part 16

30 34 0
                                    

Katakanlah bahwa dirinya itu berlebihan dan lemah namun memang itu kenyataan nya, ia selalu di perlakukan kasar oleh Fredrick tampa adanya bimbingan yang mengharuskan ia untuk kuat.

Tak peduli dengan keadan fisiknya yang lemah dan terkadang mendapat ejekan dari temannya temanya membuat Rain bingung harus melakukan apa. Selama ini dirinya hanya di beri tumpukan buku tampa adanya kegiatan lain yang membuat mental dan ototnya kuat.

"Aku lemah banget, tapi aku juga gak tau harus ngapain. Aku gak mau di lihat lemah tapi faktanya aku memang lemah." ia berucap lirih.

Rain memejamkan matanya sejenak dan beberapa menit kemudian ia membuka matanya di rasa pusing nya sedikit mereda." kenapa perasaan aku gak enak?"gumam Rain.

"Lo kek mau sekarat aja, lo serius gak apa apa?" tanya Reina yang tiba tiba muncul di ambang pintu kamar mandi membuat Rain tersentak kaget.

Reina melangkah mendekati Rain dan berdiri di hadapan nya.

"Gue tau lo capek kan sama semua ini? Lo pasti capek banget sama keluarga yang berantakan ini? Tapi kita harus gimana lagi? Nasib kita emang kayak ini. Kita gak bisa nentang Gisella. Rumah ini memang milik ibu tapi dia yang mengusainya saat ini."Reina berucap membuat Rain menatap nya dalam.

Reina membalas tatapan Rain." gue tau cara buat keluarga ini kembali seperti dulu."ujar Reina tersenyum miring namun tak dengan Rain yang malah memasang wajah sedih.

"Gak akan bisa seperti dulu kak, ibu udah gak ada. Gak ada yang bisa bikin keluarga ini sebaik dulu lagi."

Tangan Reina bergerak memukul pundak Rain tak terlalu keras."emang gak akan sebaik dulu tapi lebih baik dari sekarang, emang lo gak mau kita bebas dari Gissela?" tanya Reina, ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu mengangkat sebelah alisnya.

Rain mengangguk."aku mau keluarga kita kayak dulu lagi kak."

"Gue juga pengen keluarga ini balik seperti dulu dan gue punya sebuah rencana, tapi gue gak bisa matikan kalo rencana itu bakal berhasil atau gak."

"Rencana apa?"

"Kita bongkar kebusukan Gisella, lo tau kan dulu dia bunuh ibu di depan kita? Kita bisa cari sesuatu yang bisa membantu kita nanti, kita cari banyak bukti. Selain saksi polisi juga memerlukan bukti yang kuat bukan? Jadi kita akan coba cari bukti yang banyak dan kuat untuk bisa membawa wanita itu ke dalam penjara." ujar Reina membuat Rain menghela nafas panjang.

"Aku setuju sama rencana kak Rei, tapi kak Rei yakin akan berhasil?" tanya Rain.

"Lo cukup ikuti dan nurut sama gue. Gue bakal coba lakukan yang terbaik demi keluarga kita bisa seperti dulu lagi." ujar Reina terdengar meyakinkan.

Dengan ragu Rain menganggukkan kepalanya."aku gak yakin kak."guman Rain nyaris tak terdengar.

Reina mengusap kepala Rain, ia tersenyum tipis."percaya sama gue, kalo kita bekerja keras dan bekerjasama pasti rencana itu bakal berhasil."

"Aku percaya sama kakak." Ujar Rain

Reina menganggukkan kepalanya, ia menatap Rain dengan tatapan khawatir. "Abang suruh ke bawah, katanya kita bakal berangkat sekarang. Lo mau di rumah aja atau ikut ke sekolah?" tanya Reina ragu.

"Aku ikut aja kak." kata Rain, ia bangkit dari duduknya dan mengambil tas sandang nya lalu menyandang nya dengan satu bahu.

Tak lupa pula Rain mengambil kunci motornya yang berada di atas naskas, sejujurnya kepalanya masih pusing tapi tak sepusing tadi, ia tak ingin orang di sekitarnya merasa cemas hanya karena dirinya, ia tak ingin menyusahkan mereka. Cukup karena dirinya lemah dia sudah menyusahkan mereka.

Rain dan Reina berjalan beriringan menuju ke tempat dimana motor dan mobil milik Varo di parkirkan.

Sesampainya di tempat tujuan mereka, Rain dan Reina melihat Varo yang tengah menelpon dengan raut wajah serius, posisinya membelakangi mereka sehingga ia tak menyadari bahwa ada orang lain di sekitar nya.

"Saya tak mau tau! Pokoknya kamu cari dimana orang itu pergi dan segera tanya siapa yang menyuruhnya semalam! Apa kau paham? Saya membayarmu mahal bukan untuk bermalas malasan, saya tak mau tau ya pokoknya hari ini saya sudah harus mendapat kabar dari mu, jika tidak saya tidak akan membayarmu dan menyewa mu jika ada apa apa lagi." Varo berucap dengan tegas dan terkesan tak ingin di bantah.

Reina yang memang tak memiliki rasa malu pun berjalan mendekati sang abang lalu menepuk pundak nya.

Merasa ada yang menyentuh pundak nya Varo membalikan badanya dan ia sedikit kaget melihat keberadaan Reina dan Rain yang ada di dekat nya.

"Kita bahas lagi nanti, lanjutkan kembali pekerjaanmu."

Tut
Pangilan di matikan sepihak oleh Varo, ia meletakan ponselnya di saku celana nya.

Dengan sorot mata tegas Varo menatap kedua adik nya dengan tatapan yang sedikit aneh menurut merekaa.

"Mulai hari ini saya minta kalian menjaga diri kalian baik baik, hati hati dengan orang asing. Dan untuk kamu Rain mulai hari ini saya memberi mu jadwal tambahan untuk mempelajari segala jenis cara bela diri. Saya akan mendidik mu lebih keras lagi untuk kali ini, saya ingin kamu tumbuh menjadi lelaki kuat fisik bukan hanya kuat mental." kata Varo membuat Rain tersenyum senang, sudah lama dirinya ingin mempelajari hal yang berbau bela diri.

"Beneran bang? Kapan aku bisa pergi ke tempat itu?" tanya Rain dengan raut wajah membinar.

"Sepulang sekolah jam setengah enam atau jam enam kamu sudah harus ada di sana, alamat nya akan saya kirim lewat sms. Apa dirimu tak keberatan jika saya memberi mu jadwal tambahan?" tanya Varo dengan sebelah alis terangkat.

Sontak Rain menggelengkan kepalanya."aku gak keberatan bang, malahan aku senang  bisa belajar bela diri..."ujar Rain.

"Lah bang. gue enggak?" tanya Reina dengan raut wajah kecewa.

Varo tersenyum miring."kamu juga." ujar nya membuat Reina tersenyum senang.

"Saya akan memasukan kamu ke tempat khusus tata rias dan kesopanan." katanya membuat senyuman Reina langsung luntur.

"Dih enggak, mending gue di kurung di kamar di timbang harus ikuti khusus itu." ujar nya bergidik ngeri saat membayangkan bagaimana jika dirinya melihat banyak cewe feminim di sekitarnya.

"Tapi bang. pulang sekolah kan jam empat sore, jadi sebelum itu aku harus pulang dulu?" tanya Rain

"Seterah kamu mau kemana di jam segitu." ujar nya, Rain pun mengangguk.

Strong Man [End]Where stories live. Discover now