Part 17: Movement

468 69 31
                                    

"Nih buat si Rara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nih buat si Rara. Rokok Russia."

"Bangsat emang beda, gitu?"

"Biar dia coba aja dulu."

Erik mendorong rokok ke depan, disusul Helmi dengan koreknya, keduanya telah membakar rokok di tangan masing-masing saat Anyelir menggeleng. Perempuan itu mengoper balik keduanya dengan cepat.

"Azura udah nggak ngerokok lagi semenjak bokapnya meninggal. Mabok juga nggak. Red wine sesekali aja. Itu juga kalau gue yang minum dia ikut minum," ucapnya agak pelan. Perempuan itu menoleh ke arah pintu kamar mandi ruang tamu di rumahnya yang masih tertutup rapat.

"Hah?" Mereka terkejutnya nyaris bersmaan. Erik, kembaran Helmi, sepupu Anyelir yang menetap di Moscow itu sedikit nggak percaya dan terheran. Sementara Helmi lebih bisa menerima fakta kalau orang yang membuatnya merokok, sekarang nggak merokok lagi. Dulu, waktu sekolah menengah, karena lihat Azura merokok Helmi dan Erik jadi ikut mencoba. Meniru Azura yang katanya merokok sangat anggun waktu itu.

Erik menggaruk tengkuk. "Baru tahu gue."

Tangan Anyelir bertengger di lutut yang sedikit terangkat. "Kalian kelamaan di Moscow."

Keduanya tertawa. "Nggak ada alasan kami buat pulang Nye, kalau nggak karena Kakak lo kawin minggu depan juga, kita males balik," ucap Erik. "Lo masih dua bulan lagi ya?"

"Awas ya kalian kalau Meta dateng pas gue nggak."

Erik dan Helmi mendesis diselingi hisapan pada ujung rokok mereka. "Rugi di ongkos anjir beda dua bulan aja kenapa nggak sekalian sih?"

Menanggapi pertanyaan itu, Anyelir memutar bola mata. Yakali nikah bareng? Emang acara nikah masal apa gimana?

"Kalian berdua traveling sebulan sekali bisa, masa sama sepupu sendiri perhitungan."

Keduanya sama-sama tidak terganggu dengan cibiran barusan, mereka memilih tertawa.

"The tragedy affects her so much, Nye?" tanya Erik pelan.

Perempuan dengan surai menjuntai ke bawah itu hanya tersenyum. Sebenarnya, Azura yang sekarang secara keseluruhan ya mirip dengan Azura yang dulu, it's like nothing happened to her. Hanya beberapa hal diperketat seperti image baik seorang dokter yang sangat berdedikasi, Azura lebih rela waktunya digunakan di ER menggantikan shift teman-temannya yang berhalangan ketimbang perawatan di salon berjam-jam (ya, walaupun dia tetap cantik meski nggak melakukannya. Dokter Sufi dan Istrinya mewarisi gen yang bagus ke anak-anak mereka. Rayyi, kakak laki-laki Azura, adalah laki-laki paling tampan yang Anyelir kenal selama dia hidup. Meskipun Dokter Sufi dan Tante Ayu tidak mewarisi keramahan mereka karena kedua anaknya malah justru pelit senyum). Pokoknya pasca tragedi kematian Jeane dan pasca kematian Dokter Sufi, Azura tetap pendiam, Azura tetap sangat menyebalkan dalam beberapa urusan karena terlalu cuek, Azura tetap tidak 'tersentuh' siapa-siapa. Jiwanya jauh, dipagari tembok-tembok beton yang tinggi.

ForecastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang