2

588 73 2
                                    

DON'T FORGET TO LIKE AND COMMENT

HAPPY READING

*
*
*
*
*

Remaja itu datang dengan jaket hitam yang membalut tubuh nya. Dia Mahendra. Ketua OSIS yang kini tengah bergabung bersama Jaka dan Aben di sebuah tongkrongan café yang lumayan ramai.

"Yooo Ketos kita nihhh!" Sapa Jaka sambil mengajak Hendra bersalaman ala anak muda.

"Ketos apaan dah. Kalau di luar, gue cuma Hendra," Hendra menegur.

"Tau nih lo. Kasian tuh bos besar kita moodnya ancur." Canda Aben yang membuat Jaka menggaruk tengkuknya canggung.

"Ya, maap…"

Hendra menggelengkan kepalanya pelan. Ia lebih memilih untuk menyantap makanan ringan dan juga ice coffee yang baru saja ia pesan.

"Oh iya, gimana si Andra? Ngga ikut lagi?" Tanya Hendra bingung.

Aben menggeleng sambil menelan kentang goreng yang baru saja ia kunyah sebanyak 32 kali.

"Ngga. Katanya lagi jagain ibunya. Si Rifki lagi les soalnya," balas Aben.

Mendengar itu, Hendra hanya bisa menganggukan kepalanya mengerti. Sementara Jaka terdiam sembari menerawang sesuatu.

"Kalian sadar ngga, sih? Semenjak kelas 11, Andra jadi beda. Dia berubah."

Celetuk dengan nada lirih yang keluar dari belah bibir Jaka sukses membuat Aben dan juga Hendra terdiam.

Bohong jika mereka tidak sadar. Namun setiap kali salah satu dari mereka mencoba membahas ini, dua orang lainnya akan mengalihkan pembicaraan.

"Gue udah ditekan Karina buat lebih tegas lagi, wkwkwk." Ujar Hendra sembari tertawa kecil.

Aben dan Jaka menatap Hendra miris. Sebenarnya sudah dari kelas 10 mereka mengerti jika Hendra memang tidak bisa satu pemikiran dengan Karina.

Entah itu satu seksi dalam event, ataupun sekedar rapat wajib mingguan setiap hari senin. Pasti ada saja yang membuat mereka tak bisa satu visi misi.

"Jujur deh Hen. Alasan lo milih Karina jadi wakil lo itu apa sih?"

Hendra baru saja akan membuka mulutnya untuk menjawab Jaka, namun Aben langsung menyela dengan tatapan sinis.

"Kali ini jangan mangkir lo, babi. Awas aja kalau lo ngga mau jawab pertanyaan ini lagi. Gue siram pake kopi panas yang lagi gue pegang sumpah."

Tidak Heran jika Aben mengatakan itu. Karena sebenarnya ia dan Jaka sudah mempertanyakan hal ini dari semenjak pencalonan pilketos dan Hendra selalu menolak untuk menjawab.

Awalnya ia dan Jaka mencoba memaklumi Hendra. Tapi gimana ya. Hendra ini sering datang mengeluh pada mereka jika ia muak selalu menjadi pihak yang mengalah jika berdebat dengan Karina.

Padahal Hendra itu ketuanya!

Giliran ia dan Jaka mencoba mencari jalan keluar dengan bertanya alasan apa yang membuat Hendra memilih Karina, si ketos itu selalu mangkir.

Kan pengin tak hiiiihhhh🤏

"Iya iya. Ini gue jawab."

Hendra menyerah dan memilih untuk jujur. Karena ia juga lelah terus memendam semuanya.

"H-7 pilketos, pembina datengin gue. Dan dia minta gue buat maju jadi ketos dan ngegandeng Karina buat jadi wakil."

Jaka yang dikenal dengan kemampuannya dalam mengingat langsung mencoba untuk menerka kira-kira waktu yang jelas untuk kejadian itu sebenarnya kapan.

"Bentar. H-7 pilketos itu sehari setelah angkatannya mas Arfi milih buat kandidat OSIS angkatan kita, kan? Dan lo pas itu juga ada ngobrol serius sama dia pas yang lain udah pada pulang."

Hendra mengangguk mendengar rincian tentang waktu kejadian yang sedang ia bicarakan.

"Iya. Lo tau, pas itu mas Arfi udah ngasih gue banyak wejangan. Dan dia juga ngerekomendasiin Andra buat jadi wakil gu---"

"KAN! GUE BILANG APA ANJIR! ASLINYA SI HENDRA ITU MAU NGEGAET ANDRA BUAT JADI WAKILNYA!"

Ngomong-ngomong yang baru saja berteriak tadi adalah Aben.

Jaka langsung saja memukul kepala Aben dengan gulungan proposal yang ia bawa dengan cukup keras, sementara Hendra mencoba menutupi wajahnya sambil bergumam,"bukan temen gue anjir. Bukan. Bukan, bangsatttt."

"Lo malu-maluin banget sih bensat!" Umpat Jaka ketika para pengunjung kini mulai melirik ke arah meja mereka.

Aben yang sadar jika ia menjadi pusat perhatian pun langsung membungkukan badannya sembari meringis malu.

"Sorry sorry... eh lanjut tadi. Terus kenapa lo ngga maju sama si Andra aja anjirrrr?" Celoteh Aben sambil berbisik.

"Ya tadi kan gue udah bilang. Pembina minta gue buat jadiin Karina wakil."

Jaka menghela napas kasar. Ia sangat tidak menyukai sifat Hendra yang apa-apa nurut aja sama pembina. Giliran dia jadi susah ngadunya ke dia atau si Aben.

"Padahal ya Hen, gue tuh udah bisa ngebayangin se-jaya apa OSIS angkatan kita kalau lo yang jadi ketua terus Andra yang jadi wakil. Lo tuh otoriter, Andra Demokratif. Nah sekarang lo yang otoriter ketemu Karina yang otoriter juga, apa ngga ribut mulu." Jaka berucap dengan wajah kecewa.

"Ya gue juga tau itu. Tapi lo liat sekarang kan? Andra juga mangkir mulu. Malah gue lebih pusing kalau semisal beneran jadiin Andra wakil. Kerjaan di back up gue semua bisa-bisa."

Dan untuk pertama kalinya seorang Benyamin Sugiarto berani menoyor kepala Hendra yang mana membuat Jaka terpukau sambil mengucapkan 'wow' berulang kali.

"Back up back up palalo! Si Andra itu kerja anjir. Dia tuh cuma mangkir rapat. Tapi masalah hari-h event, proker setiap minggu, sampe laporan masih bisa dia kerjain. Lo mah liat buruknya doang!"

Sementara yang ditonyor mematung tak percaya. Ia menoleh menatap Aben.

"Lo barusan noyor gue?"

"Kamu nanye? Lo tuh kek aaaaarrrrggghhhh! Jak, urusin nih temen lo!"

Jaka yang melihat Aben membuang muka dengan napas naik turun pun mencoba membuat Hendra sedikit lebih terbuka pikirannya.

"Hen, lo denger ya. Gue di sini ngomong sebagai seorang temen ke temennya bukan sebagai bawahan ke atasannya. Gue akui kalau Andra itu jeleknya sekarang selalu mangkir rapat. Mau itu rapat mingguan, eval bulanan, atau eval abis acara. Tapi dia beneran izin karena ada kepentingan yang ngga bisa ditinggal."

"Jangan lupa Hen, salah satu azas OSIS itu kekeluargaan. Inget kata mas Arfi? Korsa, hen. Korsa. Lo sebagai ketua harusnya lo rangkul dia. Jangan belum apa-apa lo emosi duluan. Coba deh lo jangan amnesia dulu. Lupa lo kalau Korsa tuh jadi visi lo yang paling atas pas pilketos? Jangan omdo doang lo ah, kaya pejabat aja."

Saat itu Hendra hanya bisa merutuk. Karena ia berhasil dibuat bungkam dengan ucapan Jaka yang memang semuanya adalah kebenaran.

TBC

KORSA || Enhypen✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora