Meet Him

5.2K 178 24
                                    

" Jadi ini calon menantuku? Tidak ku sangka Bob mempunyai anak gadis yang cantik. Beruntung sekali anakku." ujar paman Durke sumringah sambil memelukku.

Aku memaksakan senyum membalas senyumannya, dalam hati tersenyum kecut. Pujian itu pasti karena ada maunya.

" Kakek, boleh aku ke belakang dulu? Kasian bibi Lina jika harus menyiapkan semuanya sendirian " kilahku pada kakek dengan senyuman yang ku paksakan. Bukan itu alasanku yang sebenarnya, aku ingin menghindari pertemuan ini sejujurnya. Itu kalau aku bisa-dan sialnya tidak bisa.

Kakek mengangguk, mengiyakan. " Segera kembali.. " perintah kakek dengan sorot mata memperingatkan " jangan kabur! "

Aku tersenyum, pamit pada semua tamu yang ada kemudian berbalik menuju dapur.

Aku benci drama keluarga.

Aku belum bertemu dengan laki-laki yang akan di nikahkan denganku. Dia tidak datang, dia memiliki pekerjaan yang tidak bisa di tunda hari ini-itu yang di katakan paman Durke. Sejujurnya aku malah merasa senang kalau dia tidak pernah datang.

Aku tahu Ayah pasti akan mengutukku di surga karena selalu berprasangka buruk pada paman Durke. Maafkan aku Ayah, aku tidak membenci mereka. Aku hanya tidak suka pada ide pernikahanku dengan anak laki-lakinya.

" Bibi Lin, ada yang bisa aku bantu? " tanyaku pada wanita yang ada di depanku.

Dia menoleh ke arahku tidak senang, " Kenapa kau ada di sini Ace? Kau seharusnya berada di luar dengan keluarga calon suamimu. "

" Oh, ayolah bi. Kau tau betul aku tidak suka dengan ide itu."

Dia mendesah, " Aku tahu nak, tapi tidak seharusnya kau menghindar. Toh, cepat atau lambat kau juga akan menikah dengannya."

" Aku mohon jangan membicarakan pernikahan bi. Aku sengaja ke sini karena menghindari hal itu, mereka pasti sedang membahasnya sekarang" ucapku tak senang.

Bibi Lin tersenyum, " Jadi bagaimana calon suami mu? Apa kau menyukainya?"

Aku tau bibi Lin sedang mengalihkan suasana, tapi itu tidak akan mempan padaku.

" Kami belum bertemu, dia tidak datang. " ucapku malas, membayangkan laki-laki itu.

Bibi Lin mendelik, " Apa maksudmu tidak datang? Dia menolaknya? " tanyanya tidak percaya.

Aku mendengus, " Aku akan melompat-lompat seperti orang gila jika dia menolaknya bi.. "

" Lalu kenapa dia tidak datang? " tanya bibi Lin penasaran.

" Seperti yang dikatakan keluarganya dia ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan hari ini, jadi dia menyusul besok.."

" Baguslah kalau begitu, setidaknya kau punya waktu satu hari lagi untuk mempercantik diri. " ucap bibi Lin tersenyum.

Aku duduk di kursi meja makan, tersenyum kecut pada omongan bibi Lin barusan. " Kalian sepertinya senang sekali dengan pernikahanku "

Alis bibi Lin bertaut, " Kau tidak senang?"

" Tidak! " ucapku mantap " Ku pikir kau tahu betul tentang itu bi."

Ya, bibi Lin tahu tentang kisah asmaraku. Sudah aku katakan, bibi Lin sudah ku anggap seperti Ibu ke duaku. Itu artinya dia satu-satunya tempat aku bercerita, selain Ibu-seharusnya.

" Lupakan pria itu Ace, dia tidak akan pernah kembali."

" Tidak, dia akan kembali bibi. Dia berjanji."

Bibi Lin mendesah seperti menolak penyataanku, tapi matanya menyiratkan sebuah tatapan prihatin. Aku bisa melihatnya dengan jelas. " Cobalah untuk melupakannya Ace, kau tahu pernikahanmu sudah di depan mata."

Wedding's ProposalNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ