Pertemuan?

7 0 0
                                    

Farhan menuruni tangga rumahnya sambil mencoba memasang dasi di kerah bajunya. Ia heran sendiri, dari kecil sampai saat ini Ia berumur 18 tahun, Ia tidak bisa memakai dasi yang dilipat lipat seperti ini. Selalu saja dibantu Bunda atau Kedua kakak nya itu.

Ia berjalan kearah dapur, dan mendapati sang Bunda sedang menata makanan di meja makan yang masih kosong. Untuk masalah bangun pagi, Ia lebih unggu dibanding kedua Kakaknya itu. Bahkan biasanya Farhan yang disuruh membangunkan Kakak-kakak nya itu.

Farhan berjalan mendekati sang Bunda, Ia mengecup pipi kiri sang Bunda dengan cepat, "Selamat pagi Bunda cantik!"

Marissa terkejut, sedetik kemudian Ia tersenyum manis, senyuman itu membuat Farhan lebih bersemangat di pagi hari. Lagipula siapa yang tidak senang diberi senyuman paling manis oleh Bunda nya sendiri?

"Anak Bunda paling ganteng udah disini aja, mau berangkat se pagi ini?" Tanya Marissa sambil memakaikan dasi yang menggantung di kerah leher anaknya.

"Aan mau sarapan bareng bareng dulu dong. Bunda masak apa?"

"Tumis kangkung kesukaan kamu dan bakwan jagung, Aan mau Bunda bawakan bekal sekalian?" Tanya Marissa bersemangat.

"Mau bun, nanti bekel nya Aan bagi ke Fino juga sekalian."

"Eh ngga usah, kamu Bunda bawain sendiri, nanti Fino bunda bawain sendiri," Ujar Marissa.

"Apanih bawa bawa in sendiri?"

Mereka berdua sontak menoleh, mendapati seorang gadis dengan pakaian yang sudah rapih, dan tas ransel yang bertengger di pundaknya. Itu Kakak pertama Farhan, Zizie putri adiyatma.

Zizie sendiri melanjutkan pendidikan nya di salah satu Universitas di Indonesia. Setahu Farhan, Kakak sulungnya itu mengambil jurusan Psikologi, dan sudah memasuki Semestet Enam. Umur Zizie sendiri selisih enam tahun dari umur Farhan, jadi Umur Zizie sekarang 24 tahun.

Farhan juga memiliki Kakak satu lagi, namanya Meisya putri adiyatma. Meisya pun melanjutkan pendidikan nya di salah satu Universitas Indonesia dengan jurusan Hukum. Meisya sudah memasuki semester empat, dan umur Meisya hanya berbeda tiga tahun dari umur Farhan, jadi umur Meisya saat ini 21 tahun.

"Lo kuliah pagi Kak?" Tanya Farhan spontan, karena biasanya Zizie ini paling anti dengan bangun pagi.

Zizie mengangguk singkat, kemudian membantu Bunda nya menyiapkan makanan untuk mereka sarapan. Setelah semua tersusun rapi, satu persatu mulai kumpul diruang makan dan memulai sarapanya yang dipimpin oleh Rio, Kepala Keluarga.

Farhan berjalan dengan santai sambil menatap kearah lapangan, disana sedang ada MPLS, Masa pengenalan lingkungan sekolah. Beragam baju SMP ada dilapangan itu, Farhan terkekeh melihat mereka seperti permen warna warni. Tapi sedetik kemudian matanya membelak saat melihat salah satu siswi MPLS tumbang. Ia berlari kearah siswi itu, dengan sigap Ia menangkap nya dan melihat darah keluar dari hidung siswi itu.

'Raisa Attera.' Farhan melihat nametag yang terpasang itu. Dengan gentle, Farhan menggendong siswi itu dan membawa nya kearah UKS. Dibelakangnya, OSIS dan PMR mengikutinya, Ia sebenarnya heran terhadap OSIS, sekolah ini mempunyai Aula yang tidak kalah luas, mengapa harus memakai lapangan disaat Matahari sedang diatas kepala seperti saat ini?

Dengan perlahan, Ia mulai membaringan siswi itu dan pelan-pelan Farhan melepas sepatu dan kaoskaki Raissa. Setelahnya, Ia mundur dan membiarkan Dokter menangani siswi tersebut. Ia mengusap wajahnya kasar, lalu berjalan keluar dari UKS meninggalkan siswi dan Dokter yang sedang menangani.

Langkah nya membawa kearah lapangan basket, disana ternyata sudah ada Fino yang sedang memainkan bola basket seperti orang kesetanan. Farhan menaikan salah satu alisnya, Ia paham kenapa Fino seperti ini. Pasti habis melihat gadis pujaanya sedang bermesraan dengan pacar nya itu.

"Fin,"

"Siapa?" Tanya Fino menatap Farhan penuh tanda tanya. Pertanyaan Fino semakin membuat Farhan terheran-heran, "Siapa?" beo Farhan.

Fino melempar bola basket dengan kencang kearah temanya itu, Farhan yang diserang mendadak sulit mengontrol keseimbangan, tapi Farhan masih bisa menahan bola basket itu.

"Apaan sih?"

"Yang lo gendong, siapa Han?"

Farhan hanya ber'oh ria, Ia paham maksud dari Fino kali ini. "Gue ngga tau, tapi gue sempet baca nametag nya tadi,"

"Namanya?"

"Ra, Ra siapa gitu, teuing ah!" Pusing Farhan sambil mendribble bola basket itu.

Farhan melompat sedikit, dan gotcha! bola itu masuk sempurna kedalam ring, Ia menepi kerah tribun setelah memasukan bola ke dalam ring. Ia mengusap wajah nya yang berkeringat, sambil membersihkan kringet nya, Ia teringat wajah pucat yang Ia gendong tadi, bagaimana keadaanya sekarang? Apakah baik baik saja? Tapi kalau sampai mimisan begitu, berarti perempuan itu tidak baik baik saja.

Ia sempat mengamati wajah perempuan yang akan menjadi adik kelas nya itu, bibir tipis, hidung mancung, dan pipi yang sedikit berisi. Jika ditanya, cantik atau tidak, Farhan tidak munafik kalau perempuan itu memang cantik, wajahnya terlihat seperti anak SMA pada umumnya.

Daripada Ia semakin dihantui rasa penasaranya, Farhan bangkit dan meninggalkan lapangan basket itu, meninggalkan Fino yang menatapnya dengan terheran-heran. Ada apa dengan Farhan? kenapa tiba-tiba temanya datang dengan tiba-tiba dan sekarang? pergi dengan tiba-tiba. Apakah Farhan ada masalah? atau sedang marah dengan dirinya?

Tidak ingin ambil pusing, akhirnya Fino kembali memainkan bola basket itu dengan santai. Tidak terlalu pusing dengan sikap Farhan, yang terpenting saat ini Ia harus melampiaskan emosi nya di lapangan ini, daripada harus melampiaskan ke orang lain. Fino sendiri bingung dengan diri nya sendiri, mau bagaimana lagi sekarang? gadis pujaanya terlihat sangat menyayangi kekasih sialan nya itu, sementara diri nya hanya memendam semuanya sendirian selama dua tahun, dua tahun.

.
.
.
.
.

13.33 pm.

Erste LiebeWhere stories live. Discover now