Exposure Culture (Horor Edition)

55 4 2
                                    

December 07, 2022. 09.46 Am

Perhatian! Part ini adalah kelanjutan dari omong kosong saya yang sebelumnya (Ternyata masih berlanjut ya?). Jangan salahkan saya, sepertinya ada sejumput doa yang terlalu manjur dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan suka melihat saya merepotkan diri saya sendiri.

Seperti pernyataan saya yang sudah-sudah, saya ini adalah makhluk yang sangat pemalas namun suka sekali menumpuk beban dalam kepala. Efek doa yang mampir entah dari mana itu ternyata tidak bisa saya acuhkan begitu saja.

"Emang kamu tahu isi doa nya apa?"
Kamu nanyea? kamu bertanyea-tanyea? jangan lupa bacea karyea sayea yea!

"Fak...!"
Oh iya, banyak informasi penting yang saya sengaja tidak sampaikan dari awal omong kosong ini karena tiba-tiba tercipta begitu saja.

"Apa itu su?"
Kamu nan... saaaat!(Diksi asu itu menghantui pikiran saya).

"Ternyata kamu orangnya tidak semahal itu untuk dipengaruhi jokes murahan seperti itu ya?"
Percaya atau tidak su, diksi seperti itu ternyata adalah adiksi yang tidak mengembangkan otak manusia sama sekali.

"Kenapa itu su?"
Kamu nan.... wkwkwkwk!

Dalam part ini, saya akan menyisipkan beberapa informasi yang tidak sempat saya sampaikan sebelumnya di awal-awal. Karena kemalasan yang sudah mengalir dalam darah saya dan kebanggaan atas itu semua, saya sampaikan bahwa tiap lawan bicara yang saya karakter-kan di tulisan ini adalah orang yang berbeda-beda.

Itu saya terapkan dalam penyebutan panggilan, tingkah dan gaya bertanya mereka yang berwarna-warna. Satu lagi, tema-tema yang akan tersaji juga tidak melulu terjadi pada subjek-subjek ganteng yang saya pampang di atas sana.

"Sepertinya banyak yang menuntut untuk ikut diceritakan juga ya su?"
Bukan begitu, pada kenyataannya obrolan kita selama di ruangan sempit ini tidak melulu berkarakterkan kita saja. Kita juga banyak kedatangan korban-korban tidak bersalah untuk dilecehkan ternyata.

"Lalu bagaimana cara kamu mengkarakterkan mereka dalam omong kosong ini?"
Saya akan tetap dengan gaya saya, nama akan disembunyikan seperti biasa dan hanya akan ada panggilan yang merepotkan otak saya untuk dikarang lagi seperti panggilan kalian ini su.

"Oh I see..."
Oke, mari kita baca Basmalah sebagai tanda mulai dan "Aahhhhh" yang mewakili Hamdalah setelah menyeruput kopi.

JAGA KESADARAN ANDA SELAMA PROSES MEMBACA, TERIMAKASIH SEBELUMNYA!

______________________________

Akhir-akhir ini saya semakin mensyukuri nyawa yang dititipkan Tuhan terhadap saya. Karena tanpa nyawa mungkin saya tidak akan mampu menyimak setiap omong kosong lalu menuliskannya seperti ini. Bicara tentang omong kosong, karena hari ini adalah malam kamis saya akan berbagi pengalaman mistis yang,

"Tunggu dulu, apa hubungannya malam kamis dengan cerita mistis? kalau tidak salah tema seperti itu terjadi di malam-malam yang dianggap keramat seperti malam jumat?"
Begini kejadian sebenarnya su, saya pernah bertemu pocong di hari minggu pagi dalam perjalanan maraton saya menuju sport center (Diberkahilah Jam Gadang dan Lapang Kantin).

Hari itu sepertinya bukan hari sial bagi saya, justru malah hari yang membuat saya mengerti bahwa bangsa jin saja peduli dengan kesehatan fisiknya untuk menjalankan tugasnya yang sakral itu.

Namun yang menjadi pertanyaan saya waktu itu, apakah tidak ada outfit trainer yang disediakan pemimpin mereka untuk menjalankan aktifitas yang merepotkan dengan kostum seperti itu?

"Kenapa kamu sempat berpikir kalau mereka juga melakukan aktifitas bugar seperti itu?"
Loh, lalu mereka mau apa lagi kalau tidak berolahraga? Saya sudah repot membangun pikiran negatif sebelumnya terhadap kejadian itu, tapi logika menolaknya. Apakah tidak lucu bagi mu kalau makhluk itu menjalankan tugasnya di waktu-waktu yang seperti itu?

"Bisa saja mereka berniat untuk menakut-nakuti pelaku maraton waktu itu?"
Kalau memang begitu yang terjadi, aku sangat berterimakasih sekali dengan bentuk dukungan dan upaya kaum itu untuk menunjang kesehatan fisik manusia di waktu berolahraga seperti itu.

Secara sengaja atau tidak sengaja, mereka sudah sedikit keluar dari kodrat mereka sebagai karakter yang menyesatkan manusia kepada hal-hal yang tidak berguna.

Dengan kata lain, ketika mereka berniat menakut-nakuti olahragawan pada saat itu, secara tidak langsung mereka juga menjadi motivasi tersembunyi yang di daya gunakan untuk berlari dengan tenaga yang maksimal (bye bye cholesterol).

"Aku sempat berfikir kalau mereka itu sebenarnya hanya tokoh fiksi yang di bangun oleh sugesti dan imajinasi manusia loh su."
Cerdas sekali, sini aku tambahkan kopi!

"Alasannya begini, aku itu suka sekali meneliti hal-hal yang berbau misteri dari berbagai sumber yang tersedia dan tersebar luas di bumi ini (jresss udud nyala, sruput kopi dan "aaaaahhhh"). Aku menemukan perbandingan sosok jin nasional dan internasional yang sangat kentara."

"Aku rasa semua sudah menyadari hal ini dari sejak lama, namun Alhamdulillah berkat obrolan ini sepertinya Gusti Allah menunjuk aku sebagai perwakilan untuk menyampaikan kesadaran yang berlaku tapi tidak sempat disuarakan ini."

"Sepertinya hantu lokal yang kita kenal ini adalah sosok dari apa yang terdoktrin pada kita semenjak dini. Sosok kreatif yang dibangun oleh imajinasi manusia lokal tidak akan jauh-jauh dari kearifan budaya yang sudah melekat pada rakyatnya."

"Contohnya saja, pocong itu sosok yang terjadi karena sugesti yang dibangun padanya adalah hasil dari budaya dari umat muslim dalam memperlakukan mayat sebaik-baiknya untuk di kebumikan setelah meninggal dunia."

"Sialnya, waktu penyelenggaran itu terjadi, ada saja pihak tidak bertanggung jawab yang sedang berfantasi kesana-kemari dan secara tidak sengaja berbagi sugesti kepada pihak lainnya."
Masuk akal sekali pemikiran mu itu su...

"Buktinya saja, sosok jin manca negara yang kita nikmati dari hasil visual imajinasi mereka melalui gambar dan video itu adalah bukti dari budaya pemakaman mereka yang ternyata lebih aesthetics ketimbang dengan lokal milik kita ini."
Itu adalah alasan paling masuk akal kenapa tidak ada dracula dan sejenisnya di negara kita.

"Itu maksudku dari awal su."
Coba saja ya, manca negara dihantui imajinasi lokal kita. Mungkin "Twilight Saga Series" itu bakal jadi film horror hingga sekarang.

"Emang genre film itu apa su?"
Ndak tau, mungkin Fashion Show kali ya?

"Auuuuu...!"
Wiuwiuwiuwiu.....!!!

DISKUSI SEBELUM MIMPI (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang