N;S

145 15 9
                                    

————೫

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

————೫

Hari itu—seorang pemuda bersurai putih dengan paras jantannya  melontarkan retupan sinar gitar electric yang membuat buta penonton.

“6REEZE! KECE BANGET!”

“AAAAAA! KEREN BANGET MEREKA!”

“LOVE YOUU!”

Sekian banyaknya penonton yang bersorak sorak dengan penampilan yang mereka tampilkan di puan panggung, semuanya menikmatinya dari awal hingga akhir.

Cucuran keringat juga telah membahasi ke empat sang perwira di panggung dengan sinar kelap kelip yang menyinari mereka bersama.

Band yang benar benar luar biasa.

Senyuman lebar lolos di wajah mereka, sembari melambai lambai pada penggemarnya. Mau di detik detik awal dan akhir pun, mereka senantiasa berteriak senang.

Rasanya penggemar mereka punya lebih banyak pita suara, ya.

“Semuanya! Makasih, ya!”

Salah satu anggota mereka langsung mengambil alih mic untuk menutup acara.

“Kita—6REEZE—bakal terus di hati kalian! sampai ketemu lagi di konser berikut! daah~”

Sorak sorak tersebut pun terdengar dengan rasa kecewa. Mau bagaimana lagi, konser mereka ini benar benar unlimited.

“Haah... jadi idol itu emang capek, ya. Tau gini aku beneran jadi pengamen aja di bar.” —Venti. Salah satu member 6reeze yang iseng dan jahil.

“Jaga mulu lu, Ven.” —Xiao. Salah satu lelaki paling populer di 6reeze, karena sikapnya yang dingin dan cuek.

“Hahaha. Sudahkah kalian minum dulu? Suara itu perlu di jaga layaknya daun yang terbawa angin” —Kazuha. Pria ini benar benar tenang dan kalem, idaman.

“Diemin aja Sho, dia mah kurang bersyukur.” —Heizo. Member 6reeze yang rupanya tampan, tapi di sisi lain sikapnya menyeramkan.

“Cih, berisik banget, sih. Tenang dikit, bisa?” —Scara. Agak aneh anaknya, hobinya ketawa kayak setan.

“Haduh, gini amat punya temen.” — Aether. Tak salah jika ia terlihat polos, pada dasarnya memang polos.

Semunya berkata begitu sedemikian karena telah suksesnya acara, kini waktu untuk beristirahat menjadi hak mereka.

Hari itu memang sudah malam—layaknya nan bulan suci, namun gelap dan suram.

Seperti saat ini, lelaki bersurai putih memainkan pianonya tanpa henti. Seorang pria yang berbakat memainkan alat musik.

Jari ajaib yang memainkan satu persatu melody dengan lembut dan tenang, orang yang mendengarnya bisa langsung tertidur.

Kaedehara Kazuha, kira kira apa yang akan di nantikannya?

❝ Bila bias malam ini terasa indah, Akan kudekap kegelapan ke dalamnya. ❞

❝ Melody ini... dan harmony-nya terdengar, familiar.. kenapa? ❞

❝ Perpisahan, burung camar sayang, tolong tenangkan tangisanmu. Mulai hari ini aku akan menjalani seorang diri. ❞





Prolog, End.

𝐍𝐎𝐒𝐓𝐀𝐋𝐆𝐈𝐂; 𝐒𝐡𝐲𝐦𝐩𝐡𝐨𝐧𝐲Donde viven las historias. Descúbrelo ahora