Bagian 12🦋

1K 66 2
                                    

🌹SELAMAT MEMBACA🌹

Tak terasa hari sudah mulai petang, sebentar lagi adzan sholat maghrib akan berkumandang. Nasya masih bersiap-siap di kamarnya untuk pergi ke mesjid, melaksanakan sholat maghrib berjamaah lebih tepatnya. Gadis itu semakin cantik sekarang, ia memakai mukena putih dan tak lupa tangannya menjinjing sajadah. Ini kali pertamanya sholat di pesantren, sambil mencari pengalam juga di sini. Ia melihat ke cermin, membenarkan rambutnya yang keluar.

Doa bercermin:

"Alhamdulillah, Allahumma kamma hasanata khalqii fahassin khuluqii."
Artinya: Segala puji bagi Allah, ya Allah sesungguhnya Engkau telah memperindah tubuhku maka perindahkan lah pula akhlakku."

"Ku kira yang dj cermin itu Nasya, eh taunya bidadari," batin Nasya.

Tok...

Tok...

Suara ketukan pintu membuat Nasya yang tadinya bercermin langsung menoleh ke arah sumber suara, ia langsung berjalan ke arah pintu.

Ceklek

Pintu kamar di buka olehnya, terlihat wanita paruh baya yang umurnya sekitar 40 tahunan. Namun wajahnya tak terlihat seperti wanita 40 tahun, karena bisa di bilang dia awet muda. Itu adalah bu nyai, ia baru saja pulang.

"Assalamualaikum Nasya..." salam bu nyai.

"Wa'alaikumussalam bu nyai eh umma," jawab Nasya seraya mencium punggung tangan bu nyai.

Tak lupa bu nyai langsung mengelus dan mengecup puncak kepala Nasya, membuat sang empu diam tak berkutip. Tak terasa air mata lolos keluar di kedua matanya, ntah mengapa ia jadi teringat kepada sosok bundanya.

Wajahnya yang belum di lihat langsung oleh mata.

Tangannya yang belum sempat di genggamnya.

Dan pelukan hangat darinya belum di rasakan olehnya.

Sedih bukan ketika kita merindukan seseorang yang sudah Allah Swt panggil.

Bu nyai yang melihat Nasya menangis sesenggukan langsung memeluk erat tubuh gadis itu, bu nyai tahu tentang keluarga Nasya karena sedari dulu mereka sudah bersahabat. Barra dan Gus Haidar langsung menyusul ke kamar Nasya, karena mereka mendengar ada suara isakan tangis.

"Nasya kangen bunda...Nasya pengen peluk bunda..." lirihnya.

Kedua pria itu langsung tertegun kala melihat Nasya yang sudah menangis, Barra yang melihat adiknya sedang merindukan sosok bundanya hanya bisa diam. Sementara Gus Haidar menatap lekat wajah Nasya, ia pun tertegun kepada gadis itu.

"Jangan sedih sayang, ada umma di sini. Anggap aja umma adalah bunda kamu ya sayang," ucap umma, ia langsung menghapus air mata Nasya.

"Umma mau jadi bundanya Nasya?" Tanyanya polos. Sementara bang Barra dan Gus Haidar hanya menyimak perbincangan keduanya.

Bu nyai langsung mengangguk mengiyakan.

"Tentu saja mau sayang, kamu kan memang anak umma."

"Polosnya kamu, sampai-sampai gak tahu kalau umma adalah calon mertua kamu," batin Gus Haidar.

Married With My Teacher [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now