Happy reading!!"Sayang, ayo bangun." Ten terbangun dari tidurnya di saat mendengar suara seseorang yang ia sukai. Mengerjap pelan untuk membiasakan cahaya yang di biaskan oleh matahari.
"Johnny?" Ujarnya tak percaya, sejak kapan seseorang yang ia panggil Johnny berada di rumahnya, bukankah mereka tidak pernah saling sapa setelah kejadian dua tahun silam.
"Iya sayang ini aku, kenapa kau terlihat terkejut?"
"Kenapa berada di sini?"
"Berada di rumah kekasihku sendiri tidak boleh?"
"Hah?" Ten terperangah, sejak kapan dia menjadi kekasih Johnny lagi.
"Hubungan kita sudah satu tahun, kau lupa?"
"Ah bukan aku yang lupa, tapi sepertinya kau yang hilang ilangatan." Ujarnya, bagaimana bisa ia lupa, ia rasa kemarin Johnny menatapnya tak suka dan memberikan undangan pernikahannya bersama perempuan pilihannya.
"Tidak, aku tidak hilang ingatan." Balas Johnny, "mungkin kau memang lupa karena terbentur pintu."
"Kau gila?!" Pekiknya, "bagaimana mungkin bisa lupa hanya karena terbentur pintu? Kita sudah menjadi mantan kekasih Johnny, kau yang memutuskan aku."
"Itu tidak mungkin." Tampik Johnny.
"Apanya yang tidak mungkin? Kau bahkan akan menikah dengan kekasihmu." Ujar Ten frustasi dengan mengacak rambutnya kasar.
"Itu tidak terjadi Ten, kita sepasang kekasih, tidak ada perempuan yang kau maksud itu. Sekarang lekaslah bangun lalu sarapan, aku sudah menyiapkan makanan untuk kita." Johnny meninggalkan kekasihnya itu.
Ten beranjak dari kasur walaupun bingung, sebenarnya apa yang terjadi ini? Apa kejadian semuanya yang ia alami hanya mimpi belaka? "Bisa gila jika aku memikirkannya." Gumamnya.
Dia membersihkan tubuhnya lalu setelahnya dia menggunakan kaos dan celana panjang selutut, dia tidak ada rencana kemanapun kecuali berada di rumah dan bermalas-malasan.
Ten sudah berada di ruang makan, banyak makanan yang tersaji di depannya, dari dimulai udang dan telur kecap "kau memesannya?"
Johnny mengangguk, meletakkan ponsel miliknya pada meja di sampingnya "kau juga tidak lupa bukan jika aku tidak bisa memasak?"
Ten menggeleng, dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Johnny. Johnny memberikan satu sendok nasi dan meletakkannya di piring milik Ten "kau mau kepiting atau udang?"
Salah satu alis Ten tersentak "kau sehat?"
Johnny menatap bingung ke arah Ten "sebenarnya aku yang harus bertanya, kau sehat?"
"Kenapa aku?"
"Sejak bangun dari tidur tingkahmu aneh, kau berprilaku seolah ini semua tak nyata."
"Ini memang tak nyata, kau siapa sebenarnya hah?! Hubungan kita sudah berakhir kenapa kau seolah-olah semuanya baik-baik saja?" Teriaknya.
"Hubungan kita tak ada kata akhir Ten, mungkin kau bermimpi hal itu, hingga beranggapan itu nyata." Balas Johnny, "tidak ada perempuan yang kau maksud itu, aku hanya memiliki satu kekasih dan itu dirimu."
Ten hanya diam, perutnya meminta diisi, nanti saja dia lanjutkan membahsanya bersama Johnny, kenapa dia merasa ini tidak nyata.
Dugh!
"Argh kau gila Ten?" Pekik Johnny kesakitan karena Ten menginjak kakinya di bawah meja.
"Kau kesakitan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination (End)
Fanfictionsemua karena bayangan yang indah, namun kenyatannya menyakitkan, bayanganku yang ingin menghabiskan waktu bersamamu, bercanda tawa namun itu hanya khayalan belaka.