27. Future Lover (?)

116 28 1
                                    

Pagi datang seperti biasa; Zemira yang sibuk, yang mendengar curhatan ringan Shaquille, yang ditatap intens oleh Nata, dan ... tuan keduanya yang masih membisu pada Zemira. Gadis itu jadi mengubah dugaannya tentang siapa yang mengirim es krim kemarin. Kalau itu sungguh Kai, setidaknya laki-laki itu akan bertanya bagaimana kabar Zemira. Kalaupun bukan Kai, Zemira rasa tidak ada orang lain yang tahu tentang rumah itu. Nora dan Arvan pun baru tahu kemarin.

Menyerah memikirkannya lebih lanjut, gadis itu mengakhiri lamunan dan segera memasuki ruang makan untuk menemani para tuan sarapan. Hari ini Zoe cuti mendadak karena cucunya telah lahir, ia tidak bisa menahan kegembiraan dan ingin segera menemui anggota baru keluarganya. Di saat seperti ini, Zemira bersyukur Nata adalah bosnya. Pengalaman Zemira menjadi pelayan di rumah lain tidaklah semudah itu untuk mendapatkan izin pergi. Namun, Nata, ia tahu cara memperlakukan bawahan dengan tidak mengekang.

Ya, dia hanya tidak tahu cara memperlakukan gadis, rutuk Zemira dalam hati dengan bibir sedikit manyun.

"Ada apa, Zemira? Kau lapar?"

Pertanyaan Shaquille membuat gadis itu sedikit tersentak. Zemira memang berdiri di seberang Shaquille, sehingga dirinya akan terlihat dengan sangat jelas.

"Tidak, Tuan. Ada apa?"

"Bibirmu sedikit manyun tadi."

Refleks gadis itu menyentuh bibirnya.

"Kemarilah jika kau lapar."

"Tidak, Tuan. Saya akan sarapan di belakang nanti."

"Zemira bukan lapar, tapi mungkin sedang mengingat sesuatu."

Kening Zemira mengerut mendengar ucapan Nata.

"Mungkin dia masih ingin cuti karena ingin bersama kekasihnya lagi."

Napas gadis itu tertahan sesaat. Si tuan menyebalkan berulah lagi. Zemira heran kenapa Nata sangat suka mengganggu dirinya dan mengucapkan hal-hal yang sering membangkitkan kekesalan.

"Benar begitu, Zemira? Kemarin kau kan pergi seharian."

Sifat polos tuan ketiga pun sering kali membuat Zemira menyabarkan diri.

"Maaf, Tuan, itu adalah urusan pribadi saya. Yang terpenting apa pun tindakan saya di luar sana tidak mempengaruhi kinerja saya, bukan?"

Zemira menatap Kai yang sibuk menikmati sarapan. Laki-laki itu enggan bersuara sedikit pun menimpali saudara-saudaranya. Tuan yang biasanya sering mengatakan omong kosong itu kini menjelama menjadi laki-laki dingin yang tidak peduli sekitar.

"Ya, kau benar. Kecuali kau menjadi kekasihku, kau tidak akan berkata seperti itu lagi."

"Hei, hei! Mana boleh kau menjadikan Zemira kekasih."

"Kenapa?" balas Nata.

"Dia tidak akan mau dengan laki-laki arogan sepertimu."

"Kurasa Zemira lebih tidak mau dengan laki-laki yang belum dewasa sepertimu."

"Kau!" Shaquille melotot karena ejekan sang kakak.

"Itu fakta, Shaquille. Akui saja."

Zemira hanya diam mendengar perdebatan tidak penting itu sambil mengawasi bahwa satu tuan muda lainnya tidak terpengaruh sama sekali dengan topik kali ini. Memang seharusnya begitu, pikir Zemira. Akan tetapi, perubahan Kai terasa asing. Zemira merasa tidak nyaman dengan jarak yang seperti ini karena hubungan di antara keduanya malah seperti bukan tuan dan pelayan, melainkan musuh. Sering Zemira bertanya-tanya kenapa Kai harus melakukan aksi bungkam seperti ini. Kai adalah pemain hati, seharusnya apa yang sempat terjadi antara dirinya dan Zemira tidak berpengaruh banyak. Kalau begini, sedikit banyak Zemira jadi merasa bersalah dan canggung.

Rare CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang