sebuah selang Infus terpasang pada tangan kiri sang lelaki yang terbaring lemah tak berdaya, kelopak matanya terus terpejam entah sampai kapan mata indah itu terus menutup, menolak untuk menatap dunia yang selalu berubah setiap harinya.
hembusan nafas terasa begitu teratur dengan dibantu oleh selang oksigen
Suara monitor tampak tidak asing bagi sang puan, setiap harinya dia selalu menjenguk sang pujaan hati.
dengan perasaan yang tercampur aduk, tangisnya selalu pecah. Menambah segala kerinduan pada pria yang tengah berbaring dengan lemah tak berdaya.
"Kamu gak capek? Aku setiap dateng kesini selalu nangis lho. Bangun yuk Nan, aku kangen banget sama kamu" ucapnya, sembari mengusap rambut sang kekasih dengan lembut, tidak ada kata bosan di hatinya walaupun kini rasa putus asa itu kian bertambah setiap harinya, karena Nando masih dalam keadaan yang sama.
Lima bulan bukan waktu yang sebentar, baginya sudah cukup dan sudah saatnya Nando bangun seperti sediakala lagi.
"Kalo kamu masih belum bangun juga, aku akan marah sama kamu Nan..."
"Kamu gak mau tepati janji itu Nan?"
Percakapan Airene tidak luput dari sang sahabat yang menunggunya di luar, Vey terus memperhatikan Airene yang setiap hari selalu sama, menangis dan melamun.
"Hallo Le"
"Lo masih di RS?"
"Iya, bentar lagi juga balik kayaknya" ucapnya sambil terus memperhatikan Airene dari pintu kaca ruang rawat inap.
"Huft, oke, setelah itu ke rumah gue ya Vey"
"Oke"
Tut!
Ren, ternyata ini sisi lain dari sikap ceria lo
Lo kuat, lo bisa hadapin badai kehidupan ini
»»»
KAMU SEDANG MEMBACA
Airene Story 🌻[On Going]
General Fiction"hidup lagi capek-capeknya dan lo datang di hidup gue?!" Teriak perempuan yang bernama - Airene Azkayla Didalam kamar apartemennya dia terlihat frustasi karena harus dihadapkan dengan pria bernama Reinaldi Wijaya, pria yang mengusik ketenangannya h...