Wolfie

554 88 12
                                    

"Kacchan, tunggu aku, Kacchaaaaan!"

***

Deku terbangun dari mimpinya dengan dada naik turun dan napas memburu, tubuhnya dibanjiri keringat dingin. Dia memegangi kepalanya yang pening. 'Mimpi apa itu tadi?' pikirnya, 'Kacchan?'

Rasa berat di atas dadanya membuat Deku teringat sesuatu, dia melirik ke bawah. Iris zamrudnya yang tertutup kaca topeng bertemu dengan surai pirang abu yang tampak halus.

Di atas tubuhnya, seorang omega memeluknya dengan erat. 'Hehe, mirip koala,' batinnya.

Matanya beralih ke jam yang ada di atas meja.

05.40

Masih pagi buta. Deku bisa saja tidur lagi, tapi kehalusan rambut Katsuki membuatnya tak bisa berhenti mengelus kepala sang omega. Aroma karamel yang menyeruak dari kelenjar feromonnya membuat Deku ingin menikmati momen itu selamanya.

_-_

Matahari sudah meninggi ketika iris rubi muncul dari balik kelopak mata berbulu lentik. Katsuki tidur sangat pulas, seperti tanpa beban. Dia pun melongok ke atas, matanya terbelalak saat beradu pandang dengan topeng kelinci yang menatap lekat.

"Sudah bangun, tuan Hero?"

Malu dengan posisi mereka, Katsuki buru-buru bangun.

"Kenapa kaget begitu sih? Padahal kau tidur mirip bayi," ucap Deku seraya mengambil posisi duduk. Dia menunjuk bagian dadanya. "Lihat ini, ilermu banyak sekali."

Wajah Katsuki memerah, dia langsung menendang Deku dengan kekuatan penuh, membuat tubuh sang alpha terpelanting dari atas kasur.

"Violence!"

_-_


"Baiklah rekanku yang mulia," Deku memulai pengarahan rencana dengan kata pembuka yang membuat Katsuki jengkel.

Kaki sang omega gatal ingin menendangnya lagi, tapi dia tahan karena sepertinya Deku ingin membahas hal serius.

"Apa aku sudah bilang sebelumnya? Aku lupa, tapi ini sangat penting!" tegas sang alpha sambil menggebrak papan tulis di belakangnya.

Katsuki memutar bola matanya malas. "Kalau penting jangan dilupakan dong, dasar bodoh."

Deku tersedak ludah sendiri mendengar respon si pirang abu. Dia berdeham, "Begini Wolfie, peluru penghapus bakat ini adalah hasil dari bakat seseorang."

Ucapannya berhasil menarik perhatian Katsuki. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, fokus pada penjelasan yang akan dilontarkan oleh si pembunuh bayaran.

Nada bicara sang kelinci berubah menjadi lebih serius, "Kelompok mafia sialan ini menggunakan bakat anak kecil untuk membuat peluru."

"Anak kecil?!" geram sang omega.

Deku mengangguk, dia pun menjelaskan, "Aku pikir broker yang menjualku dulu tahu soal ini, makanya ku culik untuk interogasi. Tapi ternyata dia tidak tahu apapun."

Darah sang Hero semakin mendidih mendengar penjelasan Deku, dia tidak menyangka ada anak kecil yang harus mengalami hal mengerikan semacam itu. Dia menatap Deku dengan mata berkilat marah, "Dan? Apa yang akan kau lakukan?"

Deku menepuk kedua tangannya sambil tersenyum sumringah. "Kau mau menyelamatkannya heh, tuan Hero?"

Seperti tahu akan kemana arah pembicaraan mereka kali ini, sebuah seringai terpatri di wajah tampan Katsuki. "Tentu saja, sialan! Akan kuhabisi para bajingan itu!"

Deku merasa bersemangat melihat sosok sang Hero yang berapi-api. Dia pun berucap pada Katsuki, "Aku punya ide yang mungkin akan kau suka."

_-_

Sudah berminggu-minggu Hero nomor satu di Jepang menghilang secara misterius. Keberadaannya yang tidak jelas ada dimana menimbulkan banyak rumor dan kepanikan. Para penjahat yang awalnya tidak berani menampakkan diri karena takut diledakkan lambat laun mulai aktif bermunculan, membuat banyak agensi Hero lain kelimpungan.

Shoto, Hero peringkat dua pengendali es dan api menarik napas panjang sambil merenggangkan tubuhnya. Di belakangnya ada menara es tinggi yang membelenggu para penjahat tukang onar.

"Kerja bagus Shoto! Kau sudah berjuang!"

Iris heterokromia milik Shoto bergulir menatap seorang pria berarmor. Dia tersenyum tipis lalu berkata, "Kau juga, kerja bagus Ingenium."

Ingenium mengangguk. Dia lalu menatap tubuh para penjahat yang tepar dalam menara es Shoto. Tanpa mengalihkan perhatiannya, dia pun berucap, "Semenjak Dynamight menghilang, kita jadi harus bekerja ekstra keras. Pamor nomor satu memang berbeda!"

Shoto berjalan mendekati temannya dan menepuk punggungnya. "Tim pencari khusus sudah dikerahkan, mereka pasti akan menemukannya."

"Em! Jangan khawatir! Bakugou pasti baik-baik saja! Dia itu pria yang sangat kuat!"

_-_

Katsuki Bakugou, orang yang senang berpetualang di gunung pada waktu kosongnya membuat stamina fisiknya berada jauh di atas orang normal, pada kenyataannya, tidak sedang baik-baik saja.

'Deku sinting! Akan kubunuh bedebah itu setelah aku kembali!'

Belasan orang bertubuh besar mengejar Katsuki seperti anjing kelaparan. Lantai hutan yang licin tidak membuat mereka melambat sama sekali. Masing-masing dari mereka menggunakan bakatnya untuk menangkap sang omega secepat mungkin.

Satu orang di antara mereka membidik Katsuki menggunakan tinjunya, yang dengan cepat melontar seperti roket.

Dengan insting dan pengalamannya yang segudang, Katsuki menghindari serangan itu dengan mudah meski tanpa bakat eksplosif miliknya. Dia lalu berbelok ke kanan dan menghilang dari balik semak-semak.

Para figuran itu berhenti, memeriksa semak tempat sang omega menghilang. Mereka mencari dengan hati-hati dan waspada karena target mereka tidak meninggalkan bau sama sekali.

Dari atas pohon, Katsuki menatap tajam tiap pengejarnya dari balik topeng serigala. Matanya berkilat layaknya predator yang siap menerkam mangsa. Setelah menghapal posisi tiap target, Katsuki melempar sebuah bom asap, yang dengan cepat menutupi pandangan tiap orang.

Dia pun meloncat turun dari atas pohon dan memukul target pertamanya menggunakan baton listrik, membuat sang pengejar tergeletak tak berdaya.

Dia pun langsung beralih pada pengejarnya yang lain, merubuhkan para figuran itu satu persatu. Teriakan demi teriakan kesakitan bergema di hutan, disertai suara pukulan benda tumpul yang tanpa ampun.

Hingga akhirnya suasana menjadi sepi.

Dari balik kepulan asap, Wolfie berjalan keluar dengan baton berdarah di genggaman tangan. Dia kemudian berlari menuju tempat awal mereka melakukan kejar-kejaran, sebuah gedung yang tampak terbengkalai.

Katsuki melangkah masuk dan memeriksa keadaan. Yakin bahwa tiap penjaga yang bertugas sudah ditumbangkan semua olehnya di hutan, dengan cepat dia mengecat dinding bagian luar menggunakan cat semprot. Dengan bantuan lembar cetak yang Deku berikan, tidak perlu lima menit bagi Katsuki untuk menggambar lambang Shie Hassaikai.

Dia kemudian menaruh sebuah bom di salah satu sudut gedung dan memasang waktu aktivasinya.

05:00...  04:59...

Katsuki menyeringai. "Tahap satu selesai."




Bersamamu / MHA / BNHA /Dekubaku FanficWhere stories live. Discover now