dengan suara tinggi yang nyaris hilang, karena lelah sejak tadi hanya saling melontar teriakan satu sama lain.
"Kamu pikir aku bodoh Carisa? Kamu pikir aku gapunya mata-mata yang ngawasin kamu? Semua gerak-gerik kamu aku pantau! Gausah macem-macem! Pake segala genit ke cowok-cowok, cewek murahan kamu? Nempel sama semua cowok?"
Ucapan itu sangat menyakitkan sampai menangispun sudah tidak bisa menjadi solusi baginya. Carisa hanya bisa diam sembari mengepalkan telapak tangannya.
"JAWAB?! BISU KAMU GABISA NGOMONG?" Pria didepannya mulai menoyor kepalanya, lalu menampar pipinya.
"Atau jangan-jangan kamu malah suka aku giniin hah? Dasar cewek gila! Udah murahan, gila pula!"
"AAAAAAAAAARGHHHHHHH."
hosh... hosh...
Mimpi itu lagi.
Mimpi buruk yang sudah menghantui Carisa sejak putus dari mantan terakhirnya. Mimpi yang terlalu nyata untuk dibilang mimpi, karena memang seluruh mimpinya pernah terjadi di dunia nyata.
"RIS??? KENAPA???" Hisyam langsung memasuki kamarku dengan wajah panik. Ia melihat Carisa sudah dipenuhi keringat disekujur badannya.
Mata Hisyam langsung melunak, lalu berkata "Mimpi buruk lagi?"
Carisa hanya mengangguk pelan lalu menutup wajahnya, menangis. Hisyam menghampirinya lalu memeluknya sembari menepuk pundaknya pelan, mentransfer rasa aman dan nyaman.
"Inget ris, lo punya gua. Kita hadapin ini bareng-bareng ya?" Ucap Hisyam.
"Tapi sampe kapan syam? Gua capek harus selalu dihampirin sama dia terus. Gua bahkan udah lepas lama dari dia. Apa dia gak cukup nyiksa gua pas masih pacaran? Apa dia masih gak terima gua putusin? Apa dia sampe bayar dukun buat masuk ke alam bawah sadar gua?"
Carisa menuangkan segala keresahannya selama lima tahun terakhir.
Tahun-tahun dimana ia sudah terlepas dari mantan pacarnya yang abusive, namun masih dihantui lewat mimpi.
Carisa tidak tau harus berdamai dengan cara apalagi, karena kalau ditanya dia sudah ikhlas dengan kejadian yang menimpanya dulu, ia sudah ikhlas. Tapi kenapa orang itu masih datang ke mimpinya?
"Lo boleh capek, lo boleh jatuh. Tapi yang gak boleh lo lakuin adalah nyerah. Lo gamau kan kalah dari mantan lo yang brengsek itu? Buktiin dengan lo bisa lupain dia. Sebagai saudara lo, gua gaakan pernah ikhlas karena dia idah ngerusak lo. Tapi yang mutusin buat memaafkan dia atau nggak, itu lo. Jadi kita belajar sama-sama ya, untuk berdamai. Karena gua gatau rasanya jadi lo, dan gua gabisa maksain lo untuk ikhlas dan akting baik-baik aja. Tapi gua akan terus dampingin lo. Sampai gua mati."
Caris semakin menangis. Hisyam memang kalau sudah di keadaan seperti ini akan menjadi parents mode.
Hisyam lalu menangkup wajah Carisa, mengelap air matanya.
"Hari ini gausah kuliah, daripada parno nanti liat cowok-cowok. Gua izinin ke temen lo ya?"
Carisa mengangguk pelan.
"Gua sayang sama lo ris, lo tau kan?" Tanya Hisyam sembari mengelus pelan rambut Carisa.
"Tau syam."
"Lo tetep adik kecil gua, walau beda lima menit doang hehe." Ucap Hisyam dengan candaan recehnya, untuk mencairkan suasana.
"Yaudah istirahat, gua ke kampus dulu. Jangan lupa kunci pintu."
ㅡ
Alina berlari ke gedung FEB, mencari Hisyam di setiap kelas. Akhirnya ia menemukan Hisyam yang sedang bercanda dengan teman-temannya.
"WOY ORGIL! Gak lo, gak Carisa gak jawab telpon. Carisa kenapa? Kok gamasuk?? Kambuh lagi?" Tanya Alina sembari mengatur nafasnya yang tidak beraturan karena berlarian tanpa henti.
Hisyam melihat Alina, lalu buru-buru pamit ke teman-temannya dan mengajak Alina untuk menjauh.
"Lu gila? Jangan kenceng-kenceng ngomongnya!" Bisik Hisyam.
"Ya maaf! Gua panik! Gaada update an ig story, chat ga dibales, dm juga, telpon, vidcall. Gua takut kenapa-kenapa aja, gak kuliah kan dia?"
"Enggak, emang gua suruh istirahat. Paling tidur, gamegang hp."
"Kok tiba-tiba ke trigger lagi? Ini udah enam bulan kan dia gak mimpi apa-apa soal cowok bangsat itu?" Tanya Alina yang penuh penekanan di kata 'bangsat'.
"Ya gak ada yang tau kalo itumah, cuma dia yang bisa ngontrol. Mungkin lagi kecapean juga. Lo mau nengokin nanti? Tapi gua hari ini ada kerkom dulu sama temen." Ujar Hisyam.
"Iya mau, yaudah nanti maleman aja gua kerumah lo."
Tanpa disadar percakapan mereka berdua didengar Tama, yang sebenarnya memang berniat untuk menghampiri Hisyam dikelasnya.
ㅡ
tokkk tokk
Tidak ada respon, apa Carisa sesakit itu? Tapi sebagai anak psikologi, Tama paham betul dengan efek pascatrauma. Namun ia tidak tau cerita spesifik kenapa Carisa bisa mengalami hal itu.
krekk..
Pintu terbuka dan memperlihatkan penampilan Carisa yang awut-awutan. Rambut berantakan, wajah terlihat lusuh dan mata sembab.
Begitu melihat Tama, ia langsung ingin menutup pintunya. Namun ditahan oleh Tama.
"B-bentar ris, jangan ditutup dulu. Gua kesini cuma mau kasih makanan." Ucap Tama.
"P-pulang tam, gua lagi gamau ketemu siapa-siapa." Ujar Carisa pelan.
"Gua janji langsung pulang, tapi terima dulu-"
Baru Tama mengangkat sekantong plastik makanan yang ada di tangannya untuk diberikan, tapi Carisa langsung reflek menutup kepalanya dengan kedua tangannya.
Tama ikut kaget akan reflek Carisa. Tapi ia justru lebih merasa sakit hati, kejadian apa yang sudah menimpa Carisa sampai jadi seperti ini?
"Oke ris... gua taro di lantai ya? Gua pulang dulu. Dimakan ya biar merasa lebih baik."
Tama lalu menjauh dan pergi keluar pagar, tapi Carisa masih ada di posisi yang sama.
Dalam posisi itu Carisa sebenarnya menangis, selain takut ia juga malu.
"Sekarang Tama tau, gua aneh. Gua menyedihkan."
ANDA SEDANG MEMBACA
[ii] savior ㅡkang taehyun ✅
Fiksyen Peminat[PG 17+] Tama, bagiku kamu seorang hero dalam hidupku. Kamu menyelamatkanku dari kejamnya dunia, tapi izinkan aku bertanya. Jika aku mempunyai kamu sebagai penyelamatku, lalu siapa yang akan menyelamatkanmu?
![[ii] savior ㅡkang taehyun ✅](https://img.wattpad.com/cover/318120106-64-k427732.jpg)