EPISODE - 09 (PART I)

5K 169 1
                                    


Tak ada yang tau Amy tengah patah hati selain gadis itu sendiri. Bahkan mungkin pria yang mematahkan hatinya juga tak tau ia sedang merana, atau yang lebih buruk - tidak peduli. 

Amy memang tak bercerita pada siapapun mengenai kegundahan perasaannya. Tidak dengan teman, saudara bahkan orangtua. Ia menyimpan sendiri sakit hati itu tanpa bisa mencurahkan kepada pihak lain.

Jeff adalah sosok yang tak akan pernah orang duga punya hubungan spesial dengannya. Selain berstatus sebagai agen rahasia merangkap pengawal pribadi, perbedaan usianya dan Jeff yang terpaut cukup jauh membuat terkesan mustahil bahkan bisa dianggap tabu bila ada satu jalinan romantis diantara mereka. 

Dan, sepandai-pandainya Amy berusaha mengacuhkan kegelisahannya itu, namun terkadang ia masih merasa sedih. Saat teringat wajah pria yang ia dambakan namun tak balas mencintainya, airmatanya bergulir.

Apalagi pria itu pernah melakukan hal yang membuatnya serasa terbang namun kemudian ia justru dihempaskan begitu saja ke tanah. Gelagat seorang yang tengah putus cinta sangat nyata menghiasi hari-hari Amy belakangan. 

.

*

.

Hari itu, presiden Bill Foster yang teramat sibuk bersedia meluangkan waktu untuk makan malam bersama keluarga. Duduk pada kursi di depan meja makan selain dirinya, ada istrinya Becky Foster, si bungsu Luca, dan putri ketiganya Amy.

Sementara Leila dan Ronny tak ikut serta dan memilih kembali ke kota tempat mereka menempuh studi seusai perayaan thanksgiving. Mereka hanya akan kembali beberapa minggu lagi untuk menyambut liburan akhir tahun. 

Bill beberapa kali melirik Amy yang kelihatan murung. Namun ia mengira kemurungan gadis itu masih semata berhubungan dengan selebaran konyol yang beredar di sekolah putrinya beberapa minggu lalu. Bill pun mencoba mengambil inisiatif untuk bicara pada Amy. Ia tak tega melihat Amy terus-terusan bermuram durja. 

"Kau tidak suka masakkannya?" Bill bertanya dengan tatapan penuh kekhawatiran saat menyadari Amy baru menyuapkan beberapa potong daging ke dalam mulut.

"Kau ingin Giovanni membuatkanmu hidangan lain?" tawar Bill agar koki istana menyajikan menu berbeda yang mungkin lebih Amy sukai. 

Seharusnya acara makan malam tersebut memang menjadi hal yang menyenangkan bagi Amy. Tapi berhubung ia tengah patah hati, tak ada yang mampu menggugah selera makannya sekalipun dengan hidangan lezat bahkan ditemani keluarga tercinta. 

Amy menggeleng. "Bukan tentang masakannya, Giovanni sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Aku hanya - sedikit tak berselera" Amy berdalih tak ingin menyalahkan koki istana sebagai alasan ia kehilangan nafsu makan. 

"Kau harus makan yang cukup, aku lihat kau semakin kurus-" Becky turut menunjukkan gestur perhatian dari seberang meja. "Kau butuh tenaga untuk belajar, apalagi kau tengah mempersiapkan kompetisi kan?" sambungnya. 

"Betul. Kalau kau malas makan seperti ini kau bisa sakit-"  timpal Bill. Ia menyadari wajah Amy pucat dan tak semerona dulu. 

Amy mengulas senyum terpaksa. Ia justru merasa keluarganya bersikap berlebihan. Seolah ia adalah anak bayi seperti Luca yang harus diperhatikan asupan gizinya. Tapi kemudian Amy menghela nafas panjang untuk mengganti topik sekaligus meminta ijin pada Bill. 

"Dad-" panggil Amy lirih pada sang ayah diiringi meletakkan pisau dan garpunya di atas piring. 

"Ya?" Balas Bill mengerling Amy tapi masih menyempatkan tersenyum tipis saat melihat Becky menyuapi Luca. 

THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang