Happy reading!!!
Saya harap kalian membaca ulang bab sebelumnya, karena mungkin kalian sedikit lupa dengan ceritanya dari lamanya up.
Johnny mengusak kasar rambutnya mendengar ucapan Ten yang terdengar keras kepala, dirinya tau salah tapi apakah sampai harus menjauhi anaknya dengan orang tuanya sendiri?
"Ten, aku salah dan aku minta maaf, tapi jangan katakan jika bayi yang ada di perutmu bukan anakku."
Ten tersenyum culas "aku sudah memaafkanmu, dan tentang anak ini, ini anakku dan suamiku John, bagaimana bisa kau berpikiran jika ini adalah anak mu."
"Aku yakin jika anak yang berada di perutmu adalah anakku, bukan bersama suamimu."
Ten tersenyum miring "apa ada masalah? Anak mu atau tidak bukan masalah untukmu, semenjak kau pergi dan menikah dengan yang lainnya, aku sudah menganggap semuanya selesai, kita tidak ada hal yang harus bersangkutan lagi termasuk anak ini." Tangannya mengelus perutnya itu dengan pelan, "walaupun ini anakmu sekalipun, ayahnya akan tetap adalah suamiku, dia yang berhak karena dia adalah suami sah ku, ah dan satu lagi, jangan berpikir untuk merebutnya, aku tidak lemah John, melawan dirimu aku sanggup, selamat tinggal." Pamitnya lalu berlalu pergi meninggalkan Johnny namun tangannya di cekal, "bisa kau berhenti mengusikku? Aku harus segera pulang karena suamiku akan pulang bekerja, dan lagi, apa kata mereka yang mengenalmu sedang bersama diriku sedangkan dirimu telah beristri."
"Ten, ingat ini, suatu saat kau akan kembali padaku entah karena terpaksa atau karena cinta, jika dengan mendapatkan anakku, harus membawamu bersamaku, aku tidak masalah, aku akan mencari semua kebenarannya hingga kau tidak lagi bisa berkutik, aku melakukan ini karena hatiku tetap mencintaimu."
"Cuih!! Omong kosong." Ten menyentak tangannya hingga terlepas, "berhenti membual dengan perkataan yang akan membuatku muntah, orang lain mungkin akan luluh namun tidak denganku, kita hanyalah orang asing, bukankah kau yang mengatakannya? Apa kau sudah lupa? Akan aku ingatkan. Kau mengatakan jika lupakan semua kejadian yang menimpaku bersamamu waktu itu, jadi jangan pernah menganggap ini anakmu karena aku tidak pernah merasa melakukannya bersamamu, aku tekankan padamu Seo Johnny bahwa anak yang aku kandung ini adalah anakku bersama suamiku, walaupun kau mencari kebenarannya sekalipun anak ini adalah anakku."ujarnya penuh penekanan dan pergi meninggalkan Johnny seorang diri, dia tidak lagi bisa menatap seseorang yang tetap mengisi hatinya, katakanlah dia berbohong karena mengatakan tidak mencintai Johnny lagi, tapi yang sebenarnya adalah dia tetap mencintai Johnny, terbukti dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun setelah hubungannya dengan Johnny selesai.
Sedangkan Johnny menatap punggung Ten yang semakin lama semakin mengecil dengan sendu "ini memang salahku Ten, aku paham kenapa kau mengatakan jika anak itu bukan anakku, karena aku yang memintanya sendiri, tapi aku akan membuat semuanya berubah." Johnny merogoh sakunya dan mendial nomor seseorang.
"Cari informasi siapa suami dari Ten, aku ingin segera." Tanpa menunggu jawaban, Johnny langsung menutup sambungannya, "terkadang takdir harus di paksa." Gumamnya.
Dia memutuskan untuk pergi pulang, memang dirinya seolah tak tau malu meminta Ten untuk mengaku mengandung anaknya, mana mungkin Ten langsung mengaku begitu saja, dirinya lah yang meminta Ten untuk melupakan semuanya "menyesal tidak ada gunanya."
Dia sampai pada rumahnya yang tak begitu besar namun juga tidak begitu kecil, dia masuk ke dalam rumah dan melihat sang istri yang sedang sibuk dengan menghias kukunya "kau sudah pulang, bukankah kau ingin menghabiskan waktu satu hari sendiri saja? Bukankah ini terlalu cepat?"
"Jika kau memperhatikan jam, aku sudah menghabiskan waktu hampir setengah hari berada di luar, ah iya, kau hanya sibuk dengan kukumu itu hingga kau lupa untuk mengkhawatirkan suamimu ini." Ujarnya yang sedikit menyindir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination (End)
Fanfictionsemua karena bayangan yang indah, namun kenyatannya menyakitkan, bayanganku yang ingin menghabiskan waktu bersamamu, bercanda tawa namun itu hanya khayalan belaka.