Lawakan Cinta

49 3 0
                                    

Bagian ini mengandung unsur feminis dan sangat "Hueeek!"
Diharapkan agar pembaca tidak tersinggung dan merasa bangga kalau-kalau pernah berada pada tema yang akan saya materi-kan ini, terimakasih!

Namun jujur saja, saya sering menyelipkan "cinta" pada obrolan malam dengan beberapa karakter yang fotonya terpampang di atas sana. Biasanya tema ini mengambang kepermukaan dengan gaya yang ringan dan sedikit dibercandakan. Ini bertujuan agar tidak terlihat stupid saja, karena kebanyakan dari warga-warga yang kembali dari tema itu memang dasarnya idiot dari sananya.

Oh iya! Saya lupa memperkenalkan makhluk-makhluk itu. Berdasarkan jumlah subjek yang ada di dalam gambar, 5 makhluk itu adalah bukti hidup dari pujangga terkenal yang karyanya tersohor seantero negara ini, "Binatang Jalang" katanya.

Jujur saja, saya belum dapat izin menyebutkan nama mereka satu per satu dan karena saya juga super malas memikirkan kalimat mulia untuk memperkenalkan mereka, saya putuskan untuk (Persetanlah saja!) biarkan waktu yang menjawabnya (Aseeeek gak tuh?).

Satu lagi, antologi ini tercipta juga karena jasa-jasa mereka, sebab obrolan itu terjadi bukan karena ada niat dari pelakunya tapi juga karena ada kesempatan (Waspada gak ya? waspadalah!).

"Kapan mulainya cuk, ini?"
Bikin kopi dulu enak kali ya? karena mata setidaknya harus jalang kalau mau bahas cinta dengan saya. Namun seperti biasa, mari patungan agar kopi dan gula berada di tempatnya!

(Singkat cerita, kopi dan kunyah-kunyahan sudah berbaris memenuhi shafnya di atas meja)

Cinta, biasanya tema ini muncul pada suasana malam yang paling durjana diantara mereka ber-5. Gambaran suasananya itu kurang lebih seperti lagi dingin-dinginnya cuaca, bulan memunggungi bumi dengan angkuhnya atau hujan sedang meratap-ratapi kondisi selokan yang sudah kering tapi masih sempat ditongkrongi bermacam-macam jenis feses.

"Jancuk! Ini kenapa isi media sosial pada asyu semua?"
Loh, Asyu gimana? Romantisme zaman sekarang kan harusnya memang dalam periode terbuka.

"Periode terbuka bagaimana?"
Ya, buka pakaian, buka perawan, buka-buka an bersama teman-teman...

"Badjingan! Oh iya, bicara soal romantisme, bagaimana perkembangan mu dengan si wati di pulau seberang?"
Ya harus bagaimana? Dia sempat bilang mau survei tanah dan rumah di sekitaran daerah dekat rumah.

"Wah baguslah, berarti sungguh itu dia mau tinggal serumah dengan mu!"
Wah janganlah, aku masih mentah kalau bahas-bahas menikah. Lagian berdasarkan pengalaman yang pernah-pernah, aku masih butuh banyak undang-undang untuk bersikap terserah pada keputusan gusti Allah.

"Ya kalau Tuhan sudah mempertemukan mu dengan adinda Wati sebagai pasangan menikah, siapa yang mau kamu jadikan salah?"
Ya aku lah! Berarti aku terlalu lemah menahan nafsu agar tidak melampaui batas hubungan yang seharusnya hanya sebagai teman serupa niat awal berkenalan dulu itu. Aku itu sudah tumpul cuk, sudah tidak mampu sayang ini sayang itu seperti dulu.

"Sama saja halnya dengan ku, cinta kadang gak lucu kalau lagi bercanda"
Itu maksud ku! Terlepas dari kesenjangan Gender antara wanita dan laki-laki, bercandanya cinta itu terjadi karena lawakan yang disediakan pasangan ini tidak mencapai target per-kali pertemuan.

Maksudku, tiap pertemuan yang berlaku akan ada masalah baru yang jadi buah bibir mereka ketika berpisah. Contohnya saja ketika tertawa bersama, tiba-tiba si laki-laki menyadari kalau di gigi wanita ini terselip rempah-rempah negara, sisa makan di restoran ber-roda pinggiran jalan. Atau karena adil, si wanita juga bersaksi kalau bulu hidung si laki-laki terlalu klimis dan menggangu pandangannya ketika sedang unch-unch an.

Dan pada akhir hubungan itu, rempah dan bulu hidung tersebut akan bertemu dengan serapah secara kontroversial. Alhasil, perangkat kentang yang didapatkan dari hasil kayang dan banting tulang berbulan-bulan jadi korban pertikaian hubungan yang baru setengah bulan berjalan.

"Ambigunya lagi, ketika pasangan sudah tidak beriringan paham. Seperti sebuah pengalaman, cinta ku berakhir hanya karena masalah titik dan koma. Seharusnya tidak perlu dikutip lagi hal sepele seperti itu. Namun atas nama cinta, dibodohi tanda baca aku jadi sering terima"
Hahaha, benar kata para tetua yang katanya sudah duluan makan asam-garam dunia, Cinta itu sebenarnya tidak bodoh, yang bodoh itu pelakunya saja.

Kalau mau bercinta ya harus siap untuk bodoh, sebab tanpa disadari kebodohan dalam bercinta adalah hal jenius yang bisa menjaga hubungan itu tetap berputar stabil pada porosnya. Tapi kebanyakan pelaku terlalu termakan kebodohan itu, padahal kejeniusannya sudah lama di kudap "pap-pap syur" dan lenguh-lenguh manja sebelum akhirnya klimaks mandiri dengan tangan dan jari sendiri.

"Sluuurrrppp, ahhhh! Kopi sekali malam ini, mari sedikit amnesia mengenai cinta!"
Iya, aku sudah sering dengar itu. Sudah seperti Shadaqallahul adzim dengan nada paling aman untuk menutup ayat paling menyedihkan.

"Zzzzzzz! Aku tidak dengar!"
Ckkk, tidur sana....!

DISKUSI SEBELUM MIMPI (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang