Di balik Kenyataan

118 10 0
                                    

Dark Eyes


Chapter X

Di balik kenyataan


 

Satu agustus, empat hari yang lalu.

"Kamu ini.. Sikapmu jadi menyebalkan sekarang!" teriak Haruna kepadaku. "Kamu kelihatannya baik, tapi sebenarnya tidak!"

"Ambilah ini! lambat atau tidak juga kamu pasti membutuhkannya'kan!" teriaknnya sambil mendorong semua barang yang telah dibelinya kepadaku.

Dengan nadanya yang sangat tinggi, ia berteriak. Berteriak dengan sangat lantangnya, seakan-akan keadaannya saat itu sangat membuatnya kesal.

"Tidak, sebelumnya aku minta maaf," ucapku di tengah situasi itu. "Seharusnya aku tak mengajakmu berjalan-jalan."

"Sekarang pergilah!" usirnya. "Aku tidak ingin melihatmu lagi!"

Namun di tengah perkataannya yang kasar, aku tak sedikit pun beranjak pergi dari tempatnya. Aku masih diam dan terus memandangnya.

Masih menatap matanya dengan mantap, tanpa berkedip sedikit pun. Berusaha untuk tenang dan sabar untuk mencoba menyadarkannya.

Lalu melihat sikapku yang seperti itu, Haruna terdiam sesaat di dalam keadaannya. Terdiam sambil menatap wajahku dengan sorot matanya yang tajam tanpa melunak sedikit pun.

Tapi di tengah kemarahannya itu.. 

"Jangan berkata seperti seolah-olah kau menyesal hidup bersama!" teriakku. "Apa menurutmu selain uang, tak ada satu-pun yang berharga di dalam hidupmu?!"

"Diam! Aku tak mau mendengar semua perkataanmu lagi!"

Lalu setelah perkataannya itu, ia memalingkan wajahnya. Membalikan tubuhnya dan berusaha untuk beranjak pergi.

Akan tetapi di tengah reaksinya itu, aku menarik tangannya. Menariknya dengan sangat eratnya, sehingga membuat wajahnya tercengang dan terdiam.

"Aku mengerti tentang perasaanmu.. Akan tetapi, jika kau tetap berpikir seperti itu, akan ada seseorang yang terluka," ucapku tersenyum.

"Memang sulit hidup dunia ini tanpa uang.. kuakui itu," ungkapku. "Akan tetapi bagiku uang bukanlah segalanya, kenapa? karena uang tidak bisa mengantikan waktu."

"Waktu kebersamaan dengan adikmu, keluargamu, dan teman terdekatmu."

"Lupakanlah semua ambisimu itu, kekecewaanmu terhadap orang tuamu, lalu mulailah untuk mencoba membuka hati dan pikiranmu," ucapku.

Setelah mengucapkan perkataan itu, aku kembali terdiam. Terdiam di dalam posisiku yang menggenggam erat tangannya.

Namun tersadar dalam posisiku yang berlebihan dan terlebih lagi pada saat itu Haruna tak menunjukan respon yang baik, akhirnya aku memutuskan menyudahi penaklukan itu dan beranjak pergi.

"Sepertinya penaklukan hari ini gagal.." pikirku. 

"Maaf bila aku menganggumu dengan perkataanku, sekarang aku akan pergi dari sini," ucapku.

Setelah perkataan itu, aku melepaskan genggaman tanganku darinya. Melepaskannya dan berusaha untuk beranjak pergi.

Tapi ketika aku membalikan tubuhku dan mulai menjauh dari pandangannya, secara tiba-tiba ia menarik tanganku.

Dark Eyes - The Guilty SoulWhere stories live. Discover now