BKC 12

3K 429 117
                                    

Rosé memijit pelipis nya pening, pikiran nya sedang berkecamuk sekarang. Banyak sekali masalah yang datang kepadanya secara bersamaan, dimana anak bungsunya yang masih dalam keadaan kritis. anak kembarnya yang bertengkar saling menyakiti satu sama lain sehingga sekarang mereka sedang istirahat berbaring di ranjang rumah sakit dengan ruangan yang sama, sebenarnya luka mereka tidak separah itu untuk membuat mereka turut berbaring di rumah sakit, hanya saja Jeffrey yang mengurung mereka di satu ruangan itu, agar mereka bisa intropeksi diri atas kesalahan mereka. Dan sekarang Rosé baru saja dapat kabar bahwa sang ibu dan mertua nya yang berantem dengan Mina dirumah, untung saja tadi Daddy Sion dan Papa nya langsung menyusul kedua ibu tersayang nya itu.

"Rosé, makan dulu ya nak" ucap Mommy Maya yang mengusap punggung Rosé penuh kasih sayang.

Wajah Rosé yang menunduk mendongak seketika menatap mommy tiri nya itu dan tersenyum tipis. "Nanti aja omy Rosé belum laper" jawab Rosé pada omy--- panggilan Rosé untuk mommy Maya.

Maya menghembuskan nafasnya pelan. "Yaudah, tapi nanti makanan nya dimakan ya sayang. Iya omy tau kamu lagi gak nafsu makan sekarang, tapi kamu harus bisa lawan nafsu itu. Kalo Rosé sakit nanti anak-anak gimana? Si kembar pasti sedih, terus Juna juga pasti akan kecewa" jelas Maya membawa tangan lembut Rosé ke pangkuan nya.

Rosé yang tersadar pun menoleh tersenyum menatap Maya. "Makasih omy udah menyadarkan Rosé, aduh Rosé ke kanak-kanakan banget ya sampai lupa makan padahal anak-anak Rosé butuh Rosé ada di samping mereka."

"Gak ke kanak-kanakan sayang, itu hal yang wajar untuk seorang ibu yang lagi banyak pikiran gara-gara situasi ini"

"Okay sekarang makan ya, biar omy tuangin sayur nya" ujarnya bersemangat menuangkan sayur yang ia bawa dan masak sendiri ke dalam mangkuk.

Rosé yang melihat jiwa semangat Mommy Maya pun terkekeh, dan menatap wajah cantik wanita itu dengan dalam. Dulu, wanita di depan nya ini adalah wanita yang paling ia benci, sangat sangat benci karena dia mengambil daddynya dari sang mommy. Wanita yang menghancurkan keluarganya sehingga membuat ia turut hancur selama bertahun-tahun. Dulu Rosé kira setelah daddy nya memilih pergi dan hidup dengan Maya sehingga meninggalkan ia dan sang mommy membuat daddy nya lepas tangan atas tanggungjawab nya sebagai seorang ayah, namun nyatanya tidak. Daddy tetap meluangkan waktu untuknya, memberikan nya kabar, memperhatikan nya, walaupun hubungan keduanya merenggang. Bukan, bukan daddy yang membuat nya merenggang, tetapi Rosé sendiri yang menjauh dari daddy nya karena merasa kecewa dan marah. Rosé selalu berlari terbirit-birit bila melihat daddy yang menjemput nya sekolah, Rosé akan mengumpat bila daddynya datang kerumah untuk bertemu dengannya, dan Rosé akan memilih tidak bermain handphone daripada mengangkat telepon daddynya. Dulu memang sebenci itu Rosé pada daddynya, tapi itu hal yang wajar bukan untuk seorang anak yang baru saja menjadi korban hancurnya sebuah keluarga.

Rosé tersadar dari lamunan nya saat merasakan sang daddy yang tiba-tiba memeluknya dari belakang dan mengecupi pipinya yang membuat Rosé terkekeh geli begitupun dengan Maya yang sedang menyiapkan makan untuk Rosé turut tertawa. Lorong Depan Ruangan Juna yang tadinya hening, sekarang terisi akan canda dan tawa dari Rosé, mommy Maya dan Daddy seno. Rosé tidak bisa membayangkan ini, membayangkan bahwa ia bisa berdamai dengan kehidupan nya sehingga mampu menerima akan takdir hidupnya dulu. Mungkin jika Rosé masih membenci orangtua dan orangtua nya dulu, tidak akan ada tawa dan canda seperti ini.

Jeffrey yang baru saja menyelesaikan administrasi rumah sakit dan mendengar tawa yang keluar dari mulut Rosé pun memilih untuk menghentikan langkahnya dan berdiam diri mengintip dibalik tembok, Jeffrey tersenyum tulus. Untung masih ada keluarga Rosé maupun Jeffrey yang senang hati menghibur dan selalu ada untuk Rosé dikala wanita itu sedih, untung masih ada mereka disaat Jeffrey yang hanya bisa selalu membuat Rosé menangis dan menjadi beban pikiran nya.

Bukan Keluarga Cemara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang