2. Jay Park

323 43 3
                                    

"Sudah berapa hari aku tertidur?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah berapa hari aku tertidur?"

Seorang pria bergumam lirih sambil menatap kosong langit-langit kamar. Tangannya ia arahkan ke atas, rasanya kebas. Sepertinya dia pingsan cukup lama. Dia seperti orang mati, bergerak untuk naik ke atas ranjang pun tak punya tenaga. Satu-satunya alas tidur hanyalah lantai dingin yang membekukan kulit. Dia melirik ke arah jendela yang terbuka menerbangkan tirai, salju-salju tipis mulai membentuk sebuah gundukan kecil di dalam rumah. Sekarang mudim dingin. Entah sudah hari ke berapa dia terlentang tanpa nyawa dengan bercak darah kering sepanjang tubuh. Seluruh sendinya mati rasa. Lebam biru keunguan menghiasi tiap inci kulitnya.

"Kenapa aku tak bisa mengingat sedikitpun... Apa yang terjadi?"

Dia memegangi kepalanya sambil meringis kesakitan. Dia tidak bisa berteriak keras karena suaranya seperti tercekat dari dalam. Dia menopang tubuhnya dengan satu tangan, menyeret tubuh ringkih itu menuju lemari kayu usang berisi pakaian. Tanpa melihat yang mana, ia menarik satu jaket biru tebal bertudung kepala kemudian cepat-cepat memakainya. Dia bersandar seraya menarik dan mengembuskan napas susah payah.

"Aku harus cepat keluar dan mencari bantuan.." Dia menyeret tubuhnya paksa menuju pintu.

Ruangan gelap dan suram bernuansa monokrom itu terasa jauh lebih dingin dibanding amukan badai salju. Tak ada nilai kehidupan manusia dalam rekam kamar tersebut. Tumpukan baju-baju usang memenuhi sudut ruang, sampah bekas bungkusan makanan instan berserakan asal di atas lantai. Bercak-bercak darah menghiasi tiap inci dinding. Sebuah meja kayu tua bersandar kokoh dengan beberapa figura foto di atasnya. Satu bingkai berisi gambar seorang anak kecil, disertai sebuah nama lengkap di sudut bagian kanan.

..Jay Park
Takdir yang menyapa bukanlah perjalanan..

Begitu sekiranya tulisan yang tertera. Di sebelah foto anak kecil, ada sebuah gambar tua yang tiap sisinya sudah robek dan lusuh. Terlihat sebuah gerbang besar yang terbentang luas menutupi bangunan megah bernuansa klasik eropa kuno. Mirip kastil, tapi kita akan tahu kalau itu bukanlah bangunan yang biasa ditinggali oleh para raja atau bangsawan. Gedungnya terlihat sewarna pastel, dengan tanaman rambat yang hampir menutupi seluruh bangunan. Jika diperhatikan lebih cermat, maka akan ditemukan sekelompok orang bertudung hitam yang menyatu dengan semak-semak belukar.

Takdir...

•••

Salju di luar sangat tebal. Bagitu Jay menjejakkan kakinya di atas tumpukan salju, itu telah mencapai bagian pahanya. Akan sulit baginya untuk mencari bahan makanan. Lagipula orang bodoh mana yang akan keluar di saat cuaca buruk seperti ini? Mereka semua pasti mengira dirinya adalah maling yang berkeliaran. Padahal bukan seperti itu.. Jay hanya perlu bertanya tentang apa yang terjadi selama beberapa hari ke belakang pada tetangganya.

Tetangga?

"Dasar anak iblis!"

"Enyah kau dari sini, sialan!"

Cross the Line ; Enhypen (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang