Langit Tak Lagi Sama

65 9 2
                                    

Happy reading a story that can touch the heart. Please come and read on CindyAyunasution




•Humans can plan but fate decides•

Manusia bisa bersama namun dunia bisa berbeda. Jika pijakan kaki di atas tanah yang sama maka langit tak lagi sama.






Aku berdiri menghampiri cahaya yang menusuk dan menyerap seluruh tubuhku. Kupandang dengan mata terbuka sembari menyelam masuk ke dalam memori hingga tak tersisa, seperti putaran film yang berdurasi menampilkan setiap momen yang terjadi setiap detik bersamanya.

Setiap bayangan yang ada tak semestinya bersifat semu, karena itu terlalu indah walau tidak bisa kusentuh dengan jemariku. Aku berdiri di seberang jalan menatap jalan yang terhubung dengan dunia yang berbeda. Di sana, tempat terakhir antara aku dan dia, dua dunia yang berbeda dan juga takdir yang tak sama.

Seluruh tubuhku merasakan energi, kuresapi dan kugenggam semampuku. Tidak, tidak bisa! Energi yang membawaku ke arah sana seolah menyuruhku untuk menghampirinya. Bagaikan sinar yang menembus pandang sampai tidak bisa lagi kurasakan.

Aku tergugu dan menunduk dalam diam, tetesan air mata mulai membasahi pipiku. Kuraih cairan bening yang tak sengaja keluar dengan perasaan gundah dan kacau. Hembusan angin yang menerpa wajahku seakan merasakan kegundahan hatiku.

Getaran yang tiba-tiba datang membuat seluruh tubuhku bergerak dengan sendirinya, bergetar hebat dengan isakan lirih yang semakin berirama.

Aku bertumpu dengan kedua tanganku, berjalan dengan tertatih-tatih sembari menatap jalan dengan pandangan kosong. Pelukan yang dulu kurasakan tak bisa lagi kudapatkan, senyuman indah yang selalu kulihat tak lagi kudapatkan. Kenapa? Kenapa Tuhan memisahkanku?

Kenapa Tuhan dengan begitu dahsyat memisahkan dua jiwa yang telah menyatu? Memisahkan antara dua hati yang baru saja menjadi satu bagian tubuh.

Semua waktu yang telah dipersiapkan secara matang kini sudah menghilang, seluruh harapan yang belum sempat tercapai kini harus pupus karena keadaan.

Di mana letak kebahagiaan? Bila akhirnya kuharus merelakan?

Mengapa harus bersatu jika akhirnya berpisah?

Tak mengapa jika harus terluka. Namun, bagaimana dengan kehidupanku selanjutnya?

Pikiranku selalu memaki tanpa henti, merasa sakit hingga merasa nyeri.

Memikirkan bagaimana dia di sana, apa yang sedang terjadi disana?

Siapa yang akan menemani sisa hidupku?

Aku menyerah dengan hidup, tidak lagi memikirkan bagaimana aku akan berjuang, semangatku sudah hilang setengah jiwaku menyatu dengan alam.

Aku berteriak histeris di tengah kesunyian, menghiraukan semua orang yang melihat ke arahku dengan tatapan heran, aku tidak peduli.

Aku lanjut berjalan tak tentu arah, hingga tak sadar jika langit sudah berganti malam. Kuraih sebotol minuman, menatap jalan dengan pandangan hampa, air mataku kembali luruh bersamaan dengan memori yang kian muncul secara ke seluruh.

Aku merasakan gesekan pada tanganku. Kulihat samping kananku, senyuman itu nyata. Dia menyapaku dengan tatapan hangatnya. Tatapan itu! Tatapan saat kita masih bersama di langit yang sama.

Aku semakin terisak, pelukan hangat itu menyentuh tubuhku, aku menangis semakin keras, usapan tangannya semakin membuatku mengeluarkan seluruh emosionalku.

CapriciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang