Introduction

36 13 4
                                    

          Malam itu aku pindah ke kost di dekat tempatku bekerja. Sebenarnya aku enggan, namun karena takut membebani orang tua dan agar mudah saat bekerja, aku dengan berat hati memutuskan untuk tinggal di kost daerah sana.
 

           Semua biasa saja.
            Kost itu nampak seperti biasanya. Dengan harga budget orang kerja dan mahasiswa, kost itu bisa dibilang cukup murah. Letak nya pun tak jauh dari kota sehingga kemanapun serba mudah.
            Saat aku memasuki kostku, hal yang pertama kurasakan memang agak beda dengan apa yang aku pikirkan. Kukira, di hari pertama aku akan disambut hangat oleh penghuni lain, namun eskspektasi ternyata berbeda dengan realita. Setelah aku mendapatkan kunci dari ibu kost, aku segera memasuki kamar yang memang berada di pojokan diakrenakan aku memang agak telat.
            Kamar kostku berukuran 2x3 m dengan kasur single size. Disisi kasur ada sebuah meja untuk belajar dan sebuah kursi yang terjejer rapi. Lalu, di seberangnya ada sebuah lemari pakaian yang kecil namun pas untuk ukuran mahasiswa. Dinding nya dicat biru polos yang sudah agak terkelupas dimana-mana. Sementara itu, di depan kamarku ada sebuah kamar mandi berukuran 1,5 m x 1 m yang kurang terawat. Aku memang pesan kamar yang seperti itu karena masalah finanasial.
            Malam itu aku memang sempat memikirkan tentang sambutan itu, namun pikiran itu kuhapus karenakupikir mungkin mereka sedang ada urusan atau kecapean sehingga mungkin mereka baru bisa menyambutku besok pagi.
            Malam itu aku tidur seperti biasanya.
 
*
 
            Fajar sudah mulai menyingsing, burung-burung sudah mulai berkicau bersiap menyambut. Mataku mulai terbuka. Aku melihat jam, pukul 06.00, aku pun segera berdiri, mengambil handuk dan peralatan mandi untuk mandi. Aku tidak ingin terlambat di hari pertamaku bekerja.
            Aku segera bergegas keluar kamar. Menuju ke kamar mandi yang memang berada di depan kamarku. Namun, aku agak linglung ketika aku melihat kamarku. Kenapa tidak ada orang yang mengantri ? setauku biasanya ada yang mengantri apabila di kost ditambah ini sudah jam mulai beraktiviitas.
            Aku berusaha mengalihkan pikiran itu. Aku memasuki kamar mandi,. Namun, sebelum aku memasukI kamar mandi, aku melihat kenapa kamar mandi di area luar kost yang memang disediakan kenapa lebih ramai. Padahal posisi nya lebih jauh dari kamar mereka. Apaakah karena memang lebih bersih. Aku menengok kedalam. Memang benar bila dikatakan kotor, namun aku belum habis pikir denga napa yang mereka lakukan
            Setelah aku keluar dari kamar mandi, aku memutuskan untuk segera menggunakan pakaian dengan rapi. Untuk sarapan, nanti aku akan mencarinya saat perjalanan meuju ke kantor.

            Aku bekerja di sebuah perusahaan milik negara. Disana aku dikenalakan oleh seorang bapak paruh baya yang ternyata adalah seorang bos di kantir ini. Acaraku di hari pertama ini adalah pengenalan dan mencatat beberapa data orang. Aku mula-mula diajak berkeliling oleh seorang wanita yang ternyata bila aku menilik dari wajahnya ia masih sumuranku, dan memang ia mengakui hal tersebut. Lalu aku diajarkan secara singakt bagaimana nanti aku akan bekerja. Saat istirahat, aku ke kantin bertemu dengan wanita yang tadi membawaku berkeliling tadi. Setelah aku memesan, aku berjalan menuju ke meja tempat dimana ia dudk sendiri.
 “ halo kak. “ sapaku saat bertemu dengannya.
“ heh… kamu tuh ya… kan udah kujelasin tadi kalau kita tuh seumuran. Jangan panggil pake kakak lagi deh. Malu aku keliatan tua. Ungkapnya dengan jujur.
“ hehehe… maaf ka… ups, maaf ren.” Hampir saja aku terceplos. Aku menangkupkan tangan sebagai permintaan maaf. Dan dia sudah memelototiku dari tadi. Aku hamper bergidik ngeri. Takut bila ia akan marah.
            Namun, saat aku melihat wajahnya mulai mereda aku bisa bernapas lega. Namun aku kembali dikejutkan lagi karena ia tertawa terbahak-bahak di sampingku. ‘ kenapa ia tertawa ?’ pikirku dalam hati.
            Setelah reda dari tawanya, ia mulai berucap
“ wkwkwk…lo…lo… lucu banget sih. Gw ampe ketawa ga tahan nih.” Ucapnya sembari memegang perutnya yang terus berguncang karena menahan tawa.
“ emang….. aku… lucu?” kataku terbata takut ia akan marah lagi. Entahlah. Aku tidak tahu perasaan perempuan.
“ ya iyalah… mau aja gw permainin lho. Hahaha…” ucapnya diikuti dengan gelak tawa dan tangannya yang menguyel pipiku. Memang sih.. bisa dibilang wajahku agak baby face, namun aku dibuat malu dengan perlakuannya yang membuatku seperi anak kecil.
“ udah udah, sini, duduk sini.” Ia mengatakan hal tersebut sambal menunujuk kursi yang kosong di sebelahnya.aku pun akhirnya duduk di tempat yang sudah ia tunjuk tadi.
            Setelah acara ‘memainkan diriku’ selesai dan aku duduk, akhirnya makanan pesananku dating. Aku memesan mie ayam dan es the. Saat aku melihat piring yang ada di seberangku, aku terkejut, kenapa bisa sama? Aapakah ini sebuah kecocokan? Aku tersenyum dalam hati. Ia juga cantik jadi aku tidak mungkin bisa menolaknya. Aku makan makanan sambal tersenyum senyum sendiri melihat bagaimana cantiknya dia. Aku menilik dari atas hingga bawah,ia sempurna, begitu pikirku.
            Selesai makan, kami berpisah untuk melanjutkan kerjaan kami masing-masing. Ia bekerja di bagian konseling yang menerima langsung pelanggan sedangakn aku bagian mengolah data atau berada di balik layar. Saat hendak menuju ke tempatku duduk, aku tidak sengaja mendengar perbincangan yang mengucapkanku di sana.       
“ hei, apakah kamu tahu anak baru itu ?” tanay salah seorang dianatar mereka.
“ ohhh,…. Aku tau, maksudmu pria muda itu kan?” tanya balik yang lain.
“ iya. kau tadi lihat tadi ia bersama siapa ?” ucap sang penanya yang tadi mengajukan pertanyaan pertama
“ tidak… aku tidak melihatnya bersama siapapun. Namun anehnya dia bisa tertawa sendiri.” Jawab salah seorang dari emreka yang dari tadi hanya menyimak percakapan tersebut.
“ apakah mungkin ia mengalami rumor ‘itu’ ?” tebak salah satu diantara mereka.
“ rumor apa yang kau maksud ?” tanya yang lain.
“ rumor tentang……”
            Acara menguping mereka itu harus berhenti di tengah jalan karena ia melihat bosnya sudah mendekat. Ia tidak ingin dimarahi bosnya karena tidak bekerja. Bisa-bisa nanti dipikir ia makan gaji buta.
            Sore harinya ia masih kepikiran apa yang dimaksud dengan rumor yang mereka bicarakan. Namun saat, hendak mencari mereka, ia malah mendapati kantor ini kosong, seperti kantor itu tertelan padahal jam pulag kantor baru saja tiba.
 “ hei “ Ia tersentak kaget kala ada yang menepuk pundaknya.saat menoleh kebelakang ternyata ada Ren, si wanita cantik yang diam-diam ia sukai.
“ wkwkwk… kamu masih saja lucu untuk digoda seperti biasanya.” Ucapnya sembari tertawa meledek.
“ oya, kenapa kamu belum pulang? Bukannya yang lain sudah pulang ?” tanya sang gadis berumur 19 tahun itu.
“ kau sendiri kenapa blom pulang ?” tanya balik Barra.
“ aku memang agak lama bila pulang karena banyak yang harus kubereskan semabri ganti baju” jawab Ren panjang.
Barra pun hanya bis mengangguk semabri melihat Ren yang memnag sudah ganti baju. Dalam balutan casual pun ia masih terlihat cantik.
“ oya, rumahmu ada dimana ? siapa tahu kalau kita searah.” Tawar Barra dengan niat yang berbeda sembari mencoba peruntungannya.
“ rumah kita searah kok… rumahku ada di…..” ucapnya sembari berusaha mendikte alamatnya sendiri.
“ wahh…. Itu bukan nya rumha yang ada di depan kostku?” tanya Barra dengan terkejut.
“ kamu kost di depan rumahku ? ” tanyanya tak kalah terkejut.
“ tapi bukannya itu rumah tak berpenghuni? Tadi pagi aku lewat di depanya kosong”
“mungkin itu hanya perasaanmu saja, kalau begitu bagaimana kalau kita jalan pulang bareng?” tawar Ren
“ I-iya.” Jawab Barra agak terbata karena terkejut bahwa ia akan diajak oleh Rem untuk pulang bersama. Apakah memang semudah ini cinta ? pikirnya dalam hati.
 
*
 
            Selepas mengantarkan rem ke rumah di depan kosnya, ia disambut oleh beberapa anak kost lainnya. Memang beberapa karena tidak semua bisa seperti ia yang dan lain dengan pulang sore hari. Dia disabut dengan meriah walaupun hanya ala kadarnya. Berbincang-bincang di halaman depan kost mereka sembari menunggu senja tenggelam. Setelah malam telah sempurna, mereka membuka bakar-bakar an sembari ditemani canda tawa dari mereka.
            Barra mulai berusaha mengenal sosok-sosok itu. Walaupun terasa kaku di awal perbincangan mereka, namun akhirnya ia bisa mengikuti arus perbincangan tersebut. Mulai dari pembahasan seputar asal barra, hingga ia bisa berada di kost ini, sampai ke masalah masa muda seperti percintaan, kuliah, dll. Hingga sampai pada suatu ketika, salah seorang diantara mereka ada yang keceplosan menyebut kata ‘DEVIL WORSHIPER’. Mereka semua langsung terdiam.
“ ada apa ini ?” tanya Barra karena merasa mereka sepeti menutupi sesuatu darinya.
“ hmm… itu … tidak apa-apa.” ucap Kelvin karena sudah keceplosan.
“ apakah itu benar ? aku seperti merasa kalian menutupi sesuatu dariku.” ujar Barra jujur karena merasa seperti apa yang terucap.
Hmm…
Kevin sebegai yang tertua dari mereka akhirnya berdeham lalu dilanjutkan dengan helaan nafas yang dalam. Semuanya diam, mereka tahu bila Kevin sudah melakukan hal seperti itu, berarti ia akan mengatakn sesuatu yang sangat penting. Jangan salah, walaupun nama Kelvin dan Kevin bisa dibilang berbalik 180 derajat.
“ Jadi begini, kata yang sempat terucap oleh Kelvin tadi adalah salah satu kata tabu disini. Karena ada banyak misteri di dalamnya.”
“ maksudmu ‘DEVIL WORSHIP….’?” tanya Barra. Namun belum selesai kata itu terucap, salah seorang temannya berusaha menutup mulutnya dengan tangan secara kasar. Barra yang panik langsung berusaha melepasakan cekalan tangan tersebut. Dan berhasil terlepas. Ia langsung berusaha menarik nafasnya karena tuutpan itu memang menutpi hidungnya juga.
“ Jangan ucapkan kata itu lagi disini apalagi di depan kami.” ucap Kevin dengan penuh penekanan.
“ iya” ujar Barra karena tak mau mendapatkan masalah padahal ia baru sajamasuk kost kemarin malam.
“ tapi, apakah aku boleh tau apa alasan dibalik kata ‘itu’?” Barra bertanya sembari  menggerakkan jari telunjuk dan tengahnya ketika mengatakan ‘itu’
Kevin menatap cukup lama pada anak kost yang lain seperti meminta persetujuan kepada mereka. Setelah beberapa menit, ia akhirnya menjawab pertanyaan yang Barra lontarkan.
 
*
Malam itu, seseorang perempuan berlari keluar dari rumahnya. Ia berlari sangat kencang hingga rumah di depannya. Ia berhenti saat setelah berada di depan pintu rumah tersebut.
 Setelah dia diputuskan oleh pacarnya, ia memilih berlari dari rumahnya menuju kost lelaki yang memang ada di depan rumahnya. Ia berharap dapat pelampiasan dari apa yang ia rasakn malam itu.
Ia masuk ke pintu kamar dengan menendang pintu utama kost itu. Semua lelaki yang berada di ruang tengah itu terkejut karen ada yang mendobrak pintu itu. Mereka lebih terperangah ketika yang mendobraknya adalah seorang wanita. Mereka tahu, wanita yang sekarang berdiri di depan mereka ini bukanlah wanita yang biasa. Dengan warna kulit susu dan kaki jenjangnya, tidak ada satupun lelaki di kost itu yang tidak mengenalinya. Mereka menyebut wanita itu dengan sebutan ‘ Si Kulit Susu ‘.
“ apa yang kau lakukan disini ?” tanya salah satu diantar mereka yang berhasil keluar dari zona terperangahnya lebih cepat diantara yang lain.
“ tidak ada apa-apa.” Jawab Si Kulit Susu.
 Lalu, ia melemparkan tasnya sembari menuju sebuah kamar dan berucap.
“ Puaskan aku malam ini bila kalian memang tergoda dengan penampilanku “
Esok paginya mereka semua bangun kesiangan karena apa yang terjadi kemarin malam. Mereka bangun dengan kondisi berantakan dan mengumpul dala satu ruangan. salah seorang diantara mereka yang sudah terbangun akhirnya membangunkan yang lain. Namun, ia malah mendapatkan penolakan dari yang lainnya. Akhinnya, ia bekerja setelah berusaha membangunkan yang lainnya lagi walaupun hasilnnya sama.
Sore setelah kejadian itu, mereka berkumpul seperti biasa menikmati senja yang sebentar lagi terbenam. Menikmati kopi dan the mereka dengan nyaman sembari ditemani beberapa cemilan. Mereka hanya membahas sedikit hal apa yang terjadi tadi malam, dan kejadian, namun setelah percakapn itu, mereka seperti telah melupakan kejadian yang tadi malam mereka lakukan. Tak ada yang aneh diantara mereka, semuanya nampak sama.
Hingga malam itu, malam yang cukup sunyi. Di awal malam itu mereka masih bertingkah seperti biasanya. Membahas hal tentang apa yang remaja lelaki bias lakukan. Lalu setelah kumpul itu, mereka satu-persatu mulai masuk kamar masing-masing.
Jam terus begulir memakan waktu, suara jangkrik sudah mulai memenuhi indra telinga.bersahut-sahutan. Ditengah malam yang nampak biasa itu, di rumah milik Si Kulit Susu, ia tampak mulai melakukan sebuah gerakan yang sangat mengerikan. Di ruangan yang gelap, Ia seperti bergerak dalam bentuk irama sembari merapalkan mantra. Tanganya seperti  sudah terbiasa dengan hal itu semua. Makin lama, irama itu makin cepat, tubuhnya juga bergerak bagaikan seorang penari handal. Tiba-tiba…. Tubuh itu mengejang matanya yang merah terbuka lebar, tangan dan kakinya kini kaku. Akhirnya ritual itu berjalan, roh itu sudah memasuki jasad yang cocok untuk dirinya.
Malam itu sepi. Namun, kesepian itu terpecah tatkala ada yang berteriak di salah satu ruangan kost yang berada di paling ujung. Menyusul kamar disampingnya. Anak-anak kost mulai terbangun dan sangat kaget tatkala imereka membuka mata, mereka melihat sosok mengerikan menduduki mereka sembari mambawa pisau, malam itu menjadi malam penuh darah. Tidak ada yang menyangka bahwa malam itu akan menjadi malam terakhir bagi mereka.
Beberapa hari kemudian, jasad mereka baru ditemukan dan disadari, karena rekan kerja dan tetangga mereka menyadari bahwa seperti tidak ada pergerakan dari dalam rumah tersebut. Mereka ditemukan dengan keadaan tertusuk pisau semua di kamar mereka masing-masing, namun, di salah satu kamar mandi, Si Kulit Susu ditemukan dalam kondisi gantung diri yang sanggat naas diakrenakan anggita tubuhnya yang tidak lengkap.
Dan lokasi kejadian dimana malam itu tejadi berada di kamar yang sekarang Barra temapti, dan lokasi dimana jasad Si Kulit Susu ditemukan
 
*
 
Setelah mendengar cerita itu, Barra terkejut, pasalnya ia baru mengetahui hal-hal yang belakangan ini ganjil menurntnya walupun masih sebentar di sini. Selanjutnya, ia mulai Menyusun kembali ingatannya bak puzzle dan seperti detektif handal saja, ia bisa memecahkan satu-persatu hal yang membuatnya berfikir keras 1 hari terakhir.
Setelah berfikir lama, ia pun memutuskan memberitahu yang lainnya. tetnatang apa yang terjadi tadi pagi di kantornya dan tentang bisik-bisiki yang ia ddengar tadi.
“ Kalau begitu, apakah ini menjadi tanda-tanda hal seperti malam itu ?” tanya salah seorang diantara mereka kepada Kevin.
“ Bisa jadi, namun apakah apa yang kamu ucapkan itu bisa diuji kebenarannya 100 % ?” ujar Kevin kepada Barra.
“ bisa jadi kamu hanya berfatamorgana atau halusnasi .” tambah Kevin.
“ tidak mungkin “ ucap Barra sembari memegang dagunya seperti mengingat kegiatan yang ia lakukan sharian ini.
“ aku benar-benar mengalaminya, buktinya aku merasakan sakit. Lagipula, tidak mungkin kan bila aku berhalusinasi seharian.” Alibi Barra semakin menguatkan pendapatnya.
            Semuanya yang disana menganggukan kepala semabri mengiyakan perkataan Barra dalma hati mereka masing-masing.
“ Sepertinya memang benar, mungkin sebaiknya kita tidur dalam 1 kamar saja malam ini.” ucap Kevin sebagai keputusan final.
            Akhirnya mereka malam ini tidur di 1 kamar, namun disana terjadi perdebatan dimana mereka kan tidur. Ada yang berpendapat mereka lebih baiktidur di kamar Kelvin karena berada paling dekat dengan pintu utama, sehingga bila terjadi apa-apa memudahkan mereka kabur, ada yang berpendapat lebih baik di kamar Kevin saja karena itu adalah kamar oaling tengah sehingga memudahkan akses mereka kemana saja. Mereka berdebat lama hingga hamper saja mereka tidur mereka tidur di kamar masing-masing karena salah seorang provokator. Namun, saat keadaan lebih memanas, Kevin skhirnya mengambil keputusan final, ia memutuskan untuk tidur karena bila terjadi apa-apa kamar ia akan memudahkan kabur kemanapun yang berbeda arah dengan malapetaka.
            Malam itu sunyi. Semua mata sudah terpejam dan terlelap walaupun butuh beberapa jam setelah mendengar cerita yang Kevin kataan tadi. Walaupun mereka sudah tahu, tapi bagaimanapun bila cerita itu diulangi sembari membayangkan apa yang terjadi, bulu kuduk mereka bisa nerdiri karena hal itu.
 
*
 
            Fajar menyingsing. Ayam berkokok seperti biasa untuk membangunkan para penikmat salah satu nikmat tuhan ini, yaitu terbitnya matahari serta oksigen yang masih bersih di pagi hari.
            Salah satu dari mereka terbangun, ia nampak terkejut karena ia bisa terbangun, ia memastikannya dengan tangan nya. menampar wajahnya. Sakit. Ini nyata, ia terbangun. Kemudian ia membangunkan yang lainnya. satu persatu.
            Setelah ia membangunkagn mereka, mereka pun juga nampak terkejut. Untung saja mereka masih bisa hidup. Namun, mereka akhirnya bertanay-tanya apakah cerita itu yang dibuat-buat atau Barra yang berhalusinasi.
            Ada yang menyakahkan Barra dengan mengira cerita itu hanay karangan belaka dan ada yang menyalahkan Kevin karena beranggap teori itu salah. Walaupun masih pagi, mereka sudah menyalahkan satu sama lain.
            Setelah melihat perdebatan itu tidak akan berhenti, Kevin mengalah. Ia mengaku khilaf teorinya terlalu dilebihkan. Mereka akhirnya bernjaka ke kamar masing-masing untuk melanjutkan aktivitas mereka masing-masing, walaupun di hati emreka, merka sudah dongkol terhadap Kevin karena perbuatannya mereka jadi harus rela bersesak-sesak dalam satu kamar.
           
*
 
            Sore itu tenang, namun kondisi di kost itu tidak tenang karena kejadian kemarin malam. Sore yang biasanya dilalui bersama kini harus sepi karena mereka masih merasa jengkel kepada Kevin dan Barra. Bahkan saat Barra dan Kevin pulang dari kegiatan mereka, mereka dipandangi sinis oleh anak kost.
            Kevin dan Barra yang pulang dari kegiatan mereka hari in dipandangi sinis pun, akhirnya cepat berlalu meuju kamar. Terutama Barra yang hitungannya masih junior di kost itu, merasa terpencil.
            Setelah tadi pagi, ia tidak melihat Rem di kantor, kini ia harus dipandangi anak kost dengan pandangan yang sangat tidak mengenakkan. Setelah di kantor ia merasa sepi, padahal baru saja bertemu kemarin, namun sudah sepi. Walaupun ia sudah ditakut-takuti oleh Kevin dan lainnya, ia menepis hal tersebut dengan kejaidna tadi pagi. Dan kini ia sendirian di kamar kostnya.
            Sang Mentari sudah tenggelam, hari mulai gelap, semua sudah berusaha tidur di kamar masing-masing. Hening. Namun, Kevin masih tidak tenang bergelut dengan pikirannya sendiri tenatang teori kemarin malam. Ia menyambungkan satu-satu kejaidna yang terjadi malam egenda itub dan kemarin malam. suasana sudah semakin larut tatkala ia sadar akan sesuatu. Suara jangkrik sudah keluar dari tadi.

Devil WorshiperWhere stories live. Discover now