Bagian 17

3K 274 15
                                    

Denting sendok dan garpu menjadi Satu-satunya suara yang mengisi kesunyian ruang makan malam ini. Ketidak hadiran kepala keluarga pun ikut menambah kesan sunyi di meja makan. Hanya ada si Ibu dan putra tunggalnya.

"Akhir-akhir ini nafsu makan kamu sepertinya menurun. Kamu gak suka masakan Ibu? Atau ingin ganti menu makan?"

"Bukan begitu, Ibu jangan salah paham. Aku hanya kurang enak badan" Alibinya. Karena sejujurnya ada satu hal yang selama beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Sampai-sampai membuat dirinya enggan melakukan apapun. Bahkan sampai kehilangan nafsu makan.

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan mereka. Ternyata orang yang sedari tadi ditunggu kehadirannya kini telah menapakkan batang hidungnya.

Si Ibu -Anjani- segera menyiapkan piring untuk David, suaminya. Satu piring nasi beserta lauk pauk telah tersaji di hadapan David. David yang memang sudah merasa lapar pun segera menyantapnya.

"Beberapa hari ini kamu selalu pulang malam. Apa ada masalah diperusahaan?" Anjani memulai pembicaraan.

David terlihat melonggarkan dasinya. "Tidak ada masalah diperusahaan. Aku hanya menemani Tuan Mahesa menjaga putra bungsunya di rumah sakit"

"Mada sakit?" Tanya Anjani reflek.

"Bukan Mada, tapi... " David menggantung ucapannya. Matanya melirik ke arah Tommy yang tepat berada disebelahnya.

Menyaksikan kebisuan suaminya membuat rasa penasaran Anjani meluap. Anjani merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh suaminya.

"Apa rumor itu benar? Tentang Tuan Mahesa yang memiliki anak dari perempuan lain" Akhirnya Anjani meluapkan rasa penasarannya.

"Kita bicarakan nanti. Sekarang kita habiskan makan malamnya, oke?"

Anjani menggeleng tidak setuju. "Selama ini kamu membiarkan aku dan Tommy terus berpikir bahwa kamu lah yang memiliki anak dari perempuan lain. Membuat aku selalu berpikiran negatif setiap ada panggilan masuk atau transferan uang yang kamu akukan secara diam-diam"

"Sebegitu paruhnya kamu pada segala perintah Tuan Mahesa, sampai-sampai kamu mengabaikan perasaan istri dan putramu sendiri"

Seketika suasana makan malam jadi mencekam seusai luapan kekesalan Anjani lontarkan.

"Kita bahas hal ini nanti ya, aku mohon. Kamu lihat kan, ada Tommy disini"

Anjani melihat kearah putranya yang hanya menatap makanan dihadapannya dengan tatapan kosong. Membuat Anjani bungkam.

Lalu tanpa diduga, Tommy mengatakan sesuatu yang membuat ayahnya bingung.

"Ayah, bolehkah aku menjenguknya?"....

****

Pagi-pagi sekali Mahesa sudah berkunjung ke ruang tempat anaknya dirawat. Bukan tanpa alasan, melainkan hari ini ada meeting penting yang harus Mahesa hadiri dan tidak bisa diwakilkan pada David.

Maka dengan sangat terpaksa Mahesa harus meninggalkan Juan.

"Saya titip Juan, ya. Jika terjadi sesuatu tolong segera hubungi saya" Tuturnya pada perawat yang memang sudah merawat Juan sejak pertama masuk rumah sakit.

"Bapak tidak perlu khawatir. Kami pasti akan selalu mengabarkan segala perkembangan ataupun penurunan kondisi Juan" Kata perawat itu menenangkan

Mahesa tersenyum lega mendengarnya. Kemudian kembali pengelus surai kecoklatan milik putranya.

Sekarang dia baru sadar, hanya dirinya lah satu-satunya yang Juan miliki didunia ini. Tapi selama ini dirinya selalu bersikap tidak acuh pada Juan.

Setelah puas memandangi copyan dirinya, Mahesa kemudian memutuskan untuk segera pergi ke tempat meeting yang telah ditentukan sebelumnya. Tapi kemudian di Koridor rumah sakit dia bertemu putrinya yang memang sedang dalam status magang di rumah sakit itu.

SURRENDER (END) Where stories live. Discover now