Bagian 7

2.3K 250 8
                                    

Rumah yang memang selalu terang itu mendadak menjadi semakin terang. Lampu-lampu hias menerangi area taman kecil dirumah itu. Dekorasi sederhana tapi elegan. Itulah yang akan orang lain pikirkan saat datang ke pesta ini.

Sang penyelenggara pesta tentu ingin memberikan yang terbaik untuk para tamu undangannya, karena orang-orang yang diundang pun bukan orang-orang biasa. Melainkan rekan bisnisnya.

Saat hari menjelang malam, tamu mulai berdatangan. Pesta outdoor ini terlihat seperti ajang fashion show karena setiap tamu yang datang memakai pakaian mewah dan elegan.

Sekitar pukul 8 malam, pesta akhirnya dimulai. Juan yang penasaran mengintip setiap rangkaian acara dari jendela kamarnya. Karena lapangan basket yang berada tepat dibawah kamarnya kini telah dipenuhi meja dan kursi untuk para tamu undangan.

Dari balik jendela kamarnya, Juan seolah bisa melihat kebahagiaan diwajah orang-orang itu. Bahkan senyuman tidak pernah luntur dari wajah Papanya, Pria itu terlihat sangat bahagia menyambut hari kelahirannya. Ya, semuanya bahagia kecuali dirinya.

Bukan. Bukan Juan tidak bahagia karena melihat mereka bahagia. Juan hanya merasa sedih tidak bisa bergabung dan merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan. Juan merasa terbuang.

Apakah ini yang disebut kesepian ditengah keramaian? Karena Juan benar-benar merasa kesepian. Terkurung didalam kamarnya sendirian sementara semua orang tengah berpesta diluar.

Tak terasa Juan berdiri di jendela kamarnya hingga acara potong kue akan dilaksanakan. Dia bisa melihat Papa dan keluarganya yang lain berdiri mengelilingi kue berukuran cukup besar dengan dekorasi simpel dihiasi angka 58 diatasnya.

Gemuruh tepuk tangan menggema saat lilin diatas kue itu ditiup si empunya pesta.

"Selamat ulang tahun Papa" Lirih Juan berupa bisikan.

Mata Juan pun tak pernah lepas saat Papanya itu menyuapi kue ulang tahun pada satu-persatu anggota keluarganya. Mulai dari Maharani, kemudian Bara, Melda dan terakhir Mada. Mereka terlihat saling memeluk satu sama lain.

Juan pun menginginkannya. Juan ingin disuapi kue bagiannya oleh Papanya. Tapi Juan cukup tau dirinya siapa didalam keluarga ini.

Para tamu melihat keluarga itu seperti keluarga bahagi, yang saling menyayangi. Tanpa mereka tau, salah satu anggota keluarga itu tidak merasakan hal yang sama.

Juan tidak ingin semakin larut dalam kesedihannya, jadi dia memutuskan untuk berhenti melihat acara itu dan berjalan menuju meja belajarnya.

Sebenarnya Juan berbohong saat mengatakan banyak tugas dari sekolah. Nyatanya tidak ada tugas apapun yang harus dia kerjakan. Dia hanya bingung jika harus pergi dari rumah ini, Juan tidak memiliki tujuan. Menghabiskan waktu bersama teman-temannya pun tidak mungkin, karena Juan tidak memiliki teman. Jadi dia berbohong dengan mengatakan banyak tugas dari sekolah.

Merasa bosan, Juan memilih membuka ponselnya dan berselancar di media sosial miliknya. Tidak pernah ada pesan masuk atau pemberitahuan apapun yang masuk ke ponselnya, makanya Juan jarang sekali memainkan ponselnya.

Semenjak pindah ke rumah Papanya, hidup Juan terasa lebih membosankan. Setiap hari yang dia jalani tidak lepas dari perlakuan acuh keluarga Papanya dan rundungan dari Tommy dan kawan-kawan.

Suara ketukan di pintu kamarnya mengalihkan perhatian Juan.

"Juan, ini Kak Bara. Boleh Kakak masuk"

Buru-buru Juan membuka pintu kamar yang sengaja dia kunci dari dalam begitu tau siapa yang ada dibaliknya.

Bara langsung masuk begitu pintu itu terbuka, membawa sepotong kue ditangannya.

"Kenapa kamu gak ikut ke pesta? Apa pria tua itu melarang kamu itu" Tanya Bara.

SURRENDER (END) Where stories live. Discover now