16. | Memulai Kembali |

9 1 0
                                    

Waktu yang berjalan cepat, membuat Kevia dan Reynal tak merasa kalau hubungan baik mereka sudah berjalan selama satu bulan lamanya.

Ya, waktu memang menyembuhkan segalanya. Kini Kevia sudah sepenuhnya memaafkan dan mempercayai Reynal. Hubungan mereka pun makin bertambah erat, meski statusnya masih hanya sekedar teman.

Pagi ini, Reynal datang ke rumah untuk menjemputnya agar pergi ke sekolah bersama-sama. Motor Kevia sendiri kemarin masuk bengkel karena lampu seinnya bermasalah. Itulah sebabnya ia meminta tolong pada pemuda itu agar memberinya tebengan.

"Udah siap?" tanya Reynal begitu Kevia muncul dari dalam rumah.

Kepada Reynal yang duduk di atas motornya, Kevia mengangguk. "Eh btw, Rey, makasih, ya, udah mau jemput gue," ucapnya senang.

"Nggak masalah. Duit bensin aja jangan lupa." Reynal menyahut dengan santai.

Kevia menganga. Dan sebelum sempat merespon apa pun, Sena yang datang pagi-pagi untuk menumpang sarapan berlari keluar seraya berteriak heboh.

"Eh ya ampun, dedek ganteng gue pagi-pagi udah nangkring di sini."

Kepada tingkah Sena yang lebay seperti biasa saat melihat Reynal, Kevia mendengkus. "Mulai."

Sena memang pada akhirnya bertemu dengan Reynal pertama kali saat pemuda itu datang sepulang sekolah beberapa minggu lalu. Dan ya, tanpa ia ceritakan pasti kalian sudah tahu bagaimana hebohnya kakak sepupunya itu saat pertama kali bertemu dengan Reynal.

Reynal saja sampai kualahan melayaninya. Dan begitulah, mereka langsung akrab tanpa ada kecanggungan. Meski pertemuan mereka bisa dihitung dengan jari karena Sena hanya akan bertemu Reynal saat pemuda itu datang ke rumahnya.

Reynal sendiri tertawa-tawa. Ia lalu turun dari motor untuk menghampiri Sena yang berdiri di samping Kevia.

"Hai, Kak."

"Hai hai. Lo ngapain ke sini? Mau anterin gue ke kampus, ya?"

"Apaan, sih, lo? Dia mau jemput gue!" Kevia menyela dengan sengit.

"Buset, Kev, santai aja kali. Lagian gue juga cuma bercanda. Posesif amat lo. Reynal masih punya lo kok." Sena terkekeh-kekeh melihat respon Kevia yang sangat sensitif.

Kevia mendelik, mempertanyakan maksud kalimat terakhir Sena.

Sementara Kevia dan Sena berdebat tak jelas, Reynal hanya bisa geleng-geleng. Dua perempuan itu benar-benar tak pernah akur.

"Eh iya. Lo ke sini sendirian lagi? Nggak ngajakin Kenandra? Duh ya ampun, Rey. Gue tuh sering banget ketemu lo tapi nggak pernah sekalipun ketemu Kenandra. Tolong dong lo kalo main ke sini Kenandra nya bawa. Gue pengen banget ketemu sama dia."

Mengabaikan Kevia yang masih marah-marah tak jelas, Sena merengek-rengek pada Reynal yang tak pernah memberinya waktu dan kesempatan agar bisa bertemu dengan idolanya.

Hadeh. Reynal menghembuskan napas lelah. "Kak, lo lupa?" tanyanya seraya mengedipkan mata penuh makna.

Sena terdiam, mencoba mencerna maksud ucapan Reynal serta arti kedipan maut itu. Dan seketika memekik heboh saat akhirnya paham apa maksud Reynal. "Oh iya, ya ampun! Untung lo ingetin, Rey, hehehe. Oke oke gue akan sabar menanti dan menjalankan tugas dengan baik." Ia meyakinkan Reynal yang menatapnya ragu dengan memberi dua jempol.

Reynal melengos, lalu mengangguk saja sebagai respon.

Kevia yang melihat interaksi aneh mereka berdua, langsung menatap keduanya dengan curiga. "Kalian kenapa? Tugas apa yang Kak Sena maksud?"

"Nggak ada apa-apa kok, Kev. Lo tau sendiri gue suka ngomong asal." Sena yang memberi tanggapan dengan menampilkan wajah se-meyakinkan mungkin.

"Betul. Gue aja bingung gimana ngadepin Kak Sena." Reynal menimpali dengan sorot bosan yang ia layangkan pada Sena.

Wrong ChanceWhere stories live. Discover now