Part 3, End

111 12 0
                                    


Day 1

"Halo, Er lagi ngapain sayang ?"

"Mi, Er lagi makan sama Tante Abel, Mami lagi kerja ya sama Papi juga ?"

"Iya sayang, ngga apa-apa yaa, sama tante Abel sama Om Ar dulu. Kan Er suka main sama tante Abel, katanya tante Abel cantik."

"Iya Mami."

"Okey, Mami lanjut kerja dulu ya sayang, jadi anak baik yaaa, jangan bikin Tante sama Om nya sedih. "

"Oke Mami."

Aku mematikan sambungan telpon, dan beranjak dari tempat tidurku, lalu menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke kantor.

Aku memutuskan untuk menginap di hotel, saat ini, yang paling aku butuhkan adalah ketenangan. Walaupun aku harus tetap bekerja.

Day 4

Sejak hari itu, setiap hari aku selalu mendapat pesan dari Al, aku hanya membacanya dan tidak membalasnya.

Tidak bisa dipungkiri, meski aku berusaha untuk tenang, aku rasa, aku belum siap untuk menghadapi keputusan kami nanti.

Al, aku harap, kamu bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk semuanya.

Anyway, aku merindukan Er, aku juga rindu Al. Ahh, selemah itu, padahal sudah disakiti, tapi masih saja merindukan.

Pulang dari kantor, aku memutuskan untuk bersantai di kafe sekitar hotel tempatku menginap.

Melihat Latte, aku kembali teringat Al, Latte adalah kesukannya.

Kenapa air mata ku jatuh di saat aku ada di tempat umum. Sebelum ada yang memerhatikan ku, aku memutuskan untuk kembali ke hotel.

"Al, sakit, sakit banget, kenapa kamu tega ngasih luka sedalam ini."

Di perjalanan menuju hotel, tangis ku semakin menjadi, untung saja malam ini loby hotel tidak ramai.

Saat aku mencari kartu untuk membuka pintu kamar hotel, aku merasa ada langkah kaki yang menuju ke arahku, aku menoleh, dan sosok yang ku lihat adalah sosok yang sangat aku kenali.

Aku menghapus air mata ku.

"Reina." Panggilnya pelan, dan lembut sekali.

"Aku udah bilang jangan cari aku Al."

"Maaf kak." Al datang bersama Ar.

"Pulang, aku mau istirahat."

"Latte ?" Ucap Al melihat kopi ditangan ku, aku segera menyembunyikannya di balik badan ku.

"Kak Rei, aku pamit pulang, kasian Abel sama Er sendirian."

"Bawa abang kamu juga Al. Kak Rei mau sendiri."

"Rei please," Al meraih tangan ku yang membuat jarak kami sangat dekat.

"Bibir kamu, kenapa ?" Tanya ku panik, setelah melihat bibir bawah Al robek, dan lukanya terlihat masih segar.

"Maaf kak, aku kelewatan, tapi itu ngga sebanding sama sakit hatinya kak Rei."

"Ar, kita udah sepakat ngga ada kekerasan, kamu tau kan, itu juga alasan kak Rei ngga ngasih tau Gian."

"Maaf kak, kak, tapi boleh ngga kasih abang kesempatan untuk menjelaskan ?"

Aku hanya menggangguk, dan setelah Ar pamit untuk pulang, kami pun masuk ke kamar ku.

Aku mempersilahkan Al duduk, dan aku mencari kotak p3k yang memang slalu aku bawa-bawa ketika menginap.

"Aku yakin, tonjokan Ar, ngga ada apa-apa nya dibanding Gian, ini gimana kalau Gian ya." Ucapku sembari mengobati luka dibibir Al.

Trust || vsoo 🥀 || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang