🌿Bab 1: Lukisan Bunga Teratai

665 88 6
                                    

Note: Untuk yang sudah membaca Tian sebelumnya pasti merasa ini benar-benar berbeda. Ya, aku merubah ceritanya.

Untuk yang sudah pernah menonton film the lost tomb atau series penjelajah makam kuno lainnya, pasti tidak akan heran dengan alur atau tokoh yang akan hadir (untuk para penggemar segitiga besi, Xiao ge, Panzi dan Wuxie kita akan bertemu)

Aku gemes banget soalnya nyari cerita semodel yang di halu tapi gak nyampe". Jadi aku coba buat sendiri, semoga suka :) maafkan jika ada bahasa dan sesuatu yang diluar akal. Ini hanya cerita fiksi, tolong jangan di bawa serius, terima kasih ^^.


🌿🌿🌿

Langkah kaki cepat itu terdengar menggema di lorong yang sunyi. Suara detak jantung dan napas yang putus-putus itu terdengar sangat mengerikan. Remang-remang lampu melengkapi kesan horor yang tengah terjadi.

Seorang gadis dengan rambut sebahu itu tampak berlari di lorong sepi, melewati ruang-ruang kelas yang kosong tak berpenghuni. Sesekali ia menengok ke belakang memastikan sesuatu itu, tidak mengikutinya.

Wajah pucat tersirat ketakutan itu, bisa ia lihat melalui jendela ya ia lewati. Pantulan bulan purnama itu terlihat sangat indah dipandang mata. Bercahaya seolah memberikannya harapan.

Lari gadis itu makin lambat, ia berhenti tepat di hadapan jendela besar yang menampakkan bulan purnama sempurna. Deru napas yang patah-patah itu perlahan berhenti. Sedetik kemudian asap hitam menyelimutinya tanpa suara, gadis itu ditelan asap kegelapan. Tertiup angin bagai debu, sirna begitu saja.

🌿🌿🌿

"Cepatlah!"

"Aku tidak bisa mencapainya, Sebentar lagi dapat."

Dua anak remaja itu tengah berusaha untuk mengambil buah mangga di rumah tetangga mereka yang terkenal galak.

"Aiya, cepatlah." Anak yang di bawah berseru dengan panik, masih membiarkan punggungnya diinjak temannya. Sedangkan anak satu lagi dengan senyuman lebar berusaha meraih mangga yang hanya tinggal beberapa centi lagi.

"Dapat."

Tian, anak yang memegang mangga itu langsung membantu temannya, Yuga untuk berdiri. Mereka langsung lari terbirit-birit, begitu melihat bayangan nenek Cin di jendela yang meneriaki mereka.

Tapi sepertinya keberuntungan tidak semudah itu datang. Tian terdiam membeku, melihat siapa yang ada di hadapannya, seorang wanita dengan jas putih yang masih melekat di tubuhnya. Tian sudah bersiap untuk kabur, tapi Yuga malah terdiam kaku. Sialan, temannya ini tidak bisa diajak bekerja sama.

Dengan canggung mereka mendekat, tersenyum dengan semanis mungkin. Saat sudah berada di hadapan wanita itu mereka langsung berjongkok dengan kedua telapak tangan disatukan, membuat pose hormat yang aneh.

"Kami salah, maafkan kami." Ucap mereka yang langsung mengakui kesalahannya tanpa menunggu wanita itu berbicara.

"Bagus. Sekarang, apalagi ulah kalian? Membolos, mencuri?" Wanita itu akhirnya bersuara. Pertanyaan yang membuat kedua anak itu semakin menunduk takut.

"Ma, aku salah. Tapi, Tian yang mengajakku jika aku tidak ikut, dia akan memukulku." Yuga berucap membela dirinya.

Tian melotot mendengarnya, "Hei, kita sepakat untuk membolos dan mencuri mangga. Bukan Tante, Yuga yang mengajakku, katanya dia akan memberikanku PS miliknya. Aku hanya-"

"Sudah, sudah. Kalian berdua salah, sekarang ikut aku. Masuk ke dalam mobil."

Tanpa menjawab mereka berdua buru-buru masuk ke dalam mobil. Ini pasti ulah guru mereka yang mengadu. Asal tahu saja, hari ini Tian sudah merencanakan untuk membolos dan makan mangga, setelah itu ia akan tidur seharian.

Be My Father: The Iron Triangle and YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang